Tabel 14 Proyeksi Manfaat Ekonomi dari Tipping Fee bagi PLTSa Bantargebang Tahun
Sampah Masuk ke TPST Bantargebang
ton Tipping Fee
Rpton sampah Manfaat Ekonomi Rp
1 1.775.506
103.000 47.791.886.837
2 1.847.677
103.000 59.391.743.953
3 1.921.327
111.240 61.759.139.910
4 2.202.001
111.240 82.290.248.946
5 2.290.891
120.139 85.612.105.563
6 2.384.842
120.139 101.587.891.989
7 2.484.143
129.750 84.232.523.941
8 2.645.740
129.750 89.711.985.909
9 2.790.579
140.130 102.193.065.532
10 2.918.618
140.130 106.881.943.235
11 3.030.121
151.341 119.842.484.312
12 3.125.768
151.341 123.625.344.326
13 3.206.513
163.448 136.964.373.820
14 3.273.416
163.448 139.822.078.143
Total Penerimaan Tipping Fee Rp
1.341.706.816.415
Sumber: Penulis, 2014 Diolah
Berdasarkan data riil Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2009, anggaran yang dikeluarkan untuk pengelolaan sampah sebesar Rp 588.495.680.203 pada
tahun ke-1. Artinya, pada tahun ke-1 tipping fee untuk PLTSa menyedot biaya anggaran sebesar 8,12 yaitu mencapai Rp 47.791.886.837. Jika anggaran
dipertahankan pada angka tersebut memang tetap dapat menutupi biaya tipping fee untuk PLTSa hingga tahun ke-15 saat proyek berakhir. Namun, biaya tersebut
tidaklah kecil sehingga tentu saja tetap membebani Pemprov DKI Jakarta. Terlebih Pemprov DKI Jakarta juga harus menanggung biaya transportasi sampah
dari sumber hingga TPST Bantargebang yaitu sebesar Rp 300.000ton sampah pada tahun 2013 Indonesia Solid Waste Association, 2013. Hal ini
mengindikasikan adanya pemborosan anggaran yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
8.2.2 Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung yang didapatkan oleh proyek PLTSa Bantargebang yaitu berupa reduksi emisi karbon. Seperti yang telah dibahas pada
Bab sebelumnya, proyeksi jumlah emisi karbon dilakukan berdasarkan jumlah sampah yang digunakan sebagai input produksi listrik. Setelah dihasilkan
jumlahnya, maka akan diestimasi lebih lanjut dengan mengkonversi nilai tersebut berdasarkan biaya sosial karbon atau Social Cost of Carbon SSC seperti yang
telah dibahas pada Tabel 4 sebelumnya. Data mengenai manfaat ekonomi reduksi emisi karbon melalui aktivitas proyek PLTSa dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Proyeksi Manfaat Ekonomi Reduksi Emisi CO
2
dari Produksi Listrik di TPST Bantargebang 2009-2023
Tahun
Jumlah Sampah yang Diolah ton
Reduksi Emisi CO
2
oleh Produksi Listrik ton
Manfaat Ekonomi Reduksi Emisi CO
2
oleh Produksi Listrik Rp
2009 127.750
1.943,67 489.804.738
2010 164.250
2.499,00 641.744.166
2011 200.750
3.054,34 802.680.009
2012 219.000
3.332,01 895.642.949
2013 237.250
3.609,67 987.606.287
2014 273.750
4.165,01 1.164.535.754
2015 310.250
4.720,34 1.348.129.230
2016 346.750
5.275,67 1.538.386.717
2017 360.000
5.477,27 1.630.035.112
2018 360.000
5.477,27 1.662.898.723
2019 360.000
5.477,27 1.695.762.334
2020 360.000
5.477,27 1.728.625.946
2021 360.000
5.477,27 1.774.635.001
2022 360.000
5.477,27 1.814.071.335
2023 360.000
5.477,27 1.860.080.390
Total Manfaat Ekonomi Reduksi Emisi CO
2
Rp 20.034.638.690
Sumber: Penulis, 2014 Diolah Ket.: Kurs Rp 12.000USD, harga CO
2
berdasarkan SCC pada Tabel 4 EPA, 2010b
Tabel 15 menunjukkan bahwa pada tahun 2009, proyek PLTSa mampu mereduksi emisi CO
2
sebanyak 1.943,67 ton dari olahan 127.750 ton sampah. Aktivitas produksi tersebut menghasilkan manfaat ekonomi sebesar Rp
489.804.738. Saat tahun 2017 hingga proyek berakhir tahun 2023, proyek PLTSa diperkirakan dapat mereduksi emisi CO
2
sebanyak 5.477,27 ton dari 360.000 ton sampah yang diproduksi menjadi listrik. Adapun total manfaat ekonomi reduksi
emisi CO
2
pada kurun waktu 2008-2023 yaitu sebesar Rp 20.034.638.690.
