waktu enam tahun tersebut mampu meningkatkan perekonomian sekitar 21 persen. Dilihat dari data yang sudah terealisasi selama tiga tahun terakhir yaitu
2008-2010, laju pertumbuhan ekonomi sektor agroindustri cenderung berada pada kisaran 5-7 persen. Pada tahun 2008 sektor agroindustri mengalami pertumbuhan
positif sebesar 5,08 persen dan kembali meningkat menjadi 7,23 persen di tahun 2009, walaupun akhirnya kembali melambat menjadi 6,56 persen di tahun 2010.
6.7. Strategi Pengembangan Agroindustri
Melihat kondisi pertumbuhan ekonomi sektor agroindustri tahun 2010, pemerintah daerah Ciamis harus melakukan upaya kerja keras untuk
meningkatkan kinerja perekonomiannya karena dari data hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi agroindustri seharusnya mampu mencapai
sekitar 21 persen, tetapi proyeksi dari Bappeda hanya sebesar 8,02 persen pada tahun 2014. Terbukti pencapaian selama dua tahun terakhir hanya mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi agroindustri sebesar 7,23 persen tahun 2009 dan 6,56 persen di tahun 2010. Oleh karena itu Bappeda hanya menargetkan 8,02
persen untuk tahun 2014. Sehingga apabila pemerintah mampu untuk menargetkan laju pertumbuhan
ekonomi agroindustri sebesar 21 persen, hal tersebut sangat bagus sekali tetapi pemerintah Ciamis perlu bekerja super keras dengan mencari startegi terobosan
terbaru dalam pertumbuhan perekonomian. Pemerintah daerah harus memikirkan strategi itu dari sekarang supaya proyeksi RPJM tercapai dan apabila RPJM
tercapai maka laju pertumbuhan ekonomi dari agroindustri bukan hanya dapat tercapai sekitar 8 persen melainkan 21 persen.
Dalam perkembangannya selama ini, tiap instansi di Kabupaten Ciamis memiliki strategi untuk meningkatkan perekonomian wilayahnya. Dalam hal
investasi, Kepala Penanaman Modal memaparkan bahwa tujuan untuk meningkatkan investasi akan dapat tercapai apabila faktor penunjang yang
menghambat iklim investasi dapat diatasi, antara lain melalui : a.
perbaikan infrastruktur daerah, b.
koordinasi yang kuat antar Organisasi Perangkat Daerah OPD baik dengan Provinsi, Pusat dengan Provinsi maupun Daerah dengan Provinsi,
c. penciptaan birokrasi yang efisien,
d. kepastian hukum di bidang investasi, dan
e. iklim usaha yang kondusif di bidang keamanan dalam berusaha.
Selain itu sesuai dengan UU No 25 Tahun 2007 pasal 18 tentang pentingnya pemberian fasilitas dari pemerintah untuk investor yang melakukan
investasi baru ataupun perluasan usaha perlu difasilitasi. Bentuk fasilitas yang diberikan kepada investor dapat berupa :
a. fasilitas infrastruktur yang menunjang dalam kegiatan usahanya,
b. fasilitas fiskal yaitu pajak penghasilan dengan melalui pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap investasi yang dilakukan dalam waktu tertentu,
c. pembebasan atau keringanan bea masuk atas barang impor, barang modal,
mesin, peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri, bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi
untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu,
d. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat,
e. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah tertentu atau kawasan tertentu Pemberian fasilitas investasi agroindustri tersebut diberikan sebagai upaya
mendorong penyerapan tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan, orientasi ekspor dan insentif yang lebih
menguntungkan kepada investor menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan produksi dalam negeri, serta fasilitas terkait dengan lokasi investasi di
daerah. Sehingga dengan perbaikan berbagai faktor penunjang dan pemberian fasilitas tersebut, diharapkan dapat membuat investasi di Kabupaten Ciamis akan
membaik secara optimal dari tahun sebelumnya terutama investasi agroindustri. Sementara itu, narasumber dari bidang perekonomian Bappeda
memaparkan bahwa dalam upayanya untuk meningkatkan perinvestasian terutama dalam investasi agroindustri, sekarang sedang memprioritaskan pada salah satu
kebijakan pengembangan ekonomi wilayah yang disebut dengan Agropolitan. Agropolitan ini merupakan salah satu strategi pengembangan wilayah di
Kabupaten Ciamis untuk menarik peluang investasi di sektor agroindustri khususnya dan umumnya pada berbagai sektor. Kawasan Agropolitan ini sebagai
kawasan strategis cepat tumbuh, yang meliputi Kecamatan Panumbangan, Cihaurbeuti, Panjalu, Sukamantri, dan Lumbung.
Adanya konsep agropolitan ini didasari dari wilayah Ciamis yang sebagian besar wilayah daratannya memiliki karakteristik sebagai daerah pertanian. Seiring
dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi, adanya
agropolitan diharapkan dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan kawasan berubah menjadi pusat kegiatan yang pada akhirnya menjadikan tumbuhnya kota-
kota baru. Sehingga terjadinya keseimbangan pergerakan ekonomi, lingkungan serta membatasi terjadinya urbanisasi.
Kawasan agropolitan ini sesuai dengan prinsip yang seperti dipaparkan Kepala Bidang Perindustrian dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yaitu OVOP One Village One Product yang artinya setiap wilayah memiliki satu produk unggulan. OVOP merupakan salah satu langkah menuju klasterisasi
industri di sektor Industri Kecil Menengah IKM bertujuan mengangkat produk- produk unggulan daerah agar dapat berkembang dan masuk pasar lebih luas.
Dengan fokus pada satu produk unggulan daerah dan padat karya, OVOP juga akan menyerap banyak tenaga kerja lokal sehingga akan berdampak pada
peningkatan pendapatan masyarakat dan akhirnya kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis Tahun 2008 klasifikasi 28 sektor yang diagregasi menjadi 10 sektor, dapat diambil
kesimpulan bahwa : 1.
Kontribusi sektor agroindustri dalam perekonomian Kabupaten Ciamis terhadap pembentukan permintaan total, permintaan akhir, dan output
sektoral menempati urutan ketiga. Untuk permintan antara sektor agroindustri menempati urutan keempat dan untuk konsumsi rumah tangga
adalah yang terbesar dibanding sektor-sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah dan struktur investasi menempati urutan
keenam, serta untuk ekspor netto menempati urutan kesembilan. 2.
Dilihat dari analisis keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke depan, sektor agroindustri menempati urutan kelima dan
kedelapan. Sedangkan dari hasil analisis keterkaitan langsung maupun langsung dan tidak langsung ke belakang, sektor agroindustri menempati
urutan keenam dan ketujuh. Meskipun demikian, sektor agroindustri mampu menyerap sebagian besar input yang berasal dari sektor pertanian
dan agroindustri lebih dari 70 persen dan sektor pertanian juga mendominasi penggunaan output dari sektor agroindustri sekitar 32,18
persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor agroindustri di Kabupaten