memenuhi proses produksi seluruh sektor perekonomian yaitu sebesar Rp 1.194,66 miliar. Sektor pertanian sebagai sektor yang mendominasi dalam
penggunaan output dari sektor agroindustri sekitar 32,18 persen. Sehingga sektor agroindustri dapat dikatakan memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengembangkan sektor pertanian dibandingkan sektor-sektor lainnya, meskipun dalam hal keterkaitan ke depan sektor agroindustri menempati urutan kelima.
Tabel 5.8. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Subsektor Agroindustri Kabupaten Ciamis Tahun 2008
Sektor Keterkaitan ke Depan
Keterkaitan ke Belakang Langsung
Langsung Tidak
Langsung Langsung
Langsung dan Tidak
Langsung
Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau
0,13845 1,21049
0,40292 1,53211
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki
0,03568 1,04309
0,04317 1,05090
Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furniture
0,11007 1,12421
0,26569 1,35492
Industri Kertas dan Barang- barang Kertas, Percetakan
dan Penerbitan 0,08446
1,11291 0,02905
1,03405 Sumber : Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis Tahun 2008 Klasifikasi 13 Sektor diolah
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang
Berdasarkan pada Tabel 5.7., dapat dilihat nilai keterkaitan ke belakang baik secara langsung maupun langsung dan tidak langsung. Keterkaitan langsung
ke belakang sektor agroindustri menempati urutan keenam dengan nilai sebesar 0,29373. Nilai ini berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar
satu satuan rupiah, maka sektor agroindustri akan secara langsung mengalami peningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lain termasuk sektor
agroindustri itu sendiri sebesar 0,29373 rupiah. Untuk nilai keterkaitan sektor
agroindustri baik secara langsung dan tidak langsung memiliki nilai sebesar 1,38430 dan menempatkannya pada urutan ketujuh. Nilai tersebut dapat diartikan
apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan rupiah, maka sektor agroindustri akan mengalami peningkatan permintaan inputnya terhadap
sektor lain termasuk sektor agroindustri itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar 1,38430 rupiah.
Apabila dikaitkan dengan subsektor agroindustri, maka subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau merupakan subsektor yang memiliki nilai
keterkaitan ke belakang baik secara langsung maupun langsung dan tidak langsung terbesar diantara subsektor lainnya, dengan nilai keterkaitan langsung
sebesar 0,40292, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung sebesar 1,53211. Dengan demikian subsektor ini memiliki nilai terbesar baik dalam keterkaitan ke
depan maupun ke belakang. Berikut adalah contoh dimana kegiatan agroindustri dapat meningkatkan
pertanian. Salah satu produk unggulan dari subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau di Kabupaten Ciamis adalah produk makanan olahan
yang berupa sale pisang, sale goreng, kripik pisang dan lain-lain. Produk makanan olahan dari pisang dihasilkan oleh beberapa Industri Kecil Menengah IKM
antara lain salah satunya di wilayah Kecamatan Cijeunjing yang merupakan sentra pemasaran yang telah menghasilkan produk unggulan Kabupaten Ciamis.
Dalam hal kapasitas produksi IKM, menurut data yang didapat dari Disperindag bahwa secara statistik tahun 2010 di Kabupaten Ciamis kapasitas
produksi yang mengolah produk makanan dari pisang sebesar 766.160 ton.
Sedangkan dari data Dinas Pertanian menunjukkan bahwa produksi pisang tahun 2010 sebesar 134.171 ton. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam hal pemenuhan
bahan baku pisang sekitar 80 persen tidak tercukupi dari produksi di Ciamis atau dapat dikatakan bahan baku pisang tersebut berasal dari impor. Sehingga
pemerintah setempat perlu melakukan suatu upaya substitusi impor pisang yang merupakan sebuah strategi kegiatan produksi dalam perekonomian suatu wilayah
dengan menghasilkan produk-produk yang semula diimpor dicoba untuk dihasilkan di dalam wilayah Kabupaten Ciamis sendiri.
Dapat dilihat juga berdasarkan Tabel I-O, jumlah distribusi input antara yang digunakan oleh sektor agroindustri sebesar Rp 1.406,26 miliar. Sebagian
besar input yang digunakan sektor agroindustri berasal dari sektor pertanian dan sektor agroindustri itu sendiri dengan jumlah input mencapai lebih dari 70 persen.
Meskipun dalam hal keterkaitan ke belakang sektor agroindustri tidak menempati urutan teratas, namun hal ini dapat dikatakan bahwa sektor agroindustri memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mengembangkan sektor pertanian dan agroindustri itu sendiri.
5.3. Analisis Dampak Penyebaran