8.3 Identifikasi Biaya Proyek PLTSa 8.3.1 Biaya Investasi
Investasi Konstruksi dan Transmisi
Proyek PLTSa Bantargebang pada awal tahun 2008 mulai didirikan dengan melakukan investasi konstruksi dan transmisi. Untuk menyalurkan listrik
dari power house menuju jaringan listrik PLN maka diperlukan fasilitas berupa transmisi. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan transmisi terdiri dari biaya
pembuatan tiang awal, tiang pondasi, tiang tumpu ganda, guy set tiang bulat, konduktor, pengganti kabel PLN, kabel tertanam dan kabel transmisi serta
pemasangan Saluran Udara Tegangan Menengah SUTM. Total biaya investasi transmisi listrik sebesar Rp 399.309.000. Detail mengenai biaya tersebut dapat
dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Biaya Investasi Transmisi Listrik PLTSa
Uraian Satuan
Jumlah Hargasatuan Total Biaya
Rp tahun Tiang awal - TM - 11B
set 3
19.500.000 58.500.000
Tiang pondasi set
15 3.900.000
58.500.000 Tiang tumpu ganda
set 3
5.200.000 15.600.000
Guy set tiang bulat set
15 1.250.000
18.750.000 Konduktor
m 900
30.000 27.000.000
Pengganti kabel PLN m
300 30.000
9.000.000 Kabel tertanam
m 300
596.530 178.959.000
Kabel transmisi set
3 6.000.000
18.000.000 Pemasangan SUTM
set 3
5.000.000 15.000.000
Total Biaya Investasi Transmisi Rp 399.309.000
Sumber: Penulis, 2014 Diolah
Konstruksi terdiri dari bangunan utama, bangunan pendingin, cerobong, IPAS, pipa dan blower, serta fasilitas penunjang berupa drainase dan pagar
pembatas. Total biaya investasi konstruksi PLTSa yaitu sebesar Rp 49.030.903.333. Rincian mengenai biaya investasi kontruksi dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Investasi Mesin dan Sistem Operasi
Setelah pembangunan konstruksi dan pemasangan transmisi, tahap selanjutnya yaitu pembelian mesin serta sistem operasi PLTSa. Mesin dan sistem
menjadi faktor yang penting dalam operasional PLTSa. Pada tahap ini, beberapa kapital yang perlu dilengkapi adalah boiler machine, turbine machine, generator,
balance of power plant, fuel handling, supply water system, system testing, control management system, pengolahan gas buang serta sertifikasi sistem.
Rincian biaya secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel 17. Total biaya investasi mesin dan sistem operasi pada tahap ini sebesar Rp 39.262.000.000.
Tabel 17 Biaya Investasi Mesin dan Sistem Operasi PLTSa
Sumber: Penulis, 2014 Diolah
Biaya Pra-Investasi
Setelah pembangunan konstruksi dan pemasangan transmisi, pembelian mesin serta sistem operasi PLTSa, masih ada biaya yang perlu dikeluarkan untuk
mendukung legalitas proyek seperti perizinan usaha dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. Proyek juga memerlukan manajerial yang baik
sehingga sebelum proyek berlangsung perlu ada konsultasi terlebih dahulu dengan jasa konsultan. Modal minimum pun diperlukan sebagai balance awal dalam
memulai proyek. Pemenuhan ketiga aspek tersebut memerlukan biaya total hingga Rp Secara rinci, mengenai biaya pra-investasi dapat dilihat pada Tabel 18.
Uraian Unit
HargaUnit Umur Ekonomis
tahun Total Investasi
Boiler Machine 1
12.720.000.000 15
12.720.000.000 Turbine Machine
1 6.342.000.000
15 6.342.000.000
Generator 7
800.000.000 10
5.600.000.000 Balance of Power
Plant 1
3.000.000.000 15
3.000.000.000 Pengolahan Gas
Buang 1
2.300.000.000 15
2.300.000.000 Fuel Handling
2 1.800.000.000
15 3.600.000.000
Supply Water System
1 1.000.000.000
10 1.000.000.000
System Testing 1
3.500.000.000 15
3.500.000.000 Control
Management System
1 1.000.000.000
5 1.000.000.000
Sertifikasi Sistem 1
200.000.000 5
200.000.000
Total Biaya Investasi Mesin dan Sistem Operasi Rp 39.262.000.000