Sedangkan faktor langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi, pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana
pemukiman dan sebaran lahan sawah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah di tingkat
petani, sebagaimana dikemukakan oleh Rusastra 1994 dalam Munir 2008 adalah sebagai pilihan alokasi sumber daya melalui transaksi yang dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi petani seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan kemampuan ekonomi secara keseluruhan serta pajak tanah, harga tanah dan lokasi
tanah, sehingga diperlukan kontrol agar sesuai dengan rencana tata ruang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir 2008 di Desa
Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, dapat diketahui bahwa ada faktor-faktor yang berhubungan dengan konversi
lahan. Faktor- faktor tersebut meliputi faktor internal petani dan faktor eksternal. Faktor internal adalah karakteristik petani yang mencakup umur, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki, dan tingkat ketergantungan terhadap lahan. Sedangkan faktor eksternal mencakup pengaruh
tetangga, investor, dan kebijakan pemerintah daerah dalam hal pengembangan pertanian.
Penelitian ini merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
tingkat pendapatan rumahtangga, jumlah tanggungan, tingkat ketergantungan terhadap lahan, dan tingkat pendidikan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari
pengaruh tetangga, pengaruh investor, dan kebijakan pemerintah.
2.1.5 Konsep Petani
Wolf 1985 mendefinisikan petani sebagai pencocok tanam pedesaan yang surplus produksinya dipindahkan ke kelompok penguasa melalui mekanisme
sistematis seperti upeti, pajak, atau pasar bebas. Bahari 2002 dalam Munir 2008 menyatakan bahwa secara umum ada tiga ciri utama yang melekat pada
petani pedesaan, yaitu kepemilikan lahan secara de facto, subordinasi legal, dan kekhususan kultural.
Menurut Shanin 1971 seperti yang dikutip oleh Subali 2005, terdapat empat karakteristik utama petani. Pertama, petani adalah pelaku ekonomi yang
berpusat pada usaha milik keluarga. Kedua, selaku petani mereka
menggantungkan hidup mereka kepada lahan. Bagi petani, lahan pertanian adalah segalanya yakni sebagai sumber yang diandalkan untuk menghasilkan bahan
pangan keluarga, harta benda yang bernilai tinggi, dan ukuran terpenting bagi status sosial. Ketiga, petani memiliki budaya yang spesifik yang menekankan
pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial mereka kental. Keempat, cenderung sebagai pihak selalu kalah tertindas namun tidak mudah
ditaklukkan oleh kekuatan ekonomi, budaya dan politik eksternal yang mendominasi mereka.
2.1.6 Pelapisan Sosial
Luas sempitnya pemilikan tanah pertanian merupakan faktor yang sangat menentukan dalam sistem pelapisan sosial masyarakat desa pertanian. Smith dan
Zopf 1970: 278-281 dalam Tjondronegoro 1998 mengetengahkan adanya lima faktor yang determinan terhadap sistem pelapisan sosial masyarakat desa, yaitu:
1. Luas pemilikan tanah dan sejauh mana pemilikan itu terkonsentrasi di tangan sejumlah kecil orang atau sebaliknya terbagi merata pada warga desa.
2. Pertautan antara sektor pertanian dan industri 3. Bentuk-bentuk pemilikan atau penguasaan tanah
4. Frekuensi perpindahan petani dari lahan pertanian satu ke lainnya 5. Komposisi rasial penduduk.
Sayogyo membagi masyarakat petani atas dasar kepemilikan lahan yang dikuasainya di Jawa dalam tiga golongan, yaitu:
4
1. Petani lapisan bawah petani gurem dengan luas tanah 0,5 ha 2. Petani lapisan menengah petani kecil dengan luas tanah antara 0,5 - 1,0 ha
3. Petani lapisan atas petani kaya, dengan luas tanah 1,0 ha Penelitian ini merumuskan tiga kategori pelapisan sosial masyarakat petani
berdasarkan kepemilikan lahan, yaitu: 1. Petani lapisan bawah memiliki luas lahan 0,25 ha
4
http:roykesiahainenia.i8.commateri_sospolmateri_6.html. [diakses tanggal 1 Februari 2010].
2. Petani lapisan menengah memeiliki luas lahan 0,25-0,5 ha 3. Petani lapisan atas memiliki luas lahan ≥ 0,5 ha
2.1.7 Taraf Hidup dan Kesejahteraan