persen. Sedangkan rumahtangga petani lapisan bawah, mayoritas memiliki kondisi tempat tinggal yang sudah bagus dengan persentase sebesar 52,4 persen.
Rumahtangga petani lapisan atas dan lapisan bawah sama-sama memiliki kondisi tempat tinggal yang mayoritas sudah bagus. Walaupun demikian, persentase
paling tinggi tetap dimiliki oleh rumahtangga petani lapisan atas. Setelah konversi lahan, persentase rumahtangga petani lapisan atas yang
memiliki kondisi tempat tinggal yang bagus tidak mengalami perubahan, yaitu tetap sebesar 55,6 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan atas yang
memiliki kondisi tempat tinggal yang masih sederhana juga tidak mengalami perubahan, yaitu tetap sebesar 44,4 persen.,
Setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki kondisi tempat tinggal yang bagus, persentasenya mengalami
peningkatan dari 0 persen menjadi 20 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki kondisi tempat tinggal yang sederhana, setelah
konversi lahan mengalami penurunan sebesar 20 persen, yaitu dari 100 persen menjadi 80 persen.
Rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki kondisi tempat tinggal yang bagus, setelah konversi lahan persentasenya mengalami peningkatan sebesar
4,7 persen, yaitu dari 52,4 persen menjadi 57,1 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki kondisi tempat tinggal yang sederhana ,
setelah konversi lahan mengalami penurunan sebesar 4,7 persen, yaitu dari 47,6 persen menjadi 42,9 persen. Dengan kata lain, yang paling banyak diuntungkan
setelah adanya konversi adalah rumahtangga petani lapisan bawah, dan menengah. Sedangkan rumahtangga petani lapisan atas berada pada posisi yang tetap..
Setelah menjual lahannya, banyak rumahtangga petani yang menggunakan uang hasil penjualan lahannya untuk merenovasi rumah khusunya pada
rumahtangga petani lapisan bawah dan menengah. Hal ini mengakibatkan setelah terjadinya konversi lahan persentase rumah bagus meningkat.
5.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam hal ini dikategorikan menjadi 2, yaitu kategori rendah dan kategori tinggi. Sebagian besar warga di wilayah ini memiliki tingkat
pendidikan yang rendah, khususnya warga usia tua. Mayoritas warga hanya menyelesaikan pendidikan formal sampai tingkat Sekolah Dasar SD. Mayoritas
petaninya pun adalah lulusan Sekolah Dasar SD. Tabel 6.
Persentase Perbandingan Tingkat Pendidikan Rumahtangga Petani Berdasarkan Pelapisan Sosial Sebelum Terjadinya Konversi Lahan B
dan Sesudah Terjadinya Konversi Lahan A di Kelurahan Mulyaharja
Tingkat Pendidikan Rendah
Tinggi Total
Pelapisan Sosial B
A B
A B
A Atas
55,6 11,1
44,4 88,9
100 100
Menengah 80
80 20
20 100
100 Bawah
85,7 57,1
14,3 42,9
100 100
Rata-rata 77,1
48,6 22,9
51,4 100
100
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebelum terjadinya konversi lahan, mayoritas rumahtangga petani memiliki tingkat pendidikan rendah dengan persentase
sebesar 77,1 persen. Rumahtangga petani lapisan atas, mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah dengan persentase sebesar 55,6 persen. Rumahtangga
petani lapisan menengah, mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah dengan persentase sebesar 80 persen. Rumahtangga petani lapisan bawah,
mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah dengan persentase sebesar 85,7 persen. Ketiga lapisan rumahtangga petani tersebut, mayoritas memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. Namun, persentase tingkat pendidikan rendah paling besar terdapat pada rumahtangga petani lapisan bawah dengan persentase
sebesar 85,7 persen, dan persentase tingkat pendidikan rendah paling kecil terdapat pada rumahtangga petani lapisan atas dengan persentase sebesar 55,6
persen. Setelah konversi lahan, persentase rumahtangga petani lapisan atas yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi mengalami peningkatan sebesar 44,5 persen, yaitu dari 44,4 persen menjadi 88,9 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan
atas yang memiliki tingkat pendidikan rendah , setelah konversi lahan mengalami penurunan sebesar 44,5 persen, yaitu dari 55,6 persen menjadi 11,1 persen.
Persentase rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, setelah konversi lahan tidak mengalami peningkatan, yaitu
tetap sebesar 20 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan menengah yang
memiliki tingkat pendidikan rendah, setelah konversi lahan juga tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar 80 persen.
Persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, setelah konversi lahan mengalami peningkatan sebesar 28,6
persen, yaitu dari 14,3 persen menjadi 42,9 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki tingkat pendidikan rendah, setelah konversi lahan
mengalami penurunan sebesar 28,6 persen, yaitu dari 85,7 persen menjadi 57,1 persen.
Tingkat pendidikan pada semua lapisan rumahtangga petani semakin baik. Berdasarkan penuturan informan, dapat diketahui bahwa anak yang tamat SMP,
SMA, bahkan S1 meningkat walaupun jumlahnya tidak banyak. Semakin tinggi lapisan sosial, maka semakin tinggi tingkat pendidikannya. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah lapisan sosial, maka semakin rendah pula tingkat pendidikannya.
5.4 Tingkat Kesehatan