Tingkat Kesehatan Tingkat Kepemilikan Aset

memiliki tingkat pendidikan rendah, setelah konversi lahan juga tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar 80 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, setelah konversi lahan mengalami peningkatan sebesar 28,6 persen, yaitu dari 14,3 persen menjadi 42,9 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki tingkat pendidikan rendah, setelah konversi lahan mengalami penurunan sebesar 28,6 persen, yaitu dari 85,7 persen menjadi 57,1 persen. Tingkat pendidikan pada semua lapisan rumahtangga petani semakin baik. Berdasarkan penuturan informan, dapat diketahui bahwa anak yang tamat SMP, SMA, bahkan S1 meningkat walaupun jumlahnya tidak banyak. Semakin tinggi lapisan sosial, maka semakin tinggi tingkat pendidikannya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah lapisan sosial, maka semakin rendah pula tingkat pendidikannya.

5.4 Tingkat Kesehatan

Tingkat kesehatan dalam hal ini dikategorikan menjadi tiga, yaitu kategori rendah, kategori sedang, dan kategori tinggi. Tabel 7. Persentase Perbandingan Tingkat Kesehatan Rumahtangga Petani Berdasarkan Pelapisan Sosial Sebelum Terjadinya Konversi Lahan B dan Sesudah Terjadinya Konversi Lahan A di Kelurahan Mulyaharja Tingkat Kesehatan Rendah Sedang Tinggi Total Pelapisan Sosial B A B A B A B A Atas 88,9 88,9 11,1 11,1 100 100 Menengah 100 100 100 100 Bawah 100 100 100 100 Rata-rata 97,1 97,1 2,9 2,9 100 100 Tabel 7 menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah konversi lahan, seluruh lapisan rumahtangga petani tidak ada yang memiliki tingkat kesehatan yang rendah. Hal ini karena fasilitas kesehatan sangat mudah untuk di akses. Mayoritas rumahtangga petani memiliki tingkat kesehatan pada kategori sedang, dengan persentase sebesar 97,1 persen. Rumahtangga petani baik lapisan atas, menengah, maupun bawah mayoritas memiliki tingkat kesehatan dengan kategori sedang berturut-turut sebesar 88,9 persen, 100 persen, dan 100 persen. Sebelum dan sesudah konversi lahan, persentase tingkat kesehatan kategori tinggi terbesar tetap ditempati oleh petani kelas atas yaitu sebesar 11,1 persen. Tingkat kesehatan pada kategori sedang juga masih ditempati oleh petani kelas bawah dan menengah yang persentasenya sama yaitu sebesar 100 persen. Berdasarkan informasi dari pihak Kelurahan, dapat diketahui bahwa sejak dulu, kondisi kesehatan warga memang cukup baik. Hal ini karena akses akan sarana kesehatan di wilayah ini mudah untuk diperoleh. Jarak Puskesmas dengan rumah warga tidak terlalu jauh.

