Pemilih Rasional Perilaku Memilih Masyarakat Desa Ngabeyan Kecamatan Kartasura pada Pemilukada Sukoharjo 2010

commit to user berprofesi sebagai dalang ini menjatuhkan pilihannya kepada cabup-cawabup nomor urut tiga, Wardoyo Wijaya - Haryanto dengan alasan pasangan ini diusung oleh PDI Perjuangan. Lebih lanjut, WID menjelaskan pandangannya seperti ini : “ Nek masalah teng partai, kulo masalahe ngrumaosi sejarah isoh makmur, merdeka, kulo njenengan mangan enak nyandhang utuh, niku sejarahe saking Pak Karno, nggih to? Mulo terus kulo nindhakke partaine Pak Karno, mpun niku. Mongko Pak Karno partaine opo? PDI Perjuangan to. Aku masalahe yo ngrumangsani aku injoh dadi dalang laris, injoh nduwe omah tingkat, montor, sawah, ojo ora Pak Karno le merdheka’ke ora mungkin injoh ngeten niki, mpun. Nggih. Pokok’e sing kulo senengi niku nopo? Mung partaine Pak Karno. Pak Karno nggenah partaine PDIP. Dadi mbok sing maju sinten ning sing baku sing ngajo’ke partaine Pak Karno tetep kulo pilih.” [Kalau masalah partai, saya merasa sejarah bisa makmur, merdeka, saya kamu makan enak pakai pakaian utuh, itu sejarahnya dari Pak Karno Ir. Soekarno--Presiden Pertama RI, iya kan? Makanya terus saya menjalankan partainya Pak Karno, sudah begitu. Padahal partainya Pak Karno apa? PDI Perjuangan kan. Saya juga merasa saya bisa jadi dalang laris, bisa punya rumah tingkat, mobil, sawah, kalau bukan Pak Karno yang memerdekakan Indonesia, tidak mungkin bisa seperti ini. Iya. Pokoknya yang saya sukai itu apa? Cuma partainya Pak Karno. Pak Karno jelas partainya PDIP. Jadi mau yang maju siapa tapi yang mutlak yang mengajukan partainya Pak Karno tetap saya pilih.] Wawancara, 11 Juli 2010 Walaupun di sisi lain dirinya tetap tidak mengabaikan program kerja yang ditawarkan War-To seperti sekolah dan berobat gratis serta santunan tiga juta untuk orang meninggal namun WID mengakui bahwa faktor partai tetap menjadi pertimbangan utamanya.

3. Pemilih Rasional

Pemilih rasional adalah tipikal pemilih yang mampu mengambil keputusan yang logis dengan didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang matang dan analisis-analisis mengenai alternatif yang ada. Kelompok ini 127 commit to user cenderung aktif mencari tahu informasi perihal pemilukada, pasangan calon dan program kerja mereka, serta tidak memiliki ikatan apapun dengan partai atau kandidat, baik ikatan keluarga, pertemanan, ideologis maupun sosiokultural. Nimmo menjelaskan tipe pemilih rasional melalui lima ciri