8.1.3 Aspek Sosial
Pengelolaan sampah secara terpadu di TPST Bantargebang kini menghasilkan berbagai manfaat positif. Adanya perlakuan soil cover dan waste
re-profilling awalnya hanya ditujukan untuk menahan kelembaban sampah agar tak terkena sinar matahari. Perlakuan tersebut memudahkan penyerapan gas
metana untuk diolah menjadi listrik. Di sisi lain, hal tersebut mencegah polusi bau yang timbul. Kini, jika berdekatan dengan zona sampah tidak lagi terasa bau yang
mengganggu. Gunung sampah pada setiap zona pun menjadi terlihat lebih teratur. Dampak positif lain yang dirasakan melalui proyek PLTSa ini yaitu mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 51 orang mulai dari posisi General Manager hingga Office Boy.
8.2 Identifikasi Manfaat Proyek PLTSa 8.2.1 Manfaat Langsung
Proyek PLTSa Bantargebang mendapatkan manfaat langsung dari produksi listrik. Penerimaan dari produksi listrik baru didapatkan mulai tahun
2009, ketika proyek telah mampu menghasilkan listrik sebesar 98 MWhari. Penerimaan yang didapatkan pada tahun ke-1 tersebut yaitu sebesar Rp
25.754.400.000. Setiap output produk akan dikurangi sebesar 10 sebagai penggunaan beban listrik untuk aktivitas produksi. Jumlah output yang telah
dikurangi tersebut kemudian dijual ke PLN Jawa – Bali sesuai harga yang
berlaku. Setiap 1 ton sampah diasumsikan dapat menghasilkan 280 kwh listrik dengan kandungan metana sebanyak 55 Evans dan Barker, 2009. Persamaan
4.1 digunakan untuk mengestimasi manfaat ekonomi produk listrik PLTSa. Kapasitas produksi terus bertambah setiap tahun hingga tahun ke-9, yaitu
ketika mampu menggunakan input sampah sebanyak 1.000 tonhari sebagai persyaratan dalam kontrak proyek dengan Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Adapun
proyeksi manfaat ekonomi produksi listrik tersebut seperti yang tercantum pada Tabel 13.
Tabel 13 Manfaat Ekonomi Produksi Listrik PLTSa Bantargebang
Tahun Input
Sampah tonhari
Output Listrik
kwhhari Konsumsi
Listrik Pabrik
kwhhari Harga
Jual Rpkwh
Manfaat Ekonomi Rp
1 350
98.000 9.800
800 25.754.400.000
2 450
126.000 12.600
800 33.112.800.000
3 550
154.000 15.400
850 43.000.650.000
4 600
168.000 16.800
860 46.909.800.000
5 650
182.000 18.200
860 50.818.950.000
6 750
210.000 21.000
1.000 68.985.000.000
7 850
238.000 23.800
1.000 78.183.000.000
8 950
266.000 26.600
1.000 87.381.000.000
9 1.000
280.000 28.000
1.000 91.980.000.000
10 1.000
280.000 28.000
1.000 96.888.148.087
11 1.000
280.000 28.000
1.000 99.879.762.121
12 1.000
280.000 28.000
1.000 102.058.200.041
13 1.000
280.000 28.000
1.000 103.780.594.828
14 1.000
280.000 28.000
1.000 105.209.449.699
Total Penerimaan Penjualan Listrik Rp 1.033.941.754.776
Sumber: Penulis, 2014 Diolah
Selain mendapatkan manfaat ekonomi dari listrik, PLTSa juga menerima insentif berupa tipping fee yang dibayarkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Meskipun
terbilang besar, pihak Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengungkapkan bahwa hal itu sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melakukan pelayanan demi
kepentingan masyarakat. Sesuai ketentuan yang tercantum pada proyek, besar tipping fee akan mengalami pertambahan sebesar 8 setiap dua tahun sekali.
Tarif tipping fee ditetapkan per ton sampah yang masuk ke TPST Bantargebang. Sebesar 20 dari total tipping fee akan dibayarkan ke Pemkot Bekasi sebagai
insentif dampak sosial TPST Bantargebang, sebesar 2 dipotong pajak, sedangkan 78 sisanya akan dibagi untuk operasional ketiga produk lanjutan
sampah di TPST Bantargebang, yaitu kompos, biji plastik dan listrik. Masing- masing unit pengolahan mendapatkan penerimaan sebesar 26 dari tipping fee
tersebut. Secara lebih jelas, proyeksi penerimaan tipping fee oleh PLTSa dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Proyeksi Manfaat Ekonomi dari Tipping Fee bagi PLTSa Bantargebang Tahun
Sampah Masuk ke TPST Bantargebang
ton Tipping Fee
Rpton sampah Manfaat Ekonomi Rp
1 1.775.506
103.000 47.791.886.837
2 1.847.677
103.000 59.391.743.953
3 1.921.327
111.240 61.759.139.910
4 2.202.001
111.240 82.290.248.946
5 2.290.891
120.139 85.612.105.563
6 2.384.842
120.139 101.587.891.989
7 2.484.143
129.750 84.232.523.941
8 2.645.740
129.750 89.711.985.909
9 2.790.579
140.130 102.193.065.532
10 2.918.618
140.130 106.881.943.235
11 3.030.121
151.341 119.842.484.312
12 3.125.768
151.341 123.625.344.326
13 3.206.513
163.448 136.964.373.820
14 3.273.416
163.448 139.822.078.143
Total Penerimaan Tipping Fee Rp
1.341.706.816.415
Sumber: Penulis, 2014 Diolah
Berdasarkan data riil Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2009, anggaran yang dikeluarkan untuk pengelolaan sampah sebesar Rp 588.495.680.203 pada
tahun ke-1. Artinya, pada tahun ke-1 tipping fee untuk PLTSa menyedot biaya anggaran sebesar 8,12 yaitu mencapai Rp 47.791.886.837. Jika anggaran
dipertahankan pada angka tersebut memang tetap dapat menutupi biaya tipping fee untuk PLTSa hingga tahun ke-15 saat proyek berakhir. Namun, biaya tersebut
tidaklah kecil sehingga tentu saja tetap membebani Pemprov DKI Jakarta. Terlebih Pemprov DKI Jakarta juga harus menanggung biaya transportasi sampah
dari sumber hingga TPST Bantargebang yaitu sebesar Rp 300.000ton sampah pada tahun 2013 Indonesia Solid Waste Association, 2013. Hal ini
mengindikasikan adanya pemborosan anggaran yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
8.2.2 Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung yang didapatkan oleh proyek PLTSa Bantargebang yaitu berupa reduksi emisi karbon. Seperti yang telah dibahas pada