murah dibandingkan dengan perusahaan lokal. Perusahaan lokal akan kalah bersaing dari perusahaan multinasional, sehingga mereka akan meminta proteksi.
Tingginya permintaan proteksi akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai proteksi tersebut.
Perusahaan multinasional yang berbasis substitusi impor pada umumnya mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah seperti pemotongan pajak dan hak
monopoli pasar. Hal ini tentu saja berdampak negatif bagi perusahaan lokal. Foreign Direct Investment
juga berdampak pada meningkatnya korupsi yang dilakukan oleh oknum pemerintah melalui berbagai pungutan-pungutan liar dalam
proses administrasi Rivayani, 2000.
2.1.3. Analisis Dampak Foreign Direct Investment untuk Negara Sumber
Investasi dan Penerima Investasi.
Sumber: Salvatore, 1997.
Gambar 2.1. Dampak Foreign Direct Investment untuk Negara Sumber Investasi dan Penerima Investasi.
H T
Analisis dampak FDI untuk negara sumber investasi dan penerima investasi dapat dianalisis dari kurva dampak FDI untuk negara sumber dan
penerima investasi pada Gambar 2.1. Asumsikan misalkan dua negara yakni negara 1 dan negara 2 memiliki cadangan modal sebesar OO’. Sebagian diantara
seluruh cadangan modal itu, yakni sebesar OA dimiliki oleh negara 1, sedangkan sisanya yakni O’A dimiliki oleh negara 2.
Kurva-kurva VMPK
1
dan VMPK
2
menunjukkan nilai produk marginal modal di negara 1 dan negara 2. Hal ini berlaku untuk setiap tingkatan investasi.
Nilai produk marginal modal dalam kondisi kompetitif dalam arti terjadi persaingan secara penuh diantara unit-unit ekonomi yang ada tersebut merupakan
tingkat hasil, atau keuntungan yang dibuahkan oleh modal itu. Negara 1 akan menanamkan modalnya sebanyak OA di dalam negeri dalam kondisi isolasi tidak
ada perdagangan, dan tingkat hasil yang akan diperoleh adalah sebanyak OC. Total produk yang akan diperoleh diukur berdasarkan luas wilayah atau
bidang yang berada dibawah kurva nilai produk marginal sama dengan OFGA. Sebagian diantaranya yakni sebanyak OCGA akan diterima oleh para pemilik
modal di negara 1 sedangkan sisanya yakni sebanyak CFG akan diterima oleh para pemilik faktor produksi lainnya tenaga kerja dan tanah. Demikian pula
dalam kondisi isolasi negara 2 akan menginvestasikan seluruh modalnya sebanyak O’A di dalam negeri yang akan memberinya tingkat hasil O’H. Total produknya
sama dengan O’JMA. Sebagian diantaranya yakni O’HMA akan diterima oleh para pemilik modal di negara 2, sedangkan sisanya yakni sebanyak HJM akan
diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi lainnya.
Tingkat hasil modal di negara 2 O’H lebih tinggi daripada yang terdapat di negara 1 OC, sehingga kemudian sebagian modal di negara 1 akan berpindah
ke negara 2 sebanyak AB. Hal ini terjadi apabila diasumsikan kedua negara tersebut mengadakan hubungan ekonomi perdagangan atau investasi
internasional sehingga berlangsunglah pergerakan modal internasional diantara keduanya. Perpindahan modal ini lambat laun akan menyamakan tingkat hasil
modal di kedua negara tersebut sebesar BE ON=O’T. Total produksi domestik di negara 1 berubah menjadi OFEB. Hasil investasi di luar negeri itu juga harus
ditambahkan yakni sebesar ABER karena sebagian modalnya berada di negara lain, sehingga pendapatan nasional negara 1 adalah OFERA.
Tingkat produksi itu lebih tinggi daripada yang ada sebelum berlangsungnya investasi antar negara tersebut. Berpindahnya sebagian modalnya
ke negara lain yang tingkat hasilnya lebih tinggi menyebabkan total pendapatan nasional negara 1 meningkat sebanyak ERG. Adanya arus modal internasional
secara bebas tersebut menyebabkan total tingkat hasil modal di negara 1 meningkat menjadi ONRA, sedangkan tingkat hasil bagi faktor-faktor produksi
lainnya menurun menjadi NFE. Arus masuk modal dari negara 1 sebanyak AB ke negara 2 akan
menurunkan tingkat hasil modal di negara itu dari O’H menjadi O’T. Modal yang dimiliki oleh negara 2 kini lebih banyak, sehingga total produksi domestiknya
akan bertambah dari O’JMA menjadi O’JEB. Sebagian dari kenaikan produksi tersebut yakni sebanyak ABER akan diterima oleh para investor asing, sehingga
keuntungan neto berupa kenaikan total produksi yang diterima oleh negara 2
sebesar ERM. Tingkat hasil bagi para pemilik modal domestik di negara 2 akan turun dari O’HMA menjadi O’TRA. Tingkat hasil bagi faktor-faktor produksi
sementara itu secara keseluruhan meningkat dari HJM menjadi TJM. Total produksi meningkat dari OFGA + O’JMA menjadi OFEB + O’JEB
berdasarkan sudut pandang dari kedua negara, atau bertambah sebesar daerah EGM. Arus modal internasional tersebut meningkatkan efisiensi alokasi sumber
daya secara internasional dan memperbesar output dunia sekaligus meningkatkan kesejahteraan bagi kedua negara yang terkait. Semakin landai kurva VMPK
1
dan VMPK
2
akan semakin besar keuntungan yang diperoleh kedua negara itu dari berlangsungnya arus modal internasional.
2.1.4. Hambatan pada Investasi Swasta.