commit to user
berprofesi sebagai dalang ini menjatuhkan pilihannya kepada cabup-cawabup nomor urut tiga, Wardoyo Wijaya - Haryanto dengan alasan pasangan ini
diusung oleh PDI Perjuangan. Lebih lanjut, WID menjelaskan pandangannya seperti ini :
“ Nek masalah teng partai, kulo masalahe ngrumaosi sejarah isoh makmur, merdeka, kulo njenengan mangan enak nyandhang utuh, niku
sejarahe saking Pak Karno, nggih to? Mulo terus kulo nindhakke partaine Pak Karno, mpun niku. Mongko Pak Karno partaine opo?
PDI Perjuangan to. Aku masalahe yo ngrumangsani aku injoh dadi dalang laris, injoh nduwe omah tingkat, montor, sawah, ojo ora Pak
Karno le merdheka’ke ora mungkin injoh ngeten niki, mpun. Nggih. Pokok’e sing kulo senengi niku nopo? Mung partaine Pak Karno. Pak
Karno nggenah partaine PDIP. Dadi mbok sing maju sinten ning sing baku sing ngajo’ke partaine Pak Karno tetep kulo pilih.”
[Kalau masalah partai, saya merasa sejarah bisa makmur, merdeka, saya kamu makan enak pakai pakaian utuh, itu sejarahnya dari Pak
Karno Ir. Soekarno--Presiden Pertama RI, iya kan? Makanya terus saya menjalankan partainya Pak Karno, sudah begitu. Padahal
partainya Pak Karno apa? PDI Perjuangan kan. Saya juga merasa saya bisa jadi dalang laris, bisa punya rumah tingkat, mobil, sawah, kalau
bukan Pak Karno yang memerdekakan Indonesia, tidak mungkin bisa seperti ini. Iya. Pokoknya yang saya sukai itu apa? Cuma partainya
Pak Karno. Pak Karno jelas partainya PDIP. Jadi mau yang maju siapa tapi yang mutlak yang mengajukan partainya Pak Karno tetap saya
pilih.] Wawancara, 11 Juli 2010
Walaupun di sisi lain dirinya tetap tidak mengabaikan program kerja yang ditawarkan War-To seperti sekolah dan berobat gratis serta santunan tiga
juta untuk orang meninggal namun WID mengakui bahwa faktor partai tetap menjadi pertimbangan utamanya.
3. Pemilih Rasional
Pemilih rasional adalah tipikal pemilih yang mampu mengambil keputusan yang logis dengan didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang
matang dan analisis-analisis mengenai alternatif yang ada. Kelompok ini
127
commit to user
cenderung aktif mencari tahu informasi perihal pemilukada, pasangan calon dan program kerja mereka, serta tidak memiliki ikatan apapun dengan partai
atau kandidat, baik ikatan keluarga, pertemanan, ideologis maupun sosiokultural.
Nimmo menjelaskan tipe pemilih rasional melalui lima ciri khas. Pertama, selalu dapat mengambil keputusan apabila dihadapkan pada
alternatif. Kedua, selalu memilih alternatif tersebut secara sadar. Ketiga, menyusun alternatif dengan cara transitif. Keempat, selalu memilih alternatif
yang peringkat preferensinya tinggi. Dan kelima, selalu mengambil keputusan yang sama apabila dihadapkan pada alternatif yang sama konsisten.
YAN Laki-laki, 23 tahun, Mahasiswa mewakili tipe pemilih seperti ini. Mahasiswa tingkat akhir di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kota
Solo ini memilih pasangan Ha-Di lantaran kemampuan dan kinerja yang ditunjukkan Toha selama menjabat sebagai wakil bupati maupun anggota
DPR RI ia nilai positif. Sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada Ha-Di, YAN telah membuat analisis perbandingan dari semua alternatif cabup-
cawabup yang ada. Menurut penilaiannya, cabup Titik tidak akan membawa kemajuan apa-apa bagi Sukoharjo karena ia mengusung program kerja yang
sama dengan pemerintahan
incumbent
. Sementara War-To tidak dipilihnya karena memang ia tidak mendapatkan informasi apapun mengenai pasangan
ini, baik
track record
maupun program kerjanya. Lebih lengkapnya, berikut penuturan YAN:
“ Nek sing liya-liyane kan, koyo istrine bupatine kae nek ngaranku yo bakalane podho wae planninge karo bojone. Ra bakal enek kemajuan
opo-opo. Nek sing ketiga kae aku ra reti. Emang blank ra ngerti ngono
128
commit to user
lho. Nek program kerjane 1, 2, 3 aku blass ra ngerti kabeh malah. Dadi penilaianku gur berdasarkan orangnya, terus britane barang.”
