26 3 motivasi renda, tidak memiliki rencana jangka panjang, 5 budaya kemiskinan
dan 6 pemahaman keliru terhadap kemiskinan.
2.7.3. Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam Mengatasi Kemiskinan
Pembangunan masyarakat dan pembangunan manusia merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan karena manusia secara kodrati mempunyai
kecenderungan untuk hidup bermasyarakat. Masyarakat dalam konteks pembangunan adalah masyarakat dalam arti komunitas, yaitu yang memiliki
sistem budaya, sistem sosial, dan sejarah tertentu Supriatna, 1997. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa karakteristik masyarakat bisa ditinjau dari
berbagai segi, yaitu bentuk organisasi, interaksi, stratifikasi, kekuasaan, komunikasi, kerjasama, maupun cara pencapaian tujuan. Oleh karena itu, hal
yang sangat penting dalam membangun masyarakat ialah memperhatikan karakteristik komunitas dan masyarakat umum, informasi yang bersifat global,
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dan sumber daya manusia karena faktor-faktor tersebut menjadi faktor utama bagi perubahan sosial dan
kemajuan masyarakat. Pembangunan masyarakat desa merupakan bagian dari pembangunan
masyarakat atau sosial, pembangunan desa, dan pembangunan desa terpadu yang diarahkan kepada kelembagaan dan partisipasi masyarakat miskin dalam
meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Masyarakat desa dapat dicirikan dengan taraf pendidikannya yang sangat rendah, kebanyakan
buta huruf, dan buta pengetahuan dasar yang menjadi permasalahan global Botkin, 1984 dalam Supriatna, 1997.
Konsep pembangunan pedesaan telah menjadi pusat perhatian negara- negara berkembang sejak tahun 1950-an sampai sekarang dalam pembangunan
nasionalnya. Hal ini terkait dengan strategi pembangunannya untuk memecahkan masalah-masalah laju pertumbuhan penduduk yang cepat,
kemiskinan, urbanisasi, dan pengangguran. Oleh karena itu, para pengambil kebijakan telah mengangkat masalah tersebut dalam haluan program serta
kegiatan pembangunan pedesaan secara menyeluruh yang menyangkut sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sosial, budaya, agama, dan
sebagainya.
27
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengembangan sektor pertanian dan strategi penanggulangan kemiskinan di Indonesia telah banyak diteliti, namun secara
khusus yang berlokasi di Kabupaten Halmahera Barat yang terkait dengan analisis pengembangan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura dalam penaggulangan
kemiskinan belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sajogyo 2002 diacu dalam Yustika
2004, mengungkapkan bahwa petani yang memiliki lahan yang cukup luas berpeluang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan petani yang
mempunyai lahan yang lebih kecil. Diungkapkan pula bahwa terjadi penurunan penguasaan luas lahan pertanian 0,5 – 1 Ha dari tahun 1975 sampai 1993 dari 12
menjadi 6,2 . Dengan demikian lahan merupakan modal utama bagi petani dalam mengelola usaha pertaniannya. Semakin luas lahan yang mereka garap,
semakin luas kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat pedesaan dapat
dijadikan tolok ukur dari mana pembangunan masyarakat desa harus dimulai. Haeruman 2007, mengungkapkan beberapa fakta yang terjadi di wilayah
pedesaan, yaitu : a Kemiskinan
Perkembangan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan selama kurun waktu 1976 hingga tahun 2004, persentasenya lebih besar
dibandingkan dengan penduduk perkotaan. Hal ini bisa dimungkinkan karena sebagian
besar penduduk
Indonesia berdomisili
di pedesaan
yang bermatapencarian di sektor pertanian. Sedangkan dilihat dari profilnya,
rumahtangga miskin di Indonesia rata-rata mempunyai 5,6 anggota per rumahtangga sedangkan di daerah pedesaan mempunyai 6,1 anggota per
rumahtangga. Dari angka tersebut diketahui bahwa beban rumahtangga miskin di daerah pedesaan lebih besar dibandingkan di daerah perkotaan.
Sebanyak 15,8 juta penduduk Indonesia tergolong fakir miskin pada tahun 2003. jumlah tesebut sekitar 42,4 dari seluruh populasi penduduk
miskin 37,3 juta jiwa tahun 2003. Persentase tersebut menunjukan secara rata- rata dari setiap 100 orang penduduk miskin 42 orang diantaranya masih