13 penelitian dan analisis perhitungan pendapatannya yang menggunakan analisis
usahatani yang juga menghitung nilai rasio antara penerimaan dan biaya totalnya. Persamaan lain dengan penelitian Tampubolon 2005 terdapat dalam hal
pemilihan responden yang merupakan sebuah perusahaan, berbeda dengan Ningsih 2005 yang memperoleh data dari beberapa petani di Desa Pasir Langu.
Selain perbedaan lokasi penelitian, perbedaan yang terlihat dari penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini hasil nilai
pendapatan yang diperoleh dari masing-masing periode tanam di greenhouse yang berbeda kemudian digunakan untuk mengetahui nilai risiko produksi berdasarkan
pendapatan.
2.2. Kajian Risiko Produksi
Sikap petani terhadap risiko berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi. Alokasi faktor
produksi ini menyangkut penggunaan dan macam teknologinya. Kegagalan dalam adopsi teknologi oleh petani seringkali terjadi karena mengabaikan perhitungan
unsur risiko dalam perakitannya Rozi, Margono, dan Heriyanto 1997. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai risiko,
diantaranya Ginting 2009 yang menganalisis risiko produksi jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Safitri 2009
yang menganalisis tentang risiko produksi daun potong di PT. Pesona Daun Mas Asri di Ciawi, Bogor, serta Utami 2009 yang meneliti tentang risiko produksi
dan perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Menurut Ginting 2009 indikasi adanya risiko produksi pada budidaya tiram jamur putih dapat
dilihat dari adanya fluktuasi dan variasi jumlah produksi ataupun produktivitas yang dialami sedangkan menurut Safitri 2009 dan Utami 2009 indikasi adanya
risiko produksi dari masing-masing objek yang dianalisis dapat dilihat dari fluktuasi produktivitas dan pendapatan.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, adanya risiko produksi mengakibatkan hasil panen yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, dalam
arti mengalami penurunan. Ginting 2009 menganalisis risiko produksi pada usaha spesialisasi jamur tiram saja dan menggunakan coefficient variation untuk
menilai risiko. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa budidaya jamur
14 tiram putih pada Cempaka Baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32.
Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko kerugian yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Hasil penelitian
Safitri 2009 melakukan perbandingan pengukuran risiko produksi antara dua komoditas pada kegiatan usaha spesialisasi dan diversifikasi. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa nilai variance, standar deviasi, dan coefficient variance berdasarkan produktivitas yang diperoleh dari komoditas Philodendron marble
lebih tinggi dibandingkan komoditas Asparagus bintang. Hal ini menunjukkan bahwa risiko produksi yang dialami Philodendron marble juga lebih besar. Lain
halnya dengan perolehan nilai variance, standar deviasi, dan coefficient variance berdasarkan pendapatan. Ketiga nilai tersebut pada komoditas Asparagus bintang
menunjukkan nilai yang lebih besar sehingga setiap satu satuan rupiah yang dihasilkan komoditas Asparagus bintang menghadapi risiko berdasarkan
pendapatan bersih yang lebih tinggi dibandingkan Philodendron marble. Hasil dari perhitungan analisis risiko produksi yang dilakukan Utami
2009 menunjukkan nilai coefficient variation dari kegiatan usaha bawang merah sebesar 0,203. Nilai ini berarti bahwa risiko produksi yang dihadapi petani
bawang merah di Kabupaten Brebes sebesar 20,3 persen dari nilai produktivitas yang diperoleh petani cateris paribus. Sementara itu, risiko yang diterima oleh
petani bawang merah di Kabupaten Brebes berdasarkan pendapatan adalah sebesar 60,09 persen dari nilai pendapatan yang diperoleh petani. Melalui nilai
tersebut, jika dibandingkan dengan perhitungan risiko dari sisi produktivitas, nilai risiko yang dihitung dari sisi pendapatan ternyata jauh lebih tinggi. Penelitian
kemudian dilanjutkan untuk mengetahui perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang paling menonjol adalah penelitian ini sama-sama
menganalisis risiko produksi, namun penelitian ini hanya menganalisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi atau satu komoditas saja seperti penelitian
Ginting 2009 dan Utami 2009. Persamaan lainnya terletak pada pendekatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat risiko produksi dari usaha yang
dijalankan yaitu menggunakan nilai variance, standar deviasi, dan coefficient
15 variance. Pada penelitian ini, perhitungan ketiga pendekatan berdasarkan hasil
produktivitas dan pendapatan seperti yang dilakukan Safitri 2009 dan Utami 2009. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
komoditas yang menjadi objek penelitian dan lokasi penelitian. Selain itu, analisis risiko produksi yang dilakukan kemudian digunakan untuk menganalisis seberapa
besar pengaruh salah satu sumber risiko produksi dan faktor produksi lainnya terhadap produksi paprika hidroponik yang oleh PT. KSDW.
2.3. Kajian Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Komoditas