Tabel 7 Jumlah infrastruktur Kecamatan Bantargebang tahun 2009 Jenis Sarana
Jumlah unit SD
39 SLTP
15 SLTA
14 TK
35 Lembaga keterampilan
18 Posyandu
42 Rumah Sakit
2 Poliklinik
8 Puskesmas
4 Praktek dokter
8 Praktek bidan
14 Perusahaan
84 Kedai
100 Restoran
10 Hotel
1 Minimarket
8 Warung kelontong
592 Kantor pos
1 Total
995
Sumber: Statistik Kecamatan Bantargebang, 2010 diolah
5.3 Gambaran Umum TPST Bantargebang
TPST Bantargebang berlokasi pada tiga kelurahan yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan rilis
dari Sekretariat Kependudukan Kecamatan Bantargebang 2014, kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kelurahan Sumur Batu yaitu 41 jiwakm
2
. Penduduk terbanyak berlokasi di Kelurahan Ciketing Udik sebanyak 19.545 jiwa.
Secara lebih lengkap, detail mengenai kependudukan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Kepadatan Penduduk Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Sumur Batu Periode Februari 2014
Kelurahan Penduduk jiwa
Luas Kepadatan
L P
Jumlah km
2
jiwakm
2
Ciketing Udik 10.074
9.471 19.545
343.340 18
Sumur Batu 7.059
6.753 13.812
568.955 41
Cikiwul 9.562
8.914 18.476
525.351 28
Sumber: Sekretariat Kependudukan Kecamatan Bantargebang, 2014
Sekretariat Kependudukan Kecamatan Bantargebang mengungkapkan adanya efek dari pendatang yang kemudian berprofesi sebagai pemulung di TPST
Bantargebang. Pengelola TPST pun merekrut cukup banyak pemulung sebagai pekerja di unit pengolahan daur ulang plastik dan kompos, mencapai 350 orang
pemulung. Jarak TPST dari Provinsi DKI Jakarta adalah 40 km, 20 km dari
perbatasan antara Jakarta dan Kota Bekasi, dan 2 km dari Jalan Raya Cileungsi. Lokasi ini termasuk cukup strategis karena berbatasan dengan Kabupaten Bogor
pada sisi utara serta Jakarta pada sisi barat. Untuk mencapai TPST, armada truk sampah melalui Jalan Alternatif Cibubur, Jalan Raya Cileungsi serta Jalan Raya
Narogong. Peta lokasi TPST Bantargebang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Peta Lokasi TPST Bantargebang Akses jalan di TPST berupa beton precast, telah cukup baik untuk dilalui
armada truk sampah. Bau memang masih tercium antara jalan raya utama hingga jembatan penimbang. Namun, ketika memasuki komplek TPST dimana kantor
dan power house berada, bau tersebut sudah menghilang. Meskipun terdapat 5 gunung sampah pada lokasi dengan jarak yang berbeda, polusi bau dapat diatasi
berkat perlakuan soil cover. Jika berdiri pada jarak 2-3 meter dari zona, maka bau
Sumber: Citra Google Earth Bantargebang, 2013
sampah pada umumnya tidak tercium lagi. Hal itu dikarenakan gas methan yang menimbulkan bau telah diserap dalam saluran pipa menuju sarana power house.
Sarana-prasarana TPST sebagai pendukung operasional pengelolaan sampah dapat dikelompokkan yaitu 1 jalan utama; 2 jembatan penimbang; 3
jalan berbeton precast sebagai akses menuju zona; 4 saluran; 5 gedung kantor; 6 workshop; 7 lokasi pencucian armada; 8 bangunan IPAS; 9 pagar
akron; 10 lokasi power house untuk pengolahan listrik 11 buffer zone. Rincian luas setiap sarana dan prasarana tersebut diuraikan dalam Tabel 9.
Tabel 9 Data Aset Tak Bergerak TPST Bantargebang Jenis Bangunan
Ukuran Kantor
350 m
2
Parkir kantor 500 m
2
Bangunan mess 700 m
2
Bengkel 432 m
2
Parkir alat berat 1.000 m
2
Pos jaga 60 m
2
Fasilitas penimbangan sampah 300 m
2
Pagar pengamanan 7.573 m
Jalan operasional 6 x 9.000 m
Saluran 13.602 m
IPAS I 17.680 m
2
IPAS II 10.998 m
2
IPAS III 12.500 m
2
IPAS IV 12.000 m
2
Kabel penerangan jalan 1.050 m
Sumber: Rilis PT. GTJ, 2009
Luas TPST Bantargebang adalah 108 ha, terbagi atas zonasi titik buang 81,91 ha serta sarana-prasarana 26,09 ha. Pengoperasian pada 5 zona
pembuangan dengan luas dan jarak yang berbeda-beda dari pintu masuk TPST. Dari kelima zona tersebut, hanya 2 zona yang diberi perlakuan untuk diolah
menjadi listrik yaitu zona I dan II. Hal itu berdasarkan pertimbangan jarak yang cukup dekat dengan power house sehingga menekan biaya untuk penyambungan
pipa saluran gas. Adapun secara lebih jelas mengenai luas dan tahun aktivasi zona serta pembagian sub-zona dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Luas Zona dan Sub-zona TPST Bantargebang Tahun Aktivasi
Zona Luas Ha
1989 IA
6,8 IB
6,5 IC
5,0 Luas Zona I
18,3
1992 IIA
4,3 IIB
6,5 IIC
7,0 Luas Zona II
17,7
1995 IIIA
3,9 IIIB1
3,0 IIIB2
3,4 IIIB3
3,2 IIIC1
3,9 IIIC2
8,0 Luas Zona III
25,4
2001 IV A1
4,0 IV A2
1,0 IV B1
4,5 IV B2
1,0 IV C
0,5 Luas Zona IV
11,0
2002 VA
6,4 VB
0,8 VC
2,3 Luas Zona V
9,5 Total Luas Zona TPST
81,9
Sumber: KA ANDAL PT. GTJ JO PT. NOEI, 2009
Zona dan sarana-prasarana menjadi pendukung optimalisasi pengelolaan sampah agar sampah yang menumpuk tidak lagi menimbulkan masalah sosial dan
lingkungan. Sampah di TPST kini dapat diolah menjadi produk lanjutan berupa biji plastik, kompos dan listrik yang memberi nilai ekonomi. Proses pengolahan
tersebut akan dibahas pada bab selanjutnya.
VI. SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH DI TPST BANTARGEBANG
Sampah yang telah dikumpulkan pada setiap TPS di DKI Jakarta, kemudian diangkut menggunakan berbagai moda angkutan menuju TPST
Bantargebang. Mekanisme pengolahan sampah dapat dilihat pada Gambar 7. Saat memasuki area TPST, angkutan berupa dump truck maupun arm-roll truck harus
melewati fasilitas penimbang sampah yang terletak di pintu masuk TPST. Tonase sampah kemudian dicatat untuk direkap. Adapun pencatatan itu untuk
merekapitulasi besaran tipping fee yang dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2009, tipping fee yang berlaku sebesar Rp 103.000ton
sampah. Sesuai kontrak, biaya tipping fee tersebut mengalami kenaikan sebesar 8 setiap 2 tahun.
Gambar 7 Mekanisme pengolahan sampah di TPST Bantargebang
750 – 1000 ton
sampah: Produksi listrik
15-25 ton sampah: Produksi biji
plastik Titik pemilahan plastik:
distribusi ke unit daur ulang plastik
550 ton sampah: Produksi kompos
Sampah pasar : Receiving
composting area Penimbangan muatan dump truck di fasilitas penimbangan
Pembuangan sesuai sumber sampah
Sampah Non-Pasar
Zona I – III:
Soil covering dan pelapisan geomembran
Sampah Pasar