Sedangkan hasil analisis multiplier output yang ditunjukkan oleh Tabel 5.12., terlihat bahwa subsektor yang memiliki nilai tertinggi baik pada multiplier
output tipe I maupun tipe II adalah subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai 2,18977 untuk multiplier output tipe I dan 2,58908 untuk
multiplier tipe II. Nilai multiplier output tipe I tersebut dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor industri makanan dan
minuman serta tembakau sebesar satu satuan rupiah, maka output pada seluruh sektor dalam perekonomian akan meningkat sebesar 2,18977 rupiah, sementara
untuk nilai multiplier output tipe II dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau
sebesar satu satuan rupiah, maka dengan memperhitungkan efek pengeluaran rumah tangga akan meningkatkan output pada seluruh sektor dalam perekonomian
sebesar 2,58908 rupiah
5.4.2. Multiplier Pendapatan
Pada hasil perhitungan yang tersaji dalam Tabel 5.11., dapat dilihat bahwa sektor agroindustri menempati urutan kedua baik dalam nilai multiplier
pendapatan tipe I maupun tipe II. Nilai multiplier sektor agroindustri untuk tipe I yaitu sebesar 1,86646 yang dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan
permintaan akhir pada sektor agroindustri sebesar satu satuan rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor dalam perekonomian
sebesar 1,86646 rupiah. Sedangkan nilai multiplier untuk tipe II sebesar 2,21822 yang dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor
agroindustri sebesar satu satuan rupiah dengan memasukkan efek pengeluaran
rumah tangga, maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,21822 rupiah.
Pada Tabel 5.12., terlihat pula multiplier pendapatan subsektor-subsektor pembentuk sektor agroindustri. Subsektor industri makanan dan minuman serta
tembakau merupakan subsektor yang memiliki nilai multiplier terbesar dengan nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 2,19840 dan tipe II sebesar 2,60113.
Untuk nilai multiplier tipe I dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau
sebesar satu satuan rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor dalam perekonomian sebesar 2,19840 rupiah. Sedangkan untuk tipe
II dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau sebesar satu satuan rupiah dengan
memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, maka akan meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar 2,60113 rupiah.
Untuk sektor pertanian memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I pada urutan kesembilan dengan nilai sebesar 1,20137 dan untuk tipe II urutan
kedelapan sebesar 1,42780. Sektor pertanian memiliki nilai multiplier output lebih besar daripada multiplier pendapatan, hal ini berbanding terbalik dengan sektor
agroindustri yang mempunyai nilai multiplier pendapatan yang lebih besar daripada multiplier output. Sehingga apabila terjadi investasi di sektor pertanian
maka akan meningkatkan output lebih besar daripada pendapatan, tetapi sebaliknya apabila terjadi investasi pada sektor agroindustri maka akan
meningkatkan pendapatan yang lebih besar.
5.4.3. Analisis Penetapan Sektor Prioritas