Keterkaitan Antara Sektor Pertanian dengan Agroindustri

berkaitan dengan hukum alam, yang pengendaliannya sangat sulit dijamin, dibandingkan dengan bisnis nonpertanian. Namun demikian, dengan manajemen profesional, kelangkaan dapat diatasi. Berbagai inovasi dalam mengonversi komoditas menjadi produk menjadikan agroindustri sebagai salah satu sektor penting bagi kehidupan manusia, hal ini karena hanya sektor agroindustri yang mampu secara simultan menghasilkan pangan, papan bahan bangunan, pakaian lignoselulosa, wool, dan kulit hewan dan energi. Krisnamurthi, et al. 2010 menjelaskan bahwa salah satu alternatif strategi industrialisasi yaitu dengan pengembangan agroindustri. Sektor ini dapat dijadikan sebagai salah satu sektor yang memimpin atau a leading sector dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor agroindustri paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan sustainability. Dalam perkembangannya kemudian, agroindustri yang bersistem agribisnis ini akan menjadi suatu paradigma baru dalam pembangunan berbasis pertanian. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis termasuk pertanian di dalamnya, memiliki posisi tetap dan peranan yang sangat strategis dan mendasar dalam pembangunan ekonomi nasional karena hamparan wilayah Indonesia yang berbasiskan pertanian.

2.2. Keterkaitan Antara Sektor Pertanian dengan Agroindustri

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang potensial dalam pembangunan perekonomian wilayah maupun nasional. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Ciamis menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, pernyataan ini dibuktikan dengan adanya data dari Bappeda bahwa rata-rata kontribusi sektor pertanian tahun 2006-2010 sebesar 31,32 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Suatu sektor mempunyai kontribusi dalam ekonomi bila mampu memberikan kesempatan bagi sektor lain untuk berkembang ataupun bagi kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Bila ditinjau dari pembangunan secara luas, sektor pertanian masih sangat perlu untuk mendapatkan prioritas dalam pengembangannya. Pernyataan ini dilatarbelakangi karena besarnya kontribusi sektor pertanian, sehingga dapat diandalkan dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan dalam membangun sektor pertanian tidak boleh lagi hanya melihat dari sisi produk primer atau on farm namun harus merupakan satu kesatuan dalam sistem agribisnis. Sehingga tantangan untuk membangun sektor pertanian yang tangguh sangat diperlukan dalam memasuki era globalisasi. Menurut Tambunan dalam Krisnamurthi, et al. 2010, pengembangan agribisnis terutama agroindustri mempunyai arti penting dalam suatu perekonomian yakni: 1 besarnya efek pengganda nilai tambah multiplier effect of value added sektor agroindustri, sehingga mempunyai potensi besar mendorong pertumbuhan ekonomi, 2 sektor ini sebagai penyedia lapangan kerja dalam suatu perekonomian baik nasional maupun regional, sehingga dapat mengurangi pengangguran, dan 3 dalam perdagangan luar negeri, sektor ini mempunyai potensi besar dalam meningkatkan devisa negara. Sehingga reorientasi strategi industrialisasi berbasis agroindustri merupakan syarat mutlak dalam menghadapi era globalisasi. Menggerakkan ataupun mengembangkan sektor agroindustri harus diimplementasikan dalam kerangka sistem agribisnis secara menyeluruh. Agroindustri sebagai down-stream agribusiness sub-system, akan mempunyai hubungan keterkaitan dengan on-farm agribusiness sub-system. Oleh karena itu, dalam pengembangan agroindustri akan dipengaruhi oleh kinerja sub-sistem pertanian primer, lembaga penopang, kebijakan pemerintah dan berbagai perubahan pada faktor eksternal lainnya. Dengan adanya agroindustri maka akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan produk pertanian, baik kuantitas, kualitas, maupun keragamannya. Kemampuan menghasilkan komoditas pertanian dengan karakteristik yang sesuai dengan keinginan konsumen, merupakan salah satu “sumber kekuatan keunggulan kompetitif”.

2.3. Kerangka Teoritis