Kampung Pabuaran GAMBARAN UMUM LOKASI

Total 8.611 6.836 15.447 Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan Mulyaharja Tahun 2009 Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk kelurahan Mulyaharja adalah lulusan Sekolah Dasar SDsederajat, yaitu sebanyak 6.435 orang. Walaupun sarana pendidikan di wilayah ini sudah tersedia sampai Sekolah Menengah Pertama SMP, tetapi faktor ekonomi ikut mempengaruhi. Setelah lulus Sekolah Dasar SD, penduduk Kelurahan Mulyaharja banyak yang langsung bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

4.2 Kampung Pabuaran

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, dapat diketahui bahwa para leluhur menamai kampung ini dengan nama Pabuaran, yang berasal dari kata buyar yang memiliki arti bubar, pecah atau terpisah-pisah. Mereka meramalkan bahwa suatu saat kampung ini akan pecah. Hal ini terbukti jika dikaitkan dengan kondisi kampung ini sekarang yang penduduknya terpisah-pisah akibat maraknya konversi lahan yang menyebabkan banyak penduduk yang pindah ke luar kampung. Sebagian besar lahan pertanian yang ada di Kampung Pabuaran dimiliki oleh orang luar Kelurahan Mulyaharja, seperti yang berasal dari Desa Sukaharja, Cikaret, Kota Batu, Pamoyanan dan lain-lain. Dahulu, mayoritas penduduk di kampung ini bermata pencaharian sebagai petani, tetapi sekarang jumlah lahan pertanian pun semakin berkurang karena banyak lahan pertanian di wilayah ini sudah dimiliki oleh swasta, Jumlah petani pun semakin berkurang. Walaupun masih ada yang bertahan pada sektor pertanian, tapi jumlahnya sangat kecil dan mayoritas petani yang bertahan adalah petani penggarap. Mereka ada yang menggarap lahannya sendiri, menggarap lahan orang lain, dan menggarap lahan milik swasta yang belum dibangun. Sebagian besar penduduk kampung ini beralih profesi ke sektor non-pertanian seperti Home Industry sandal, buruh, berdagang, ojek dan pertukangan. Tahun 1994 PT X mulai memasuki kampung ini. PT X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang property. Dalam menjalankan usahanya, PT X membeli lahan-lahan yang ada di wilayah ini untuk dijadikan kawasan perumahan. Setelah PT X masuk, harga tanah melonjak tajam. Harga tanah yang pada awalnya murah, setelah PT X masuk menjadi Rp 25.000,- per meter, sekarang harga tanah bisa mencapai Rp 250.000,- per meter tergantung letak tanah. Semakin strategis maka semakin mahal. Oleh karena itu, banyak orang tertarik untuk menjual tanahnya ke PT X. Dalam upaya untuk membeli lahan yang ada di Kampung ini, PT X menggunakan berbagai cara. PT X pada awalnya membeli lahan yang letaknya di pinggir. Setelah negosiasi dilakukan dan jual beli berhasil dilaksanakan, kemudian bagian pinggir-pinggir lahan tersebut ditembok tinggi. Hal ini menyebabkan petani yang posisi lahannya berada di tengah-tengah akan terkurung. Sehingga lama-kelamaan mereka yang lahannya terkurung pada akhirnya ikut menjual lahannya. PT X juga menggunakan jasa biong 5 untuk menjalankan usahanya dalam mendapatkan lahan yang ada di sana. Biong mendatangi orang-orang yang memiliki lahan kemudian berusaha membujuk mereka agar mau menjual lahannya. Jika usaha dari biong itu gagal, mereka akan datang terus menerus sampai orang yang punya lahan bersedia menjual lahannya. Kampung Pabuaran pada awalnya memiliki 5 RT, tetapi sekarang jumlah RT yang ada hanya 4, yaitu RT 01, RT 02, RT 03, RT 04 sedangkan RT 05 sudah tidak ada karena lahannya sudah habis terkena konversi, sehingga penduduknya sudah pindah. Penduduk RT 05 ada yang pindah ke RT lain, ada juga yang pindah ke luar kampung. RT 01 terdiri dari 90 KK, RT 02 terdiri dari 54 KK, RT 03 terdiri dari 60 KK, RT 04 terdiri dari 15 KK tadinya 57 KK. Tingkat pendidikan penduduk Kampung Pabuaran mayoritas adalah lulusan Sekolah Dasar. Pendapatan di sektor pertanian pun tergolong rendah. Dahulu, walaupun pendapatan pada sektor pertanian tidak begitu tinggi, tapi orang yang bermata pencaharian petani masih tergolong banyak. Tetapi sekarang, orang banyak yang beralih profesi ke sektor non-pertanian seperti Home Industry, buruh, berdagang, ojek, pertukangan dan lain-lain. Home Industry sandal adalah bidang usaha yang paling banyak ditemukan di Kampung ini. Mereka menjadikan pertanian sebagai usaha sampingan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak A: 5 Biong merupakan istilah untuk makelar yang menjadi perantara antara pihak swasta dan petani dalam proses jual beli lahan yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja. “Kalau di sini mah pertanian sekarang udah jarang soalnya ga ada penerusnya, lahannya juga udah ga ada. Paling juga tani kalo orderan sendal lagi sepi, tani cuma sampingan aja”

4.2 Kampung Cibeureum Sunting