menjadi sebesar I
3
apabila tingkat bunga semakin mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar i
3
. Hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat bunga, maka biaya penggunaan dana yang digunakan oleh para investor untuk melakukan investasi
juga semakin rendah. Para investor akan lebih tertarik untuk melakukan investasi pada kondisi tingkat bunga yang rendah.
2.3.4. Konsep Nilai Tukar.
2.3.4.1. Definisi Nilai Tukar.
Nilai tukar merupakan salah satu variabel terpenting perekonomian terbuka disamping variabel ekonomi lainnya seperti suku bunga, harga, neraca
transaksi berjalan selisih nilai ekspor dengan impor, neraca pembayaran balance of payment, serta variabel lainnya. Nilai tukar exchange rate atau kurs
adalah harga suatu negara terhadap mata uang negara lainnya. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara
Mankiw, 2003. Nilai tukar NT didefinisikan sebagai nilai valuta asing terhadap Rupiah Simorangkir dan Suseno, 2004. NT dapat diformulasikan sebagai
berikut: NT
USDIDR
= Dollar Amerika yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah, Nilai Tukar dalam hal ini apabila meningkat maka berarti Rupiah
mengalami apresiasi, sedangkan jika NT menurun maka Rupiah akan mengalami depresiasi. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan
harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah
ini:
ER = EN
P P
dimana ER adalah nilai tukar riil, EN adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P adalah tingkat harga di luar negeri. Pengukuran nilai tukar
riil suatu negara terhadap mitra dagangnya juga memperhitungkan laju inflasi dan nilai tukar dari masing-masing negara tersebut.
2.3.4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai Tukar.
Perubahan nilai tukar dalam jangka panjang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: harga relatif, tarif dan kuota, preferensi terhadap barang domestik
dibandingkan dengan barang luar negeri dan produktivitas Moosa, 2003. Terdapat tiga faktor utama menurut Simorangkir dan Suseno 2004, yang
memengaruhi permintaan valuta asing. Pertama, faktor pembayaran impor.
Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar cenderung melemah. Permintaan valuta asing
sebaliknya akan menurun juga jika impor menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah ceteris
paribus . Asumsi ini berlaku juga untuk aliran modal keluarmasuk dan ekspor.
Kedua, faktor aliran modal keluar capital outflow. Semakin besar aliran modal
keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan akhirnya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang
penduduk Indonesia baik swasta dan pemerintah dan penempatan dana
penduduk Indonesia ke luar negeri. Ketiga, kegiatan spekulasi. Semakin banyak
kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan, maka semakin besar permintaan
terhadap valuta sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.
Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama,
faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara
sehingga akan membuat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing
cenderung mengalami apresiasi. Kedua, faktor aliran modal masuk capital
inflow . Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung
semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing portofolio
investment dan investasi langsung pihak asing Foreign Direct Investment.
2.3.4.3. Sistem Nilai Tukar di Indonesia.