2.3.3. Suku Bunga Pinjaman Investasi.
Analisis biaya investasi adalah lebih rumit daripada biaya komoditi lain karena barang-barang modal adalah berumur panjang. Harga dari modal harus
dihitung apabila membeli barang-barang yang berumur panjang, yang dalam hal ini dinyatakan dalam tingkat bunga pinjaman atau kredit Putra, 2010.
Pengaruh dari suku bunga pinjaman terhadap investasi juga dijelaskan oleh pemikiran ahli-ahli ekonomi klasik yang menyatakan bahwa investasi adalah
fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil pada konsep investasi. Hal ini memiliki
alasan bahwa seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang
harus dia bayarkan untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dari penggunaan dana cost of capital. Semakin rendah tingkat bunga, maka investor
akan lebih terdorong untuk melakukan investasi sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil Nopirin, 1992.
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa investor hanya melakukan investasi sebesar I
1
pada tingkat bunga sebesar i
1
. Kondisi ketika tingkat bunga turun menjadi i
2
, investor cenderung menambah pengeluaran investasinya menjadi sebesar I
2
. Investor akan semakin menambah pengeluaran investasinya, yaitu
Sumber: Deliarnov, 1995.
Gambar 2.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga.
I
1
I
2
I
3
i
1
i
2
i
3
Investasi Suku Bunga
menjadi sebesar I
3
apabila tingkat bunga semakin mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar i
3
. Hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat bunga, maka biaya penggunaan dana yang digunakan oleh para investor untuk melakukan investasi
juga semakin rendah. Para investor akan lebih tertarik untuk melakukan investasi pada kondisi tingkat bunga yang rendah.
2.3.4. Konsep Nilai Tukar.
2.3.4.1. Definisi Nilai Tukar.
Nilai tukar merupakan salah satu variabel terpenting perekonomian terbuka disamping variabel ekonomi lainnya seperti suku bunga, harga, neraca
transaksi berjalan selisih nilai ekspor dengan impor, neraca pembayaran balance of payment, serta variabel lainnya. Nilai tukar exchange rate atau kurs
adalah harga suatu negara terhadap mata uang negara lainnya. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara
Mankiw, 2003. Nilai tukar NT didefinisikan sebagai nilai valuta asing terhadap Rupiah Simorangkir dan Suseno, 2004. NT dapat diformulasikan sebagai
berikut: NT
USDIDR
= Dollar Amerika yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah, Nilai Tukar dalam hal ini apabila meningkat maka berarti Rupiah
mengalami apresiasi, sedangkan jika NT menurun maka Rupiah akan mengalami depresiasi. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan
harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah
ini:
ER = EN
P P
dimana ER adalah nilai tukar riil, EN adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P adalah tingkat harga di luar negeri. Pengukuran nilai tukar
riil suatu negara terhadap mitra dagangnya juga memperhitungkan laju inflasi dan nilai tukar dari masing-masing negara tersebut.
2.3.4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai Tukar.
Perubahan nilai tukar dalam jangka panjang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: harga relatif, tarif dan kuota, preferensi terhadap barang domestik
dibandingkan dengan barang luar negeri dan produktivitas Moosa, 2003. Terdapat tiga faktor utama menurut Simorangkir dan Suseno 2004, yang
memengaruhi permintaan valuta asing. Pertama, faktor pembayaran impor.
Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar cenderung melemah. Permintaan valuta asing
sebaliknya akan menurun juga jika impor menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah ceteris
paribus . Asumsi ini berlaku juga untuk aliran modal keluarmasuk dan ekspor.
Kedua, faktor aliran modal keluar capital outflow. Semakin besar aliran modal
keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan akhirnya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang
penduduk Indonesia baik swasta dan pemerintah dan penempatan dana
penduduk Indonesia ke luar negeri. Ketiga, kegiatan spekulasi. Semakin banyak
kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan, maka semakin besar permintaan
terhadap valuta sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.
Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama,
faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara
sehingga akan membuat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing
cenderung mengalami apresiasi. Kedua, faktor aliran modal masuk capital
inflow . Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung
semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing portofolio
investment dan investasi langsung pihak asing Foreign Direct Investment.
2.3.4.3. Sistem Nilai Tukar di Indonesia.
Indonesia telah mengimplementasikan sistem nilai tukar yang berbeda- beda dalam periode tiga dekade terakhir. Rezim nilai tukar yang dianut Indonesia
sekitar tahun 1960 adalah multiple exchange rate system. Indonesia menganut fixed exchange rate
system sejak Agustus 1971 sampai dengan November 1978. Indonesia selanjutnya menganut managed floating system setelah November 1978
sampai September 1992. Indonesia lalu menganut Managed Floating dengan crawling band system
dari September 1992 sampai dengan 13 Agustus 1997. BI terakhir mengubah arah kebijakan menjadi free floatingflexible system sejak
tanggal 14 Agustus 1997 hingga saat ini. Hal tersebut berkaitan dengan terjadinya currency turmoil
dan keterbatasan cadangan devisa yang dimiliki BI.
2.3.5. Konsep Suku Bunga Internasional.
London Interbank Offered Rate LIBOR adalah tingkat suku bunga
pinjaman yang diberlakukan antar bank satu sama lain untuk tingkat periode pinjaman dengan jatuh tempo satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan satu tahun.
Tingkat suku bunga LIBOR yang diberlakukan oleh bank-bank di London biasanya dipublikasikan dan digunakan sebagai landasan untuk tingkat suku
bunga bank di seluruh dunia sebagai tingkat suku bunga internasional. London Interbank Offered Rate
dikompilasikan oleh British Bankers Association
BBA dan dipublikasikan setiap pukul sebelas pagi setiap harinya dengan kolaborasi bersama Reuters. Tampilan yang dipublikasikan terdiri dari
panel bank-bank yang mewakili negara-negara dalam mata uang masing-masing. LIBOR biasanya digunakan sebagai panduan bank-bank dalam mengatur tingkat
suku bunga pinjaman yang adjustable. Konsep keterkaitan LIBOR dengan suku bunga pinjaman investasi di
Indonesia adalah apabila suku bunga pinjaman investasi di Indonesia lebih besar atau lebih tinggi dari pada suku bunga internasional ini, maka hal tersebut akan
menarik masuknya modal asing. Investor akan berusaha mencari cara yang tepat untuk mendapatkan return yang tinggi bagi dana yang ditanamkannya. Dana-dana
yang masuk ke Indonesia tersebut akan dikonversikan ke dalam nilai Rupiah dalam sistem perbankan Indonesia. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya arus
valuta asing yang dimiliki sistem perbankan Indonesia. Hal ini dengan kata lain akan cenderung menimbulkan apresiasi mata uang domestik Rupiah sehingga
mata uang asing akan terdepresiasi. Kurs dollar terhadap Rupiah akan menurun,
sebaliknya jika suku bunga pinjaman investasi di Indonesia menurun relatif terhadap suku bunga Internasional LIBOR maka kurs valuta asing atau kurs US
Dollar terhadap Rupiah akan meningkat.
2.3.6. Konsep Ekspor Neto.