5.5 Tingkat Kepemilikan Aset

Tingkat kepemilikan aset dalam hal ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori rendah, kategori sedang, dan kategori tinggi. Tabel 8. Persentase Perbandingan Tingkat Kepemilikan Aset Rumahtangga Petani Berdasarkan Pelapisan Sosial Sebelum Terjadinya Konversi Lahan B dan Sesudah Terjadinya Konversi Lahan A di Kelurahan Mulyaharja Tingkat Kepemilikan Aset Rendah Sedang Tinggi Total Pelapisan Sosial B A B A B A B A Atas 11,1 77,8 88,9 11,1 11,1 100 100 Menengah 40 60 60 40 100 100 Bawah 76,2 81 23,8 19 100 100 Rata-rata 54,3 57,1 42,9 40 2,8 2,9 100 100 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebelum konversi lahan, mayoritas rumahtangga petani memiliki tingkat kepemilikan aset yang rendah, dengan persentase sebesar 54,3 persen. Rumahtangga petani lapisan atas, mayoritas memiliki tingkat kepemilikan aset yang sedang dengan persentase sebesar 77,8 persen. Rumahtangga petani lapisan menengah, mayoritas memiliki tingkat kepemilikan aset yang sedang dengan persentase sebesar 60 persen. Sedangkan rumahtangga petani lapisan bawah, mayoritas memiliki tingkat kepemilikan aset yang rendah dengan persentase sebesar 76,2 persen. Setelah konversi lahan, persentase rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki tingkat kepemilikan aset tinggi jumlahnya tetap sama yaitu 11,1 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki tingkat kepemilikan aset sedang, mengalami peningkatan sebesar 11,1 persen, yaitu dari 77,8 persen menjadi 88,9 persen. Sedangkan persentase rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki tingkat kepemilikan aset rendah mengalami penurunan dari 11,1 persen menjadi 0 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki tingkat kepemilikan aset tinggi, setelah konversi lahan jumlahnya tetap sama yaitu 0 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki tingkat kepemilikan aset sedang, mengalami penurunan sebesar 20 persen, yaitu dari 60 persen menjadi 40 persen. Sedangkan persentase rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki tingkat kepemilikan aset rendah mengalami peningkatan dari 40 persen menjadi 60 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki tingkat kepemilikan aset tinggi, setelah konversi lahan jumlahnya tetap sama yaitu 0 persen. Persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki tingkat kepemilikan aset sedang, mengalami penurunan sebesar 4,8 persen, yaitu dari 23,8 persen menjadi 19 persen. Sedangkan persentase rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki tingkat kepemilikan aset rendah, setelah konversi lahan mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen, yaitu dari 76,2 persen menjadi 81 persen. Semakin tinggi lapisan sosial, maka tingkat kepemilikan aset akan semakin tinggi. semakin rendah lapisan sosial, maka tingkat kepemilikan aset akan semakin rendah. Ikhtisar Setelah konversi lahan, taraf hidup yang diukur melalui tingkat pendapatan, kondisi tempat tinggal perumahan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat kepemilikan aset mengalami perubahan. Pada rumahtangga petani lapisan bawah, tingkat pendapatan kategori rendah mengalami penurunan sebesar 19,1 persen, tingkat pendapatan kategori sedang dan tinggi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 14,3 persen dan 4,8 persen. Kondisi seperti ini tentu saja lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya konversi lahan. Hal ini terjadi karena banyak dari rumahtangga petani lapisan bawah yang bisa mengelola uang hasil penjualan lahan dengan baik, dengan cara membuka usaha lain di luar sektor pertanian atau membelikan lagi uang hasil penjualan ke dalam bentuk tanah pertanian dengan ukuran yang lebih luas. Pada rumahtangga petani lapisan menengah, tingkat pendapatan pada kategori rendah, sedang, dan tinggi, persentasenya tidak berubah antara sebelum dan sesudah konversi. Pada rumahtangga petani lapisan atas, tingkat pendapatan setelah konversi pada kategori rendah mengalami peningkatan sebesar 22,2 persen, tingkat pendapatan pada kategori sedang dan tinggi mengalami penurunan masing-masing sebesar 11,1 persen. Kondisi seperti ini tentu saja tidak menguntungkan bagi rumahtangga petani lapisan atas. Setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki rumah dengan kategori bagus mengalami peningkatan sebesar 4,7 persen. rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki rumah dengan kategori bagus juga mengalami peningkatan sebesar 20 persen, dan rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki rumah dengan kategori bagus persentasenya tidak berubah. Hal ini terjadi karena rumahtangga petani lapisan bawah dan rumahtangga petani lapisan menengah banyak yang menggunakan sebagian uang hasil penjualan lahan untuk merenovasi rumah. Rumahtangga petani lapisan atas memiliki persentase yang tetap karena mayoritas rumahtangga petani lapisan atas memang sudah memiliki rumah dengan kategori bagus sebelum terjadinya konversi lahan. Setelah konversi lahan, tingkat pendidikan rumahtangga petani lapisan bawah pada kategori tinggi mengalami peningkatan sebesar 28,6 persen. Tingkat pendidikan rumahtangga petani lapisan menengah pada kategori tinggi persentasenya tidak berubah. Tingkat pendidikan rumahtangga petani lapisan atas pada kategori tinggi mengalami peningkatan sebesar 44,5 persen. Sebelum dan sesudah konversi lahan, persentase tingkat kesehatan kategori tinggi, sedang, dan rendah pada masing-masing lapisan, memiliki persentase yang tetap. Hal ini karena sejak dulu akses akan sarana kesehatan di wilayah ini mudah diperoleh. Sebelum dan sesudah konversi lahan, tingkat kepemilikan aset tinggi hanya dimiliki oleh rumahtangga peatani lapisan atas dengan persentase yang tetap, yaitu 11,1 persen setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan bawah dan lapisan menengah yang tingkat kepemilikan asetnya rendah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,8 persen dan 20 persen, sedangkan tingkat kepemilikan aset sedang pada rumahtangga petani lapisan bawah dan menengah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,8 persen dan 20 persen. Setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki tingkat kepemilikan aset rendah mengalami penurunan sebesar 11,1 persen, dan rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki tingkat kepemilikan aset sedang mengalami peningkatan sebesar 11,1 persen.

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN