Pemilih Sekedar Memilih Perilaku Memilih Masyarakat Desa Ngabeyan Kecamatan Kartasura pada Pemilukada Sukoharjo 2010

commit to user

1. Pemilih Sekedar Memilih

Perilaku memilih yang dilakukan tanpa didasari pertimbangan yang matang alias sekedar memilih biasanya disebabkan karena informan tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai kandidat cabup-cawabup, platform atau program kerja yang ditawarkan, bahkan Pemilukada Sukoharjo secara umum. Minimnya akses terhadap informasi tersebut disebabkan karena keterbatasan dalam diri, misalnya orang tua yang tidak melek huruf. Hal ini diungkapkan oleh MAN Perempuan, 65 tahun, Pedagang. Informan yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang di salah satu pasar di Kota Solo ini memilih calon nomor urut tiga yakni Wardoyo Wijaya - Haryanto dengan alasan banyak orang yang menyarankannya untuk memilih pasangan tersebut. “ Lhoh, aku kabeh akon’e kuwi, Nduk. Pokok’e yo kabeh, ora mung wong siji ora wong loro. Pokok’e sing lemu ireng mbededeng kuwi lho, kuwi.” [Lho, aku semua nyuruhnya itu, Nduk Gendhuk--panggilan untuk anak perempuan dalam Bahasa Jawa. Pokoknya ya semua, nggak cuma satu orang dua orang. Pokoknya yang gemuk, hitam, gagah Wardoyo itu lho, itu.] Wawancara, 27 Juni 2010 Karena ketidakmampuannya dalam membaca dan menulis, MAN tidak mengerti program-program yang ditawarkan pasangan calon sehingga ia hanya menggunakan masukan-masukan dari orang lain tersebut sebagai pertimbangan dalam memilih War-To, terlebih dirinya tidak mendapatkan masukan lain untuk memilih calon selain War-To. Berikut penjelasan Informan secara lebih lengkap : “ Programe aku ki ra ngerti ngendhi-ngendhi Nduk, pokok’e aku ki ngertine gur menang, soale aku ki wong tuwo, ora ngrungko’ke ngendhi-ngendhi, mbuh enek opo-opo ki aku ra tak pikir Nduk. Pokok’e aku ki menang, juarane ora elek. Pokok’e mung ngono kuwi, tenan. Aku wis tuwo nangendi-ngendi yo wes gur meneng.” 122 commit to user [Programnya aku nggak tahu apa-apa, Nduk, pokoknya aku itu tahunya cuma menang, soalnya aku itu orang tua, tidak mendengarkan siapa- siapa. Ada apa-apa juga nggak aku pikir. Pokoknya pilihan aku ini menang, juaranya nggak jelek. Pokoknya cuma begitu itu, beneran. Aku sudah tua di mana-mana ya cuma diam saja.] Wawancara, 27 Juni 2010 Senada dengan MAN, pemilih yang beralamat di Dukuh Ngabeyan, SON Laki-laki, 48 tahun, Karyawan Swasta, mengatakan minimnya informasi serta referensi seputar pemilukada dan kandidat calon menjadi alasannya berperilaku sekedar memilih. Pria keturunan Tionghoa ini berdalih bahwa Pemilukada Sukoharjo minim sosialisasi dan kampanye. Selain itu, ia juga mengaku tidak aktif di kegiatan kemasyarakatan ataupun kelompok- kelompok lain yang memungkinkannya berinteraksi lebih intens dengan masyarakat. Mobilitasnya sehari-hari yang cukup tinggi dan kebanyakan berada di Kota Solo pun semakin membuatnya enggan bersikap aktif mencari informasi seputar pemilukada. Walaupun demikian, ia tetap menggunakan hak pilihnya dengan memilih pasangan calon nomor satu, Muhammad Toha - Wahyudi, dengan pertimbangan nama M. Toha adalah yang paling familiar baginya. Demikian pernyataan SON : “Ya kebetulan dia M. Toha yang udah dua kali nyalon ya, saya pernah denger gitu aja. Cuma saya belum kenal semua sama calon- calonnya. Hehe... Masalahnya Pilkada di Sukoharjo ini kurang sosialisasi e, kita ndak kenal sama calon-calonnya. Kampanyenya juga kurang juga. Kalau cuma gambar-gambar gitu kan kita nggak tau dia siapa, dia siapa. Haha...” Wawancara, 14 Juli 2010 Perilaku sekedar memilih juga dipraktekkan oleh CAN Laki-laki, 54 tahun, Pedagang. Pria yang juga keturunan Tionghoa ini tidak paham akan seluk beluk calon yang dipilihnya dalam pemilukada, Titik - Tarto. Ia memilih pasangan calon nomor urut dua tersebut atas dasar pertimbangan dari pihak 123 commit to user luar, yaitu teman-teman Informan yang kebanyakan memilih pasangan ini sehingga membuatnya memilih calon yang sama dengan mereka. CAN mengemukakan alasan memilihnya seperti berikut : “Ya cuma ikut-ikutan ya memilih Titik - Tarto. Saya kan masalah kayak gitu kan ndak paham. Ya ikut-ikutan orang-orang sini. Pada milih nomer dua, milih nomer dua, ya wes [ya sudah] nomer dua, hehe...” Wawancara, 14 Juli 2010 Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sosial memang tidak menyukai keterasingan. Ia selalu menginginkan berada di pihak mayoritas. Hal itu pula yang dilakukan oleh CAN, terlebih mengingat dirinya juga tidak mempunyai alasan yang tepat untuk berbeda pendapat.

2. Pemilih Partisan