Economics of Waste Management

memungkinkan manfaat ekonomi yang lebih tinggi terutama pada PLTSa karena menghasilkan energi ramah lingkungan serta mereduksi emisi karbon dari timbulan sampah TPST.

2.4.1 Manfaat Ekonomi Energi Ramah Lingkungan

Environmental Protection Agency EPA pada tahun 2010 merilis hasil penelitian mengenai banyaknya manfaat yang didapatkan melalui penerapan energi ramah lingkungan. Beberapa diantaranya yaitu meningkatkan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, efisiensi pengeluaran outflow, serta ekspansi pasar karena sekaligus melakukan program efisiensi energi. Teknologi energi fosil seperti minyak dan batu bara membutuhkan insentif modal dan alat yang cukup banyak sehingga ekstraksi energi sangat bergantung secara teknik. Oleh karena itu, proyek energi fosil merupakan usaha padat modal. Ekstraksi energi dari sampah merupakan proyek padat karya karena industri membutuhkan lebih banyak pekerja jika dibandingkan dengan energi fosil. Hal ini memberi dampak positif bagi negara berkembang yang memiliki proyek PLTSa untuk menyerap tenaga kerja dari populasi penduduk yang padat. Gambar 3 Positive Benefits dari Suatu Proyek Konsep eksternalitas positif dari Pindyck dan Rubenfield 2009 pada Gambar 3 dapat dikaitkan dengan proyek energi ramah lingkungan. Ketika suatu kegiatan atau proyek memberikan eksternalitas positif, maka marginal social benefits MSB menjadi lebih besar dari permintaan yang ada D. MSB Sumber: Pindyck dan Rubenfield, 2009 merupakan kalkulasi dari manfaat yang didapatkan oleh private dengan manfaat eksternal yang didapatkan masyarakat atau marginal externality benefits MEB. Perpindahan dari titik A ke titik B diakibatkan oleh terjadinya eksternalitas negatif dari energi tidak terbarukan. Kondisi pada titik A terjadi ketika perusahaan menetukan harga produk sesuai Marginal Cost atau harga yang dapat memberi profit maksimal namun sebenarnya ada biaya yang harus ditanggung perusahaan akibat eksternalitas negatif. Oleh karena itu, perlu dimasukkan biaya sosial dalam produksi yaitu ketika Marginal Social Cost berada pada garis Demand perusahaan. Biaya sosial dapat berupa insentif perusahaan untuk menggunakan teknologi dalam mengelola energi terbarukan. Tingkat produksi pun akan mencapai titik optimum pada titik B dan harga akan naik dari P o menuju P dan kuantitas produksi akan berkurang secara optimal dari Q o menjadi Q. Industri energi ramah lingkungan juga memiliki manfaat dalam jangka panjang dapat menstabilkan harga energi di masa depan. Penggunaan energi ramah lingkungan yang beragam dapat menurunkan harga maupun permintaan dari gas bumi dan minyak yang mendominasi persediaan energi. Hal ini dapat melindungi konsumen ketika harga energi fosil melonjak karena faktor kelangkaan scarcity.

2.4.2 Manfaat Ekonomi Reduksi Emisi Karbon

Isu perdagangan karbon menjadi populer karena adanya Protokol Kyoto pada tahun 1997 yang merupakan kesepakatan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca greenhouse gases. Protokol tersebut yang diratifikasi oleh 187 negara pada awal tahun 2005. Sebanyak 37 negara industri disebut sebagai Annex I berkewajiban mengurangi greenhouse gases sampai 5,2 dari tingkat emisi tahun 1990. Saat itu harga karbon internasional sangat tinggi hingga kesepakatan berakhir pada tahun 2012. Emisi karbon yang dihasilkan oleh suatu proyek perlu dinilai karena memiliki banyak manfaat. Pada perusahaan, penilaian emisi karbon dapat menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Hal ini dapat membawa insentif untuk mereduksi polusi proyek serta memperbaiki kesehatan masyarakat di area proyek. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti 2011 menunjukkan bahwa penerapan penilaian emisi karbon pada proyek dapat memberi keuntungan bagi perusahaan, masyarakat maupun pemerintah. Konsep ekonomi lingkungan sepakat bahwa pengukuran ekonomi secara tradisional melalui Gross National Product GNP tak memperhitungkan penurunan stok sumberdaya alam dan lingkungan. GNP juga tidak mengikutsertakan penilaian terhadap nilai non-guna non-market value dari suatu sumberdaya. Valuasi ekonomi diperlukan untuk mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya agar kesejahteraan dicapai secara optimal. Proses produksi yang menyerap karbon memberi nilai lebih bagi proyek. Emisi karbon yang hilang akibat penyerapan biogas sebagai penggerak generator listrik termasuk sebagai nilai manfaat dari keberadaan proyek PLTSa. Proyek ramah lingkungan berpotensi mendapatkan keuntungan profit gain dari emisi karbon pada proses produksinya. Keuntungan tersebut dianalisis dengan membandingkan penerimaan bersih proyek saat ini atau Net Present Value NPV dengan emisi karbon rata-rata yang berhasil diserap oleh proyek. Penilaian terhadap emisi karbon carbon accounting memberi manfaat bagi perusahaan karena dapat meningkatkan penjualan produk, menarik minat investor dan kreditor untuk mendanai proyek, serta melakukan ekspansi pasar. Pemerintah juga diuntungkan sebagai bagian dari program pengurangan polusi di Indonesia dengan langkah yang konkrit. Keberlanjutan sumberdaya pun menjadi lebih terjamin sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Keuntungan lain yang mungkin didapatkan oleh masyarakat yaitu berkurangnya potensi bencana alam, mendatangkan peluang lapangan pekerjaan baru, serta kondisi lingkungan areal proyek yang semakin membaik karena audit terhadap emisi karbon tersebut. Oleh karena itu, carbon accounting penting untuk diberlakukan juga pada sektor industri.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait sampah telah dilakukan dengan mengkaji beragam aspek. Dewi 2008 melakukan penelitian mengenai Evaluasi Ekonomi dan Sosial Unit Pengolahan Sampah UPS Kota Depok. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu 1 mengestimasi nilai ekonomi sampah domestik Kota Depok yang dapat