[Kalau yang lain, kayak istri bupatinya itu kalau menurutku ya nanti bakalan sama saja perencanaannya sama suaminya. Nggak akan ada
kemajuan apa-apa. Kalau yang ketiga aku nggak tahu. Memang sama sekali nggak tahu gitu lho. Kalau programnya 1, 2, 3 aku nggak tahu
sama sekali malah. Jadi penilaianku cuma berdasarkan orangnya, sama beritanya juga.] Wawancara, 12 Juni 2010
Menurut V.O. key, pemilih rasional menetapkan pilihannya secara retrospektif, yaitu dengan menilai apakah kinerja partai yang menjalankan
pemerintahan pada periode legislatif terakhir sudah baik bagi dirinya sendiri dan bagi negara, atau justru sebaliknya. Penilaian ini juga dipengaruhi oleh
penilaian terhadap pemerintahan di masa lampau. Apabila hasil penilaian kinerja pemerintah yang berkuasa positif, maka mereka akan dipilih kembali.
Apabila hasil kerjanya negatif, maka pemerintahan tersebut tidak akan dipilih kembali.
Apabila YAN memberikan penilaian negatif terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa sehingga membuatnya tidak memilih calon yang
berkaitan dengan
incumbent
yakni Titik - Tarto, tidak demikian halnya dengan HAR Laki-laki, 48 tahun, Karyawan Swasta. Pria yang juga menjabat
sebagai Ketua RT ini memberikan penilaian positif terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa sehingga dirinya bersedia memilih Titik - Tarto. Inilah
pernyataan Informan : “Ya karena pertimbangan dari semua calon, lha Bu Titik itu kan ada
kaitannya dengan
incumbent
. Lha harapan saya itu mudah-mudahan program pembangunan di Sukoharjo bisa terus berlanjut.”
Wawancara, 28 Juni 2010 Pertimbangan yang sama dikemukakan oleh LIM Laki-laki, 59 tahun,
pensiunan PNS. Citra positif yang melekat pada pemerintahan Bambang 129
commit to user
Riyanto adalah faktor pendorongnya dalam memilih Titik - Tarto. Dalam konteks pemilu, citra merupakan kesan atau gambaran tentang suatu objek
terutama partai politik, kandidat, elite politik, dan pemerintah. Citra positif diyakini sebagai salah satu bagian terpenting dari tumbuhnya preferensi-
preferensi calon pemilih terhadap kandidat. Citra terbentuk oleh perpaduan antara informasi dan pengalaman. Hal inilah yang dialami oleh LIM.
Pengalamannya selama dua periode dipimpin pemerintahan Bambang Riyanto menimbulkan persepsi dan citra positif yang menentukan perilakunya memilih
Titik - Tarto. Mengenai hal ini, LIM mengemukakan pandangannya seperti berikut :
“ Kalau memilih itu, saya dasare soko hati nurani saya sendiri, Mbak, nggih. Saya sendiri niku menurut sing wes klakone. Lha, nggih to. Sing
wes klakone niku, Bu Titik niku kan bojone Pak Bambang Riyanto, nggih to, Lha Pak Bambang Riyanto niku selama dua periode ternyata
pembangunan nggih maju, nggih to.”
[Kalau memilih itu TBR-Tarto, saya dasarnya dari hati nurani saya sendiri, Mbak, iya. Saya sendiri itu menurut yang sudah kejadian. Lha,
iya kan? Yang sudah kejadian itu, Bu Titik itu kan istrinya Pak Bambang Riyanto, iya kan? Lha Pak Bambang Riyanto itu selama dua
periode ternyata pembangunan ya maju, iya kan?] Wawancara, 12 Juni 2010
Menurut penilaiannya, selama dua periode Bambang Riyanto memimpin Sukoharjo, pembangunan dapat dikatakan maju dan merata, PKK
maju, apabila ada kucuran dana dan juga bantuan untuk masyarakat baik itu dari APBD, APBN, DAK Dana Alokasi Khusus, P2KP Proyek
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan benar-benar sampai ke masyarakat. Selain itu pendidikan dari SD sampai SMA pun gratis. LIM berharap dengan
memilih Titik Suprapti, pembangunan di Sukoharjo akan terus berlanjut
130
commit to user
seperti pada pemerintahan suaminya. Kembali, LIM mempertegas pernyataannya :
“ Lha kulo anane milih Bu Titik, niku mbok menowo mengko Bu Titik ki dadi, pembangunan iso terus koyo dhisik, ngoten lhe. Kan sing ngerti
bojone. Iki anu Bu, ngene ngene, programku iki iki iki, kan iso lancar terus.”
