Tabel 9. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Tingkat Pengetahuan, Desa Cikarawang, 2011 dalam
Absolute dan Persen Tingkat Pengetahuan
Peserta Peserta n
Persentase Kurang Baik
6 20,0
Sedang 8 26,7
Baik 16 53,3
Total 30 100,0
5.2.2. Sikap
Sikap merupakan salah satu unsur kepribadian yang perlu dimiliki oleh peserta pendampingan dalam menentukan tindakan terhadap program Posdaya
yang dilaksanakan peserta. Sikap memiliki komponen kognisi kepercayaan, afeksi penilaian baik atau buruk dan konasi kecenderungan bertingkah laku
yang berhubungan dengan penerapan program pendampingan. Peserta pendampingan yang memiliki ide-ide baru dalam hal pengembangan program
diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya, yang dalam hal ini merupakan sikap mental dan upaya untuk membuat lebih baik dari sebelumnya. Sikap peserta
yang akan dianalisis meliputi sikap tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos. Berdasarkan Tabel 10 terlihat sebanyak
53,3 peserta mempunyai sikap yang baik, 30 berada pada kategori sikap sedang, dan 16,7 lainnya berada dalam kategori kurang baik. Artinya peserta
pendampingan yang melaksanakan program pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan pembuatan pupuk kompos telah memiliki kesan yang baik, perasaan
senang terhadap program yang dilaksanakan dan kecenderungan untuk terus melaksanakan program.
Tabel 10 Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Sikap, Desa Cikarawang, 2011 dalam Absolute dan Persen
Sikap Peserta Peserta n Persentase
Kurang Baik 5
16,7 Sedang 9
30,0 Baik 16
53,3 Total 30
100,0
5.2.3. Keterampilan
Tabel 11 menunjukkan sebaran tingkat keterampilan peserta program pendampingan Posdaya tentang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci dan
pembuatan pupuk kompos di Desa Cikarawang. Peserta pendampingan di Desa Cikarawang pada umumnya memiliki keterampilan yang tergolong baik dalam
melaksanakan program pendampingan tersebut. Sebanyak 50 peserta mempunyai keterampilan yang baik, 30 berada pada kategori keterampilan
sedang, dan 20 lainnya berada dalam kategori kurang baik. Hal ini nampaknya dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh oleh peserta, sikap yang baik yang
ditunjukkan peserta, manfaat dari pelatihan dan penyuluhan bagi peserta, sehingga peserta dapat meningkatkan keterampilannya.
Tabel 11. Sebaran Peserta yang Mengikuti Program Pendampingan Posdaya Menurut Tingkat Keterampilan, Desa Cikarawang, 2011 dalam
Absolute dan Persen Tingkat Keterampilan
Peserta Peserta n
Persentase Kurang Baik
6 20,0
Sedang 9 30,0
Baik 15 50,0
Total 30 100,0
5.3.
Hubungan antara Input Program dengan Faktor Pembentuk Perilaku 5.3.1. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta
Pengetahuan tentang program, dalam hal ini pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos merupakan domain yang sangat
penting bagi setiap peserta untuk melaksanakan program tersebut. Pengetahuan yang baik tentang pemeliharaan, perawatan ataupun pengembangan masing-
masing program akan meningkatkan kualitas dalam pelaksanaannya. Pengetahuan tersebut sebagian besar diperoleh peserta, salah satunya melalui pelatihan. Tabel 7
menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pendampingan Posdaya pada bidang pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos di
desa Cikarawang telah memperoleh manfaat yang besar melalui pelatihan, yaitu sebesar 53,3 persen. Sedangkan, sebaran peserta yang mengikuti program menurut
tingkat pengetahuan yang baik, yaitu sebesar 53,3 persen Tabel 9. Hal ini
menunjukkan bahwa manfaat pelatihan menjadi hal penting bagi peserta program pendampingan karena dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan peserta
pendampingan terkait program yang dilaksanakan. Melalui manfaat pelatihan dan peningkatan pengetahuan dapat memberikan dorongan kepada peserta untuk
melaksanakan program yang dalam hal ini pembentukkan perilaku bagi peserta. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara
manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan, sehingga membentuk Perilaku peserta. Agar dapat dilihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji
hubungan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari a
0,05 maka Ho ditolak, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-
variabel yang diuji.
Tabel 12. Hubungan Antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Peserta, Desa Cikarawang, 2011
Manfaat Pelatihan
Tingkat Pengetahuan Peserta Total
Kurang baik Sedang
Baik Sedikit 0,0
0,0 20,0
20,0 Sedang 3,3
0,0 23,3
26,6 Banyak 6,7
16,7 30,0
53,4 Total 10,0
16,7 73,3
100,0 Hubungan antara manfaat pelatihan dengan tingkat pengetahuan, sesuai
dengan pendapat Kirkpatrick 1994 bahwa pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan. Apabila peserta memiliki tingkat pengetahuan yang
baik tentang program yang mereka laksanakan, maka mereka akan dapat mengerjakan program tersebut dengan baik, dan demikian sebaliknya.
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 12 menunjukkan bahwa 20 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedikit, tingkat pengetahuannya
baik. 23,3 persen peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang sedang, tingkat pengetahuannya baik. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 30 persen
peserta yang memperoleh manfaat pelatihan yang banyak, tingkat pengetahuannya tinggi. Angka-angka tersebut menunjukkan adanya kecenderungan, dimana
semakin banyak manfaat pelatihan yang diperoleh maka semakin baik pula tingkat
pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang baik merangsang peserta untuk dapat menunjukkan perilaku yang positif dalam pelaksanaan program
pengembangan jambu kristal, ternak kelinci, dan pembuatan pupuk kompos. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi Approx. Sig. untuk hubungan
antara Manfaat Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan peserta pendampingan adalah 0,007. Hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara manfaat
pelatihan yang diperoleh dengan tingkat peningkatan pengetahuan peserta. Nilai 0,007 menunjukkan hubungan yang signifikan, dimana dengan semakin banyak
manfaat pelatihan yang diperoleh peserta maka semakin baik pula peningkatan pengetahuan yang terjadi, hal ini juga akan berhubungan dengan pembentukkan
perilaku pada peserta, yaitu pada tahap trial, peserta mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus.
Peningkatan pengetahuan yang baik didukung oleh manfaat pelatihan yang diperoleh. Pengetahuan mengumpulkan atau mendapatkan informasi tentang
program yang dilaksanakan merupakan aspek yang penting dalam proses pengembangan program itu sendiri. Peserta yang dapat mengumpulkan informasi
yang banyak tentang pelaksanaan program akan mampu memahami program lebih baik, mampu mengaplikasikan materi pelatihan dalam pelaksanaan program lebih
baik, mampu memilihat masalah yang terjadi dan mampu untuk mengambil keputusan untuk langkah-langkah penyelesaiannya.
Begitu pula dalam pembentukkan perilaku, bahwa perilaku yang didasari pada tingkat pengetahuan akan sulit diubah, daripada perilaku yang tidak didasari
tingakat pengetahuan. Artinya, perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan
seperti itu, baru akan meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keunggulan baru yang
diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi. Peserta yang telah menentukan untuk melaksanakan program pendampingan
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya terkait program, tetap melaksanakan program secara berkelanjutan. Karena mereka sadar dan merasa tertarik untuk
terus melaksanakan program. Berbeda dengan perilaku yang terbentuk tidak
didasari pengetahuan, atau karena bujukanhadiah atau pemaksaan, perilaku tersebut biasanya terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi lebih cepat pula
meluntur, yaitu jika bujukanhadiahpemaksaan tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan kegiatannya. Jadi dapat dikatakan bahwa
melalui manfaat yang diperoleh dari pelatihan, peserta dapat meningkatkan pengetahuan tentang program yang kemudian menerapkan perilaku sesuai dengan
pengetahuan dan kesadarannya. Contohnya, pada program pengembangan jambu kristal, pengetahuan peserta tentang cara penanaman jambu kristal dapat
dikatakan baik, karena semua peserta menjawab benar bahwa penanaman jambu kristal lebih baik pada saat musim panas dan dengan kondisi tanah yang gembur.
Pada program ternak kelinci, semua peserta mengetahui bahwa tempat yang lembab dan basah dapat menyebabkan penyakit kulit pada kelinci. Begitu pula,
pada program pembuatan pupuk kompos, semua peserta mengetahui kelemahan dalam penggunaan pupuk kompos yakni pupuk menjadi sumber hama dan
penyakit bagi tanaman.
5.3.2. Hubungan Manfaat Pelatihan dengan Sikap Peserta