94 tenaga penyuluh pertanian. Oleh karena itu perlu dibuat berbagai
kebijaksanaan yang dapat mengefektifkan fungsi penyuluhan dengan sasaran khusus pengembangan sistem usaha tani tanaman pangan dan hortikultura.
Sasaran penyuluhan perlu diperluas tidak hanya pada rumahtangga tani saja, tetapi juga pada para pelaku agribisnis lainnya, termasuk penyuluhan dalam
rangka pengembangan kelembagaan ekonomi petani.
5.3. Analisis Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Halmahera Barat
Salah satu permasalahan yang sering dilalui bagi kehidupan setiap manusia yang telah berkeluarga adalah selalu berupaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup rumahtangganya, dimana setiap indvidu tersebut akan selalu diperhadapkan dengan berbagai masalah terutama dalam meningkatkan
pendapatannya. Khusus bagi rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura yang biasanya bermukim di pedesaan, selain pendapatan dari hasil
usaha pertanian sebagai pekerjaan pokok, dia juga berupaya mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga diluar dari usaha pokok
sesuai dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya. Terkait dengan permasalahan yang diangkat sebelumnya dalam
penelitian ini, ada beberapa faktor utama yang mempunyai hubungan dengan rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura sehingga perlu dianalisis,
diantaranya sebagai berikut :
5.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tujuan pembangunan pertanian sebagai salah satu pembangunan ekonomi adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di bidang usaha pertanian terutama yang berada di wilayah pedesaan. Hal ini dapat dicapai bila pendapatan para petani tersebut dapat
ditingkatkan dari sumber-sumber pendapatannya baik yang berasal dari pertanian maupun non pertanian.
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah pendekatan per kapita pada masing-masing rumahtangga tani yang dipengaruhi
oleh faktor umur thn, tingkat pendidikan SD-SMA, pekerjaan sampingan dummy, jumlah tanggungan keluarga jiwa, pengalaman bertani tahun,
95 luas lahan hektar, sistim tanam dummy, pengolahan hasil dummy, akses
pasar dummy dan biaya usaha tani Rupiah. Pada proses analisa data, variabel-variabel yang mempengaruhi
pendapatan diolah masing-masing dari beberapa bentuk fungsional regresi, seperti regresi linier berganda, bentuk log-linier, dan bentuk double-log. Dari
beberapa tahapan analisis data, hasil yang paling sesuai didapat adalah analisis regresi linier berganda. Regresi linier berganda dipilih karena menurut kriteria
fungsi regresi, yaitu suatu analisis dianggap paling cocok harus memenuhi kriteria yang didasarkan pada nilai R
2
. Proses analisis data menggunakan Minitab 14 for Windows,
dengan sepuluh variabel bebas. kesepuluh variabel bebas yang dimasukan ke dalam pengolahan data meliputi:
1. Umur tahun; X
1
2. Tingkat pendidikan SD-SMA; X
2
3. Pekerjaan sampingan dummy 1 = punya, 0 = tidak punya; D
1
4. Jumlah tanggungan keluarga orang; X
3
5. Pengalaman bertani tahun; X
4
6. Luas lahan ha; X
5
7. Sistim tanam dummy 1 = tumpang sari, 0 = monokultur; D
2
8. Pengolahan hasil dummy olah 1 = olah, 0 = tidak olah; D
3
9. Akses pasar dummy 1 baik, 0 = tidak; D
4
10. Biaya usaha tani Rp; X
6
Regresi linier berganda ini merupakan salah satu alat analisis yang digunakan dalam penelitian untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi total pendapatan petani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat.
Analisis dengan menggunakan pendekatan logaritma fungsi, total pendapatan mempunyai tingkat keeratan hubungan antara variabel dependen
total pendapatan
dengan variabel-variabel
independen yang
mempengaruhinya, yaitu sebesar R-Sq = 55,4 maka faktor-faktor yang mempengaruhi total pendapatan petani tanaman pangan dan hortikultura
adalah faktor umur X
1
, pekerjaan sampingan D
1
, luas lahan X
5
, dan
sistem tanam D
2
. Secara parsial diperoleh variabel-variabel yang signifikan
96 berpengaruh terhadap total pendapatan petani tanaman pangan dan hortikultura
di Kabupaten Halmahera Barat. Nilai koefisien pada Tabel 13 dibawah ini dapat dijadikan sebagai nilai elastisitas dari variabel dependen, sementara
pengaruh masing-masing variabel terhadap total pendapatan pada petani tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini :
Tabel 13. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Total Pendapatan Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten
Halmahera Barat
Prediktor Coef
SE Coef T
P Constant
14.8027 0.7422 19.94
0.000
Umur
0.013219 0.003175 4.16
0.000
D1_SMP
0.00284 0.06683
0.04 0.966
D2_SMA
0.0470 0.1016
0.46 0.645
Pekerjaan_sampingan
0.22950 0.06453
3.56 0.001
Jumlah_Tanggungan_Keluarga
0.01319 0.01657
0.80 0.428
Pengalaman_Bertani
0.002898 0.003600 0.81
0.323
luas_lahan
0.07993 0.02152
3.71 0.000
sistem_tanam
0.4892 0.1622
3.02 0.003
Cara_Pengolahan_Hasil
0.3719 0.2289
1.62 0.108
akses_pasar
0.09567 0.07772
1.23 0.222
Ln_Biaya
0.00541 0.05166
0.10 0.917
R
2
= 55,4
Sumber : Data Petani Diolah, 2009
Hasil analisis dengan menggunakan alat analisis Minitab 14 menunjukan bahwa secara simultan variasi variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variasi total pendapatan rumahtangga petani tanaman pangan dan hortikultura, dengan ditunjukannya hasil uji F
hitung
mempunyai nilai sebesar 89,4
dengan F
tabel
sebesar 2,5. Nilai koefisien determinan R
2
diperoleh sebesar 55,4 yang berarti bahwa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan sampingan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bertani, luas
lahan, sistim tanam, cara pengolahan hasil, akses pasar, biaya usaha tani menjelaskan bahwa 55,4 variasi perubahan pendapatan Y dipengaruhi oleh
variabel-variabel tersebut. Sedangkan sisanya sebesar 44,6 dapat dijelaskan oleh faktor lain di luar model yang dipakai dalam analisis hasil penilitian ini.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda sederhana, umur X
1
mempunyai hubungan yang positif pada taraf α = 5 dengan kooefisien regresi sebesar 0,013 artinya bahwa jika umur naik satu satuan disaat variabel
97 lain konstan maka akan meningkatkan nilai pendapatan sebesar 0.013 satuan.
Selanjutnya pada tingkat pendidikan X
2
, apabila kepala rumahtangga tani berpendidikan SMP maka akan meningkatkan pendapatan sebesar 0.0028
satuan, sedangkan apabila petani tersebut mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi setaraf dengan SMA maka akan meningkatkan pendapatan sebesar
0.047 satuan. Pekerjaan sampingan D
1
mempunyai hubungan yang positif pada taraf α
= 5 dengan koefisien regresi sebesar
0,229
satuan. Dalam penelitian ini, responden yang mempunyai pekerjaan sampingan di luar sektor tanaman
pangan dan hortikultura maka akan meningkatkan pendapatan sebesar
0,229
satuan. Apabila kepala rumahtangga tani yang juga memiliki usaha selain sektor tanaman pangan dan hortikultura, maka petani tersebut akan
mendapatkan tambahan penghasilannya dalam meningktkan pendapatan keluarga. Hal ini memotivasi rumahtangga tani untuk selalu berupaya mencari
pekerjaan tambahan diluar usaha taninya dalam mencukupi sekaligus dapat meningkatkan pendapatan keluarganya.
Sementara itu, jumlah tanggungan keluarga X
3
secara parsial berpengaruh positif terhadap total pendapatan petani tanaman pangan dan
hortikultura pada taraf α = 5. Nilai koefisien regresi untuk variabel jumlah tanggungan keluarga sebesar 0,013. Dalam penelitian ini, petani yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga lebih banyak maka pendapatan yang dihasilkan petani tersebut hanya sebesar 0,013 satuan rupiah. Tanggungan keluarga
sangat ditentukan oleh jumlah anggota keluarga, artinya bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin besar jumlah pengeluaran
yang harus ditanggung oleh kepala keluarga, sehingga berpengaruh pada jumlah pendapatan rumahtangga petani tanaman pangan dan hortikultura.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula biaya hidup rumahtangga tersebut, sebaliknya semakin sedikit jumlah anggota
keluarga maka semakin sedikit pula beban kepala rumahtangga. Jumlah anggota keluarga berhubungan dengan pengeluaran yang harus ditanggung
oleh kepala keluarga setiap bulannya. Dengan demikian petani harus mempunyai pandangan kedepan untuk membatasi jumlah anggota keluarga
98 sehingga dapat mengimbangi serta tidak memberatkan tanggungan kepala
keluarga disetiap saat. Variabel pengalaman bertani X
4
juga mempengaruhi tingkat pendapatan rumahtangga tani, karena apabila rumahtangga tani mempunyai
pengalaman bertani dari waktu ke waktu, maka petani tersebut sudah memiliki ketrampilan skill dalam mengembangkan usahanya, baik dalam usaha
bercocok tanam maupun dalam pengolahan hasil produksi. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan nilai kooefisien regresi pada variabel pengalaman bertani
sebesar 0,0028 pada saat variabel lain konstan, maka secara otomatis akan meningkatkan pendapatan rumahtangga tani tersebut, walaupun besaran
peningkatan satuannya tidak sama dengan variabel lain. Terlebih lagi pada faktor luas lahan X
5
, dimana pada variabel ini menjelaskan bahwa rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura sangat
berpengaruh terhadap total pendapatan pada taraf α = 5. Jika luas lahan rumahtangga tani secara keseluruhan naik satu satuan disaat variabel lain
konstan maka akan meningkatkan nilai pendapatan sebesar 0.078 satuan. Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani, artinya bahwa apabila
petani berkeinginan menambah luasan areal lahan untuk menambah tanaman pangan dan hortikultura maka akan menambah produksi hasil usaha taninya.
Karena diketahui bahwa lahan bagi petani merupakan sumberdaya utama untuk memenuhi penghidupan rumahtangga dan apabila mereka memiliki lahan
berarti ada yang dapat mereka kerjakan serta menghasilkan pendapatan bagi keluarganya.
Sistim tanam D
2
dalam tanaman pangan dan hortikultura merupakan variabel yang di dummy dengan nilai koefisien regresi posif yaitu
0,489.
Petani yang melakukan penanaman tumpang sari akan memperoleh pendapatan lebih
baik dibandingkan dengan penanaman yang dilakukan secara monokultur. Merupakan suatu kebiasaan petani di Kabupaten Halmahera Barat
memanfaatkan lahannya dengan cara menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan. Ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dari usaha tani sub-
sektor tanaman pangan dan hortikultura. Sistim tanam tumpang sari dalam usaha tani tanaman pangan dan hortikultura lebih menguntungkan daripada
99 penanaman dengan satu jenis tanaman monokultur. Sebagian besar para
petani di lokasi penelitian memanfatkan lahan mereka, karena dengan alasan bahwa sistim tanam tumpangsari tersebut adalah merupakan salah satu cara
yang ampuh dalam meningkatkan pendapatan mereka. Cara pengolahan hasil D
3
adalah merupakan variabel bebas yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat pendapatan petani
tanaman pangan dan hortikultura. Dalam analisis ini juga membuktikan bahwa besarnya nilai koefisien regresi variabel ini sebesar 0.37 satuan, artinya jika
cara pengolahan hasil naik satu satuan disaat variabel lain konstan maka akan meningkatkan nilai pendapatan sebesar 0.37 satuan. Dalam penelitian ini
menunjukan bahwa apabila petani tanaman pangan dan hortikultura dapat mengolah hasil panennya dalam bentuk bahan makanan siap saji, makanan
ringan dalam bentuk kue, maka akan menambah penghasilan yang lebih besar bila dibanding dengan memasarkan dalam bentuk bahan mentah.
Faktor akses pasar D
4
dalam tanaman pangan dan hortikultura adalah variabel yang di dummy, nilai 1 satu untuk nilai akses baik dalam melakukan
transaksi jual beli hasil tanaman pangan dan hortikultura ke pasar sementara 0 nol untuk nilai yang tidak baik menjangkau pasar pada kegiatan transaksi
jual beli hasil tanaman pangan dan hortikultura yang mempunyai nilai koefisien positif yaitu 0.096, artinya semakin mudah petani menjangkau pasar
maka petani dengan mudah melakukan proses jual beli hasil-hasil tanaman pangan dan hortikultura yang secara langsung berpengaruh terhadap
pendapatan petani. Tetapi pada kenyataannya petani di Kabupaten Halmahera Barat sulit dalam menjual hasil tanaman pangan dan hortikulturanya secara
langsung di pasar, karena selain jangkauan usaha taninya jauh dari tempat pemukiman, akses jalan menuju ke sentra-sentra produksi juga dalam kondisi
rusak sehingga petani tidak dapat mendistribusikan secara langsung hasil produksinya karena tidak tersediaanya sarana angkutan dari lokasi produksi
ketempat pengolahan hasil, selain itu para petani juga sulit mendapatkan informasi pasar baik mealalui media cetak maupun elektronik karena berbagai
keterbatasan kewilayaan, serta kepemilikan media tersebut. Untuk memiliki media tersebut terkecuali dalam bentuk barang inventaris desa. Kehadiran
100 media informasi sangat diharapkan sehingga dapat memberikan pengaruh
terhadap peningkatan pendapatan petani. Variabel biaya usaha tani X
6
pada rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura mempunyai nilai koefisien positif yaitu sebesar 0.005, artinya
setiap penambahan pengeluaran 1 satu satuan maka pendapatannya hanya bertambah sebesar 0.005 rupiah. Pengeluaran berkaitan dengan input yang
digunakan dalam mengelola usaha tani, semakin banyak input yang digunakan maka semakin besar pula pengeluaran yang dibutuhkan dalam usaha tani.
Pengeluaran anggaran belanja petani yang dilakukan tanpa memiliki ketrampilan akuntin yang professional maka peningkatan hasil produksi yang
ditargetkan sulit dicapai, begitu pula sebaliknya dengan penerapan sistim akuntin yang professional dan terukur maka peningkatan hasil produksi akan
tercapai sesuai target yang ditentukan.
5.3.2. Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Halmahera Barat
Suatu kegiatan pembangunan dapat dinilai dengan berbagai cara dan tolok ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non
ekonomi. Pengukuran atau penilaian dengan menggunakan pendekatan ekonomi pada umumnya menggunakan tingkat pendapatan sebagai tolok ukur
yang diantaranya pendapatan per kapita, distribusi pendapatan dan jumlah penduduk miskin atau tingkat kemiskinan. Pada hakikatnya kemiskinan
berhubungan dengan kekurangan materi atau barang-barang yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti : makanan, pakaian dan
perumahan atau yang disebut dengan kebutuhan dasar Suharto E, 2009. Kemiskinan mutlak terkait dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang
dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang hidup secara layak. Dengan demikian, kemiskinan
diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya
Arsyad,1999. Selain itu kemiskinan juga dipandamg sebagai serba kekurangan penghasilan dan kekayaan yang memadai termasuk kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan sosial, ketergantungan dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Dengan demikian kemiskinan pada
101 hakekatnya menuju pada situasi kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang
dialami seseorang memenuhi kebutuhan hidup, maupun ketidakmampuan negara atau masyarakat memberikan perlindungan sosial kepada warganya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan alat pembanding untuk mengukur tingkat pendapatan
rumahtangga petani tanaman pangan dan hortikultura berdasarkan garis kemiskinan dengan mengacu pada kriteria Badan Pusat Statistik BPS Propinsi
Maluku Utara, 2008 yaitu sebesar Rp.190.838,- per kapitabulan untuk daerah pedesaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di Kabupaten Halmahera
Barat terdapat 34 KK dari 90 responden 38 rumahtangga petani tanaman pangan dan hortikultura masih memperoleh pendapatan rendah di bawah garis
kemiskinan, atau jauh dari yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan dasar sebesar Rp. 190.838,-. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel. 14. Kemiskinan pada Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat
No Tingkat
pendapatankapita bulan Kriteria BPS, 2008
Pendapatan Rata2Kapita
Thn Rp Jumlah
Responden KK
Kejadian Kemiskinan
1 190.838,-
1.726.309,- 34
38 2
190.838,- 4.120.755,-
56 52
Total Rata-Rata 3.162.977,-
90
100
Sumber : Hasil Penelitian, 2009
Secara keseluruhan pendapatan rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura dari hasil penelitian di Kabupaten Halmahera Barat dengan jumlah
responden sebanyak 90 orang adalah rata-rata sebesar Rp. 13,293,392,- per tahun dengan persentase penerimaan terbesar dari hasil usaha tani tanaman
pangan dan hortikultura sebesar Rp. 8,732,471,- 66 dan dari hasil pekerjaan sampingan seperti nelayan, usaha perdagangan, buruh, jasa dan lain-
lain sebesar Rp. 5,858,962,- 44 per tahun. Apabila pendapatan tersebut dibagi per bulan per kapita, maka pendapatan yang diterima rata-rata per bulan
per kapita sebesar Rp. 263.581,-. Dengan demikian maka sebanyak 34 KK dari 90 responden 38 kepala rumahtangga tanaman pangan dan hortikultura
hidup di bawah garis kemiskinan dan 52 kepala rumahtangga tani hidup di
102 atas garis kemiskinan atau mempunyai kehidupan yang berkecukupan. Dari data
tersebut menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat, khususnya rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera
Barat masih cukup rendah. Gambaran ini menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat
Kabupaten Halmahera Barat khususnya para petani yang menggantungkan hidupnya dibidang usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura belum
menunjukan pada taraf kehidupan yang memadai. Sebagian responden yang mempunyai tingkat pendapatan yang tinggi tersebut, merupakan bagian dari upaya
mereka dalam memanfaatkan peluang usaha diluar usaha pokoknya off farm sesuai dengan ketrampilan dan modal yang mereka miliki, sehingga dapat
menunjang pendapatan keluarga. Kondisi tersebut membuka isyarat untuk mengambil langka-langka kebijakan pemerintah berupa pengalokasian anggaran
belanja daerah serta menciptakan iklim usah dan investasi dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pertanian, agar para petani tanaman
pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat dapat hidup secara layak dan lebih mandiri.
5.3.3. Ketimpangan Pendapatan Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan