103 Statistik Propinsi Maluku Utara BPS, 2008, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
pendapatan sebagian para petani tersebut masih berada dibawah garis kemiskinan, atau belum dapat mencukupi kebutuhan dasar dalam sebuah rumahrangga. Hasil
analisis menunjukan bahwa tingkat pendapatan petani tanaman pangan dan hortikultura dengan jumlah reseponden sebanyak 90 KK yang tersebar pada tiga
wilayah kecamatan terdapat sebanyak 38 responden berpendapatan rendah yaitu dibawah pendapatan Rp. 190.838,- per kapita per bulan, yang berarti bahwa
tingkat kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura masih berada di bawah garis
kemiskinan. Bila dilihat dari ukuran distribusi pendapatan yang diterima antar individu atau rumahtangga petani di Kabupaten Halmahera Barat dengan
menggunakan alat analisis Gini Ratio, menunjukan angka persentase sebesar 0,31 atau 31, yang berarti bahwa terjadinya distribusi pendapatan pada rumahtangga
tani tanaman pangan dan hortikultura relatif cukup merata, karena sesuai dengan prinsip dasar tentang koefisien Gini adalah apabila ukuran ketimpangan agregat
yang angkanya berkisar antara nol pemerataan sempurna hingga satu ketimpangan sempurna, dimana terjadinya distribusi pendapatan antara 0,20
hingga 0,35 disebut distribusi pendapatan relatif merata Todaro, 2006.
5.3.4. Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Tingkat Kemiskinan
Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perubahan tingkat
pendapatan petani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat dapat diperlihatkan dengan mengunakan data primer yang diperoleh melalui
hasil wawancara dengan 90 KK yang tersebar di tiga wilayah kecamatan. Model yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah dengan alat analisis statistik
Regresi Logistik Binari melalui program Minitab 14 for Windows. Analisis ini dengan mengunakan pendekatan nilai odds ratio tingkat pendapatan petani W
sebagai variabel terikat dibagi dalam dua kategori, yaitu kategori hidup dibawah garis kemiskinan W=1, dan kategori hidup diatas garis kemiskinan W=0.
Dengan demikian, berapa kali kemungkinan hidup dibawah garis kemiskinan dibandingkan berpeluang hidup di atas garis kemiskinan atau hidup berkecukupan
bagi rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura, dapat diinterpretasikan dengan nilai odds ratio dari variabel yang berpengaruh Juanda, 2009. Gambaran
104 tersebut terdapat pada Tabel 15 berikut ini:
Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Logistik Binari terhadap Peluang Petani untuk Lepas dari Kemiskinan
Prediktor Coef
SE Coef Z
P Odds
Ratio Constant
-0.0359868 1.89145 -0.02
0.985 Umur
-0.129257 0.0440029 -2.94 0.003
0.88 D1_SMP
-0.444984 0.703401 -0.63 0.527 0.64
D2_SMA -1.62838 0.947233 -1.72
0.086 0.20 Pekerjaan_sampingan
-0.287354 0.777673 -0.37 0.712 0.75
Jumlah_Tanggungan_Keluarga 1.10716 0.282227 3.92 0.000 3.03
Pengalamann_Bertani -0.0597917 0.0446290 -1.34
0.180 0.94 luas_lahan_keseluruhan
-0.494387 0.344416 -1.44 0.151 0.61
sistem_tanam 2.51873
1.49784 1.68 0.093 12.41
Cara_Pengolahan_Hasil 4.11654
2.39329 1.72 0.085 61.35
akses_pasar -3.17212
1.01282 -3.13 0.002 0.04 Biaya_usaha_tani
0.327262 0.639822 0.51 0.609 1.39
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Hal yang penting dalam analisis ini adalah nilai odd ratio, yang merupakan ukuran peluang terjadinya suatu kejadian dibandingkan dengan
kejadian lainnya. Berdasarkan pada hasil analisis pada tabel tersebut di atas telah menunjukan bahwa dari 10 variabel bebas yang terdapat dalam model, hanya
terdapat 3 tiga variabel yang signifikan yaitu Umur, jumlah tanggungan keluarga, dan akses pasar.
5.3.4.1. Variabel Umur
Hasil analisis pada Tabel 15 di atas menunjukan bahwa, variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kemiskinan rumahtangga tani tanaman
pangan dan hortikultura adalah umur dari para petani karena memiliki nilai p- sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai Alfa 0,05 dan Nilai odds ratio untuk
variabel umur adalah sebesar 0,88. Dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa, apabila petani yang memiliki umur satu tahun lebih muda maka peluang
petani untuk hidup dibawah garis kemiskinan adalah 10,88 = 1,136 kali dibandingkan dengan petani yang umurnya 1 tahun lebih dewasa mempunyai
peluang untuk hidup dibawah garis kemiskinan 0,88 kali, seperti terlihat pada
Gambar 4 berikut :
105
Gambar 4. Pendapatan Vs Umur Petani
Hasil estimasi ini dapat menggambarkan bahwa apabila petani yang memiliki umur lebih dewasa, maka dia lebih berpengalaman dan mempunyai
kemampuan untuk berusaha dibandingkan dengan petani yang berumur masih muda atau belum dewasa, sehingga peluang untuk hidup dibawah garis
kemiskinan lebih rendah. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi logis, karena semakin dewasa seorang petani, maka petani tersebut sangat maksimal dalam
melakukan pekerjaan usaha tani, sehingga berdampak pada tingkat produksi yang semakin bertambah dan pada akhirnya berpengaruh pada pendapatan
rumahtangga. Dimana umur dapat membentuk cara berfikir, prilaku, pengalaman dan ketrampilan dalam mengelolah usaha tani tanaman pangan dan hortikultura,
sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan rumahtangganya sehingga petani tersebut dapat terhindar dari jeratan kemiskinan.
5.3.4.2. Jumlah Tanggungan Keluarga
Sesuai dengan hasil analisis pada Tabel 14 tersebut diatas menunjukan bahwa, variabel bebas yang juga berpengaruh secara signifikan terhadap
kemiskinan rumahtangga tani adalah jumlah tanggungan keluarga. Dimana nilai p dalam variabel ini menunjukan sebesar 0,000 lebih kecil dari alfa α=0,05 dan
odd ratio untuk variabel jumlah tanggungan keluarga adalah sebesar 3,03. Dalam
penelitian ini mengasumsikan bahwa apabila petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga bertambah 1 satu orang, maka peluang untuk hidup
dibawah garis kemiskinan sebesar 3,03 kali dibandingkan dengan petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga berkurang satu orang. Atau dengan
perkataan lain bahwa apabila petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga berkurang 1 orang maka peluang petani untuk hidup dibawah garis kemiskinan
106 sebesar 13,03 = 0,33 kali. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5 berikut :
Gambar 5. Pendapatan Tani Vs Jumlah Tanggungan Keluarga
Terkait dengan hasil analisis sebelumnya Tabel 13 menggambarkan bahwa jumlah tanggungan keluarga sangat berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pendapatan rumahtangga petani, karena semakin besar tanggungan yang dibebankan oleh kepala rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura dalam
mencukupi kebutuhan hidup semua anggota keluarga, maka cenderung mengurangi pendapatan sehingga berdampak pada kemiskinan.
5.3.4.3. Variabel Akses Pasar
Mengacu pada hasil analisis regresi logistik binari pada Tabel 15, dimana variabel akses pasar berpengaruh nyata terhadap tingkat kemiskinan
rumahtaangga tani tanaman pangan dan hortikultura. Pembuktian ini dapat dilihat pada nilai p dalam analisis ini sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alfa 5 dan
nilai odds ratio untuk variabel akses pasar adalah 0,04. Dalam penelitian ini dapat menggambarkan bahwa petani yang mudah mengakses pasar, maka peluang untuk
hidup dibawah garis kemiskinan sebesar 0,04 kali dibandingkan dengan yang sulit untuk mengakses pasar. Atau dengan pandangan lain, bahwa petani yang sulit
untuk mengakses pasar maka peluang untuk hidup dibawah garis kemiskinan sebesar 10,04 = 25 kali. Akses pasar oleh petani diberi nilai 1 dan 0 untuk petani
yang sulit untuk mengakses pasar, yang berarti bahwa petani yang mudah mengakses pasar mempunyai peluang lebih besar untuk hidup diatas garis
kemiskinan dibandingkan dengan petani yang kesulitan untuk mengakses pasar. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa kemiskinan muncul karena adanya
perbedaan akses baik itu pasar, informasi, harga maupun modal Kuncoro, 2003. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6 berikut :
107
Gambar 6. Pendapatan RT tani Vs akses terhadap pasar
Berdasarkan uraian di atas, variabel yang berpengaruh terhadap kemiskinan rumahtangga tani berasal dari aspek ekonomi dan aspek sosial, dimana aspek
ekonomi diwakili oleh akses pasar, sedangkan aspek sosial adalah variabel umur petani dan jumlah tanggungan keluarga. Hal ini mencerminkan bahwa aspek
ekonomi dan aspek sosial memegang peranan penting bagi rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat dalam upaya
meningkatkan pendapatan untuk keluar dari perangkap kemiskinan.
5.4. Strategi Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Penanggulangan Kemiskinan