Hasil uji kausalitas Granger pada model penelitian dengan signifikansi taraf nyata 5 persen menunjukkan bahwa terdapat beberapa hasil penting dari
pengujian tersebut. Hasil penting yang pertama adalah terdapat hubungan kausalitas antara suku bunga pinjaman investasi dengan nilai tukar riil Rupiah
terhadap IHK Amerika Serikat. Nilai tukar riil memiliki pengaruh juga terhadap PDB industri besi baja, FDI sektor industri besi baja. PDB sendiri memiliki
pengaruh terhadap ekspor neto logam dasar besi baja.
5.4. Hasil Penelitian.
5.4.1. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Output Produk
Domestik Bruto Industri Besi Baja di Indonesia. Tabel 5.5 berikut ini merupakan hasil estimasi VECM pada model output
industri besi baja di Indonesia yang memperlihatkan hubungan variabel pada jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel dependen pada estimasi di dalam
model tersebut adalah output PDB industri besi baja di Indonesia dengan menggunakan cointegration equation pertama, sedangkan variabel independennya
adalah Foreign Direct Investment FDI sektor industri besi baja, Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sektor industri besi baja, suku bunga pinjaman
investasi, suku bunga internasional LIBOR, nilai tukar Rupiah terhadap USD Amerika Serikat, serta ekspor neto dari output besi baja di Indonesia.
Hasil uji kointegrasi sebelumnya terdapat empat persamaan yang terkointegrasi. Model VECM output PDB Industri besi baja Indonesia
menunjukkan bahwa persamaan yang terkointegrasi mempunyai dugaan parameter error correction -1,068412 yang secara statistik signifikan sehingga
dugaan parameter error correction dapat digunakan untuk mengoreksi persamaan jangka pendek menuju jangka panjang. Hasil estimasi model VECM output PDB
industri besi baja menyatakan bahwa dalam jangka pendek terdapat tiga variabel yang signifikan terhadap output PDB industri besi baja di Indonesia. Enam
variabel pada jangka panjang berpengaruh signifikan. Hal ini terjadi karena suatu variabel bereaksi terhadap variabel lainnya membutuhkan waktu lag dan pada
umumnya reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya terjadi dalam jangka panjang. Terbukti adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka
panjangnya pada model output industri besi baja di Indonesia yang ditunjukkan dengan kointegrasi kesalahan yang bernilai negatif dan secara statistik signifikan
dan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Hasil Estimasi Model Vector Error Correction Model Industri Besi
Baja di Indonesia. Variabel
Koefisien T-statistik
Jangka Pendek DPDB-2
0,236894 1,96993
DLIBOR-1 -0,047022
-4,31490 DLIBOR-2
-0,020477 -2,81282
CointeEq1 -1,068412
-6,29860 Jangka Panjang
Ln_NILAITUKAR-1 -0,255761
-5,48915 Ln_FDI-1
0,027750 7,08520
NETEXP-1 -0,000046
-4,83822 Ln_PMDN-1
0,007531 3,93001
LIBOR-1 0,016318
7,31788 SB-1
0,004238 3,65624
Signifikan pada tingkat 5 Sumber: Lampiran 8, data diolah.
Terdapat dugaan parameter error correction sebesar -1,068412 persen yang secara statistik signifikan. Hasil estimasi VECM jangka pendek
menunjukkan bahwa variabel PDB lag kedua berpengaruh positif yang signifikan terhadap output PDB industri besi baja di Indonesia, yakni ketika terjadi kenaikan
output PDB industri besi baja lag kedua sebesar satu persen, maka akan terjadi
peningkatan output PDB industri besi baja sebesar 0,236894 persen. Hal ini menyatakan bahwa output PDB industri besi baja dipengaruhi oleh lag
sebelumnya lag kedua dari output PDB industri besi baja sendiri. Variabel lain yang berpengaruh signifikan pada jangka pendek terhadap output PDB industri
besi baja adalah variabel LIBOR lag pertama dan lag kedua. Setiap kenaikan variabel LIBOR lag pertama sebesar satu persen, akan menyebabkan terjadinya
penurunan output PDB industri besi baja sebesar 0,047022 persen, sedangkan setiap kenaikan variabel LIBOR lag kedua sebesar satu persen, akan
menyebabkan terjadinya penurunan output PDB industri besi baja sebesar 0,020477 persen. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan LIBOR akan
menyebabkan terjadinya penurunan FDI sektor industri besi baja yang pada akhirnya penurunan investasi asing ini akan menyebabkan terjadinya penurunan
output PDB industri besi baja.
Tabel 5.5 juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang terdapat enam variabel yang berpengaruh signifikan terhadap output PDB industri besi baja di
Indonesia dalam jangka panjang. Variabel nilai tukar berpengaruh negatif yang signifikan terhadap output PDB industri besi baja, yakni setiap apresiasi nilai
tukar sebesar satu persen akan menyebabkan terjadinya penurunan output PDB
industri besi baja sebesar 0,255761. Hal ini sesuai dengan teori bahwa apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar akan menyebabkan lebih murahnya harga
output besi baja di luar negeri, sehingga biaya untuk mengimpor besi baja dari
luar negeri menjadi lebih murah dibandingkan memproduksi output besi baja di Indonesia, dan hal ini pada akhirnya akan menurunkan output besi baja yang
diproduksi di Indonesia. Foreign Direct Investment FDI berpengaruh positif yang signifikan terhadap output PDB industri besi baja, yakni ketika terjadi
kenaikan FDI sektor industri besi baja sebesar satu persen, maka akan meningkatkan output PDB industri besi baja sebesar 0,027750 persen. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa faktor investasi adalah salah satu faktor penting dalam memproduksi output pada suatu industri. Tingkat produksi output dipengaruhi
oleh faktor modal dan tenaga kerja. Investasi dalam bentuk FDI dapat meningkatkan kualitas modal dalam bentuk teknologi, dan juga peningkatan
kualitas tenaga kerja domestik sehingga akan mampu menyebabkan peningkatan output
produksi dalam industri besi baja sendiri. Setiap kenaikan investasi dalam bentuk FDI dapat memengaruhi peningkatan dari output yang diproduksi dalam
industri tersebut. Variabel ekspor neto besi baja berpengaruh negatif yang signifikan
terhadap output PDB industri besi baja di Indonesia dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan ekspor neto besi baja sebesar satu persen, maka akan
menurunkan output PDB industri besi baja sebesar 0,000046 persen. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa dalam jangka panjang kenaikan ekspor neto dapat
disebabkan oleh kenaikan volume ekspor. Semakin besar volume penerimaan dari
ekspor besi baja, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara sehingga akan membuat nilai tukar mata uang domestik terhadap
mata uang asing cenderung mengalami apresiasi begitu besarnya. Nilai tukar yang terapresiasi ini akan membuat harga output besi baja luar negeri menjadi lebih
murah, sehingga terjadi peningkatan juga pada volume impor besi baja sendiri. Volume impor yang juga meningkat dalam jangka panjang ini dapat mengurangi
jumlah output yang dihasilkan dalam industri besi baja sendiri dikarenakan produk berupa output industri besi baja di Indonesia akan kalah bersaing dengan
produk-produk impor berupa output besi baja dari luar negeri. Variabel Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN berpengaruh positif
yang signifikan terhadap output PDB industri besi baja dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan PMDN sektor industri besi baja sebesar satu persen,
maka akan meningkatkan output PDB industri besi baja sebesar 0,007531 persen. Hal ini sesuai dengan teori bahwa faktor investasi adalah salah satu faktor penting
dalam memproduksi output pada suatu industri. Tingkat produksi output dipengaruhi oleh faktor modal dan tenaga kerja. Investasi dalam bentuk PMDN
dapat meningkatkan kualitas modal dalam bentuk teknologi, dan juga peningkatan kualitas tenaga kerja domestik sehingga akan mampu menyebabkan peningkatan
output produksi dalam industri besi baja sendiri. Setiap kenaikan investasi dalam
bentuk PMDN dapat memengaruhi peningkatan dari output yang diproduksi dalam industri tersebut.
Variabel suku bunga internasional LIBOR berpengaruh positif yang signifikan terhadap output PDB industri besi baja di Indonesia dalam jangka
panjang, yakni ketika terjadi kenaikan LIBOR sebesar satu persen, maka akan meningkatkan output PDB industri besi baja sebesar 0,016318 persen. Hal ini
sesuai dengan kondisi apabila terjadi kenaikan LIBOR yang menyebabkan suku bunga pinjaman investasi domestik menjadi lebih rendah daripada LIBOR sendiri,
maka akan terjadi peningkatan investasi dalam negeri dalam bentuk PMDN yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah output dalam industri tersebut. Variabel
suku bunga pinjaman investasi berpengaruh signifikan yang positif terhadap output
PDB industri besi baja di Indonesia, yakni apabila terjadi kenaikan suku bunga sebesar satu persen, maka akan meningkatkan output PDB industri besi
baja sebesar 0,004238 persen. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan suku bunga pinjaman investasi domestik akan menyebabkan terjadinya peningkatan
capital inflow dalam bentuk FDI sektor industri besi baja, dan pada akhirnya
kenaikan investasi asing dalam bentuk FDI di sektor industri besi baja akan meningkatkan output PDB industri besi baja di Indonesia.
Model VAR Vector Auto Regression yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model
VECM digunakan untuk menganalisis pengaruh dari guncangan FDI sektor industri besi baja terhadap output PDB industri besi
baja dan variabel makroekonomi lainnya. Pengaruh dan peranan shock FDI sektor industri besi baja terhadap output PDB industri besi baja dan variabel
makroekonomi lainnya dapat diidentifikasi melalui guncangan struktural dengan menggunakan cholesky decomposition. Tahapan analisis selanjutnya yang akan
digunakan adalah Impulse Respons Function IRF dan Forecast Error Variance Decomposition
FEVD.
5.4.2. Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment Sektor Industri Besi