ini membuat output PDB industri besi baja pun berkurang. Dalam jangka panjang nilai tukar riil Rupiah dapat mulai membaik dengan adanya intervensi dari otoritas
moneter dan pemerintah dan kepercayaan para investor asing untuk berinvestasi pun semakin membaik seiring dengan membaiknya perekonomian domestik.
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya guncangan FDI akan membuat output
PDB industri besi baja berfluktuasi hingga kuartal ke-12, sedangkan variabel makroekonomi seperti nilai tukar berfluktuasi hingga kuartal ke-20,
ekspor neto hingga kuartal ke-50, PMDN hingga kuartal ke-50, LIBOR hingga kuartal ke-50, dan suku bunga pinjaman investasi hingga kuartal ke-30. Hal ini
mengindikasikan bahwa FDI sektor industri besi baja memiliki pengaruh terhadap output
PDB industri besi baja dan variabel lain apabila FDI tersebut berfluktuasi dalam bentuk shock FDI sendiri.
5.4.3. Analisis Kontribusi Keragaman Variabel terhadap Foreign Direct
Investment Sektor Industri Besi Baja.
Fluktuasi setiap variabel akibat terjadinya suatu guncangan shock dapat dilakukan dengan menganalisis peranan setiap guncangan dalam menjelaskan
fluktuasi variabel-variabel makroekonomi melalui analisis FEVD atau disebut juga sebagai analisis dekomposisi varians, dimana dalam analisis ini kontribusi
dari guncangan variabel dalam sistem terhadap perubahan variabel tertentu dapat diketahui.
Hasil FEVD secara keseluruhan menunjukkan bahwa diperlukan kestabilan nilai tukar Riil Rupiah terhadap Dollar. Fluktuasi nilai tukar Rupiah
maka akan memengaruhi harga barang tradable ekspor dan impor.
Analisis dekomposisi varian FDI model VAR melalui simulasi FEVD. Simulasi pada model dalam Gambar 5.5 dan Tabel 5.6 sebagai berikut.
Pada kuartal pertama guncangan FDI dipengaruhi oleh dirinya sendiri sebesar 91,62 persen, kontribusi dari PDB sebesar 7,75 persen, serta kontribusi
dari nilai tukar sebesar 0,61 persen. Kontribusi dari variabel lain pada kuartal ke-2 bervariasi, dimana PDB memberikan kontribusi sebesar 6,02 persen, FDI
dipengaruhi oleh diri sendiri sebesar 71,70 persen, PMDN sebesar 1,22 persen, suku bunga sebesar 12,35 persen, LIBOR sebesar 0,03 persen, ekspor neto sebesar
8,16 persen, nilai tukar riil sebesar 0,48 persen.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 5
10 15
20 25
30 35
40 45
50
Dekomposisi Varians FDI
PDB NILAITUKAR
FDI NETEXP
PMDN LIBOR
SB
Sumber: Lampiran 11, data diolah.
Gambar 5.5. Dekomposisi Varians Foreign Direct Investment Sektor Industri Besi Baja di Indonesia
Peri ode
Guncangan
PDB NILAI
TUKAR FDI
NETEXP PMDN
LIBOR SB
1
7,7579 0,6170
91,6250 0,00000
0,0000 0,00000
0,0000
5
8,7761 4,8711
48,9882 17,4835
0,7692 5,90955
13,202
10
8,0974 6,3378
32,8960 28,7609
1,0784 12,9254
9,9039
15
7,5934 4,8053
25,2763 35,6093
1,3429 17,2242
8,1482
20
7,2798 3,9880
21,1250 39,6304
1,1260 19,6990
7,1515
25
7,1861 3,4574
18,8411 41,5257
0,98091 21,5046
6,5038
30
7,1747 3,0349
17,1114 43,2406
0,87020 22,4415
6,1263
35
7,1079 2,7157
15,7453 44,6231
0,76967 23,1769
5,8612
40
7,0604 2,4720
14,6493 45,7059
0,68857 23,7887
5,6350
45
7,0313 2,2819
13,8364 46,4601
0,62088 24,3326
5,4366
50
7,0187 2,1196
13,1818 47,0988
0,56624 24,7272
5,2875
Guncangan FDI pada kuartal ke-3 hingga kuartal ke-50 secara rata-rata dipengaruhi oleh dirinya sendiri mengalami penurunan dari kontribusi sebesar
55,41 persen hingga 13,18 persen. PDB memberikan kontribusi dalam rentang 8,41 persen hingga 7,01 persen, nilai tukar riil sebesar 5,31 persen hingga 2,11
persen, PMDN dalam rentang 0,93 persen hingga 0,56 persen, suku bunga sebesar 14,48 persen hingga 5,28 persen, LIBOR mengalami kenaikan sebesar 1,80
persen hingga 24,72 persen, ekspor neto sebesar 13,61 persen hingga 47,09 persen.
Variabel FDI yang dipengaruhi oleh shock FDI sendiri memberikan proporsi kontribusi yang relatif lebih tinggi kuartal awal, dan mengalami
penurunan hingga kuartal ke-50
.
Nilai tukar Rupiah relatif lebih berfluktuasi dari Tabel 5.6. Dekomposisi Varians Foreign Direct Investment Sektor Industri Besi
Baja di Indonesia.
Sumber: Lampiran 11, data diolah.
waktu kewaktu dibandingkan rezim mengambang terkendali setelah Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas, hal tersebut dapat dilihat pada
analisis IRF dan FEVD yang menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah relatif sangat dipengaruhi oleh fluktuasi FDI. Arah kebijakan bank sentral sementara itu saat ini
berupa Inflation Targetting Framework yang memiliki tujuan utama untuk mencapai kestabilan harga dalam arti untuk menjaga nilai tukar Rupiah dan
tingkat inflasi, dimana Bank Sentral mengumumkan atau membuat pernyataan resmi ke publik mengenai target inflasi untuk jangka waktu beberapa tahun
kedepan Sitaresmi, 2006.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Faktor-faktor yang memengaruhi output PDB industri besi baja di Indonesia dapat dilihat dalam dua periode, yaitu periode jangka pendek dan
jangka panjang. Periode jangka pendek menunjukkan bahwa variabel output PDB industri besi baja lag kedua dan variabel suku bunga internasional LIBOR lag
pertama dan lag kedua signifikan terhadap output PDB industri besi baja. Periode jangka panjang menunjukkan bahwa variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar,
Foreign Direct Investment FDI, ekspor neto besi baja, Penanaman Modal Dalam
Negeri PMDN, suku bunga internasional LIBOR, dan suku bunga pinjaman investasi berpengaruh signifikan terhadap output PDB industri besi baja di
Indonesia. Variabel PDB lag kedua pada jangka pendek signifikan yang positif
terhadap output PDB industri besi baja, hal ini menyatakan bahwa output PDB industri besi baja dipengaruhi oleh lag sebelumnya dari variabel itu sendiri. Nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar berpengaruh signifikan yang negatif terhadap output PDB industri besi baja, yakni setiap apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
akan menyebabkan terjadinya penurunan output PDB industri besi baja. Hal ini sesuai teori bahwa apresiasi nilai tukar Rupiah akan menyebabkan harga output
besi baja luar negeri menjadi lebih murah sehingga biaya untuk mengimpor besi baja dari luar negeri menjadi lebih murah dibandingkan memproduksi besi baja di