[Lha saya adanya memilih Bu Titik, itu siapa tahu nanti kalau Bu Titik itu jadi, pembangunan bisa terus seperti dulu, gitu lho. Kan yang tahu
suaminya. Ini begitu Bu, begini begini, programku ini ini ini, kan bisa lancar terus.] Wawancara, 12 Juni 2010
Pendapat HAR dan LIM diamini oleh seorang pemilih dari Dukuh Blateran, AYU Perempuan, 28 tahun, Ibu Rumah Tangga. Ibu satu putri ini
memilih pasangan calon Titik Suprapti - Sutarto dengan alasan karena Titik akan melanjutkan program kerja suaminya, antara lain pengobatan dan juga
sekolah gratis. Seperti inilah AYU mengutarakan alasan memilihnya :
“ Lha kan nglanjutke program suamine. Program suamine kan sekolah gratis, pengobatan gratis, buat KTP KK gratis, buat sertifikat tanah
gratis. Kok ora liyane, lha cocoke karo kuwi og Mbak, hehehe...”
[Lha kan Titik Suprapti melanjutkan program suaminya. Program suaminya kan sekolah gratis, pengobatan gratis, membuat KTPKK
gratis, membuat sertifikat tanah gratis. Kenapa tidak yang lain, lha cocoknya itu kok, Mbak, hehehe...] Wawancara, 11 Juni 2010
Penilaian retrospektif juga dilakukan oleh SUM Laki-laki, 56 tahun, Petani dalam memilih pasangan nomor urut tiga, Wardoyo Wijaya -
Haryanto. Kinerja Wardoyo yang dulu pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Sukoharjo memberikan kesan positif di mata Informan ini. Hal ini didasarkan
oleh pengalaman Informan sebagai petani pada saat pembangunan terminal baru Kartasura. Sebagai informasi, tahun 2004 lalu, terminal Kartasura
dipindahkan dari lokasi sebelumnya di Dukuh Tegalan RT 0301 Desa Ngabeyan ke lokasi baru yakni di Dukuh Mangkuyudan, Desa Ngabeyan.
131
commit to user
Karena pemindahan ini, sejumlah petani terkena dampaknya. Wardoyo Wijaya, yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPRD melalui lembaganya
berusaha memberikan perhatian intensif kepada petani dengan memberikan bantuan-bantuan baik berupa tanaman maupun saluran irigasi. Dan SUM
adalah salah satu di antaranya. Hal inilah yang di kemudian hari sekarang menumbuhkan preferensinya terhadap sosok Wardoyo. Sebagaimana
penuturannya kepada peneliti berikut ini : “Saya pilih Wardoyo. Pertimbangan saya sebagai petani, dulu waktu
ada pemugaran terminal baru Kartasura itu yang mendukung kan Wardoyo, saat itu masih jadi Ketua DPRD. Terus petani dapat
bantuan-bantuan tanaman, saluran air, itu kan dari Wardoyo, Wardoyo bersama wakilnya dari PAN itu yang mengusulkan. Di sini belum mau
pilkada pun Wardoyo sudah kerja sama sama petani untuk mencarikan uang tukar tanaman buat petani-petani yang kena dampak terminal itu,
ya termasuk saya. Makanya saya yo punya pikiran buat milih Wardoyo.” Wawancara, 19 Juli 2010
Pada intinya, Pawito mengungkapkan bahwa pemilih rasional adalah orang-orang yang bebas independen dari kepentingan golongan dalam
mengambil keputusan. Mereka memiliki loyalitas dan komitmen yang tinggi terhadap kepentingan bangsa dan negara dibandingkan dengan kepentingan
satu golongan tertentu saja.
4. Pemilih Tidak Memilih Golput