5.2. Uji Kointegrasi.
Keberadaan variabel yang tidak stasioner meningkatkan potensi adanya hubungan kointegrasi antara variabel. Variabel yang tidak stasioner memenuhi
syarat untuk proses kointegrasi, yaitu semua variabel yang stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat I2. Suatu kondisi dinamakan kointegrasi apabila
terdapat kombinasi linear antara variabel non-stasioner yang terkointegrasi pada ordo yang sama Enders, 2004. Kointegrasi digunakan untuk memperoleh
persamaan jangka panjang yang stabil. Uji kointegrasi pada analisis ini digunakan untuk melihat apakah metode VECM dapat digunakan atau tidak. Metode VECM
dapat digunakan dalam analisis, jika terdapat lebih dari nol rank kointegrasi. Uji kointegrasi yang dipakai berdasarkan Johansen Cointegration Test
dengan Trace Statistic digunakan untuk mengetahui jumlah persamaan yang terkointegrasi di dalam sistem. Hipotesis H
1
yang menyatakan jumlah rank kointegrasi dapat diterima apabila nilai Trace statistic lebih besar dari nilai kritis
pada tingkat tersebut. Model PDB industri besi baja berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan empat persamaan yang terkointegrasi.
Hypothesized No. Of CEs
Eigenvalue Trace Statistic
Critical Value 5
None 0,945518
259,6239 150,5585
At most 1 0,757873
151,9579 117,7082
At most 2 0,592233
99,48099 88,80380
At most 3 0,586921
66,28975 63,87610
At most 4 0,414635
33,57746 42,91525
Sumber: Lampiran 7, data diolah.
Restriksi umum general restriction atau just identifying restriction dapat dibuat berdasarkan metode Johansen setelah rank kointegrasi diketahui, yaitu
Tabel 5.3. Hasil Uji Kointegrasi.
dengan membuat matriks identitas berukuran jumlah rank kointegrasi yang terdapat pada model PDB industri besi baja. Informasi jumlah rank kointegrasi ini
akan digunakan sebagai model koreksi kesalahan error correction model yang akan dimasukkan kedalam model VAR menjadi VECM. Restriksi umum pada
model VAR dan VECM secara lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran uji kointegrasi.
5.3. Hasil Uji Kausalitas Granger.