dimana: LI
t
: Laju inflasi pada tahun atau periode t, IHK
: Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t, IHK
t
: Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t-1,
2.3.9. Teori John Dunning.
John Dunning mengemukakan teori ekletika yang mengidentifikasikan tiga faktor yang menjadi penarik mengalirnya modal asing dari suatu negara ke
negara lain Salvatore, 1997. Ketiga faktor tersebut adalah: 1. Investor harus memiliki keuntungan kepemilikan atas saingan-saingannya di
negara penerima investasi. Keuntungan kepemilikan tersebut bisa dalam bentuk hak monopoli atas suatu produk, teknologi, pengetahuan pasar, dan
teknik pemasaran yang lebih baik. 2. Negara penerima investasi harus memiliki keuntungan lokasi yang menarik
bagi investor. Hal ini bisa dalam bentuk pasar domestik yang besar dan potensial pertumbuhannya, tenaga kerja murah, sumber daya alam yang
melimpah, biaya transportasi yang murah, dan berbagai insentif yang diberikan oleh pemerintah negara penerima investasi.
3. Harus ada keuntungan internalisasi yang akan mendorong investor untuk memilih menanamkan modalnya secara langsung daripada menanamkan
modal dalam bentuk perjanjian-perjanjian lisensi lainnya.
2.3.10. Konsep Pertumbuhan Ekonomi.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menganalisis pembangunan ekonomi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi Rahmayani, 2005.
Pertumbuhan ekonomi juga didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan output per kapita jangka panjang yang terjadi apabila ada kecenderungan output
perkapita naik yang bersumber dari kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri Boediono, 1989.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses dimana Produk Domestik Bruto PDB riil meningkat secara terus menerus melalui kenaikan produktivitas
per kapita. Peningkatan ini dilihat dalam bentuk kenaikan produksi riil perkapita dan taraf hidup yang ditempuh melalui penyediaan dan pengerahan berbagai
sumber produksi Salvatore, 1997. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada Todaro
dan Stephen, 2002. Model pertumbuhan Harrod-Domar mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan langsung antara tingkat tabungan neto suatu negara s dengan tingkat pertumbuhan outputnya g melalui persamaan g = s k, adapun k adalah rasio
modal-output Lumbanraja, 2006.
Istilah perkembangan
dan pertumbuhan
ekonomi sering
kali disamaartikan. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi menurut beberapa ahli
mempunyai makna yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi dipakai untuk negara yang sudah maju sedangkan perkembangan ekonomi dipakai untuk masalah
negara berkembang dan negara terbelakang. Pengertian lain adalah pertumbuhan ekonomi sebagai pertambahan output pendapatan nasional yang disebabkan oleh
pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan, sedangkan perkembangan ekonomi adalah perubahan spontan dan terputus-putus
dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan sebelumnnya.
Pertumbuhan ekonomiperkembangan ekonomi pada negara berkembang pada umumnya menggunakan Gross Domestik Product GDP berbeda dengan
negara maju yang menggunakan Gross National Product GNP. Tujuan penggunaan perhitungan GDP adalah agar dapat menghitung pendapatan
perkapitanya dengan mengetahui data mengenai jumlah penduduk pada tahun yang sama dengan pendapatan nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang dalam pembahasan ini diproksi dari besaran GDP riilnya adalah salah satu faktor yang memengaruhi penanaman modal asing
dan nilai tukar. Besarnya GDP riil secara sistematik menggambarkan kondisi finansial suatu dan pangsa pasar suatu negara. Tingkat GDP riil yang besar
menunjukkan ukuran pasar, sehingga akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya. Hubungan GDP riil dengan perubahan nilai tukar adalah
peningkatan dalam GDP akan meningkatkan permintaan mata uang domestik oleh masyarakat sehingga nilai mata uang domestik akan terapresiasi.
2.4. Studi Penelitian Terdahulu.
Perbedaan penelitian ini dengan jenis penelitian-penelitian di atas terlihat dalam aspek tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini sendiri. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh dari Foreign Direct Investment sektor industri besi baja terhadap output PDB industri besi baja di Indonesia, dengan metode
yang digunakan adalah metode Granger Causality, VAR, dan VECM.
2.4.1. Penelitian mengenai Industri Besi dan Baja Indonesia.
Penelitian yang mengamati mengenai industri baja diantaranya adalah penelitian Safitri 2006 yang bertujuan untuk menganalisa struktur pasar dan
kinerja industri besi baja di Indonesia, hubungan struktur pasar dengan kinerja yang ada dan perilaku pasar yang terjadi. Metode analisis yang digunakan yaitu
Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur
pasar pada industri besi baja adalah oligopoli ketat dan ada persaingan dalam merebut pangsa pasar antara perusahaan, walaupun dalam kenyataan memang ada
perusahaan mendominasi pasar. Industri besi baja dilihat dari segi kinerja menerima margin keuntungan atas biaya langsung PCM rata-rata sebesar 36,68
persen sedangkan efisiensi-X yang tercapai XEF rata-rata adalah 71,70 persen. Diduga ada beberapa perilaku dari perusahaan dominan yang dapat menjelaskan
pengaruh positif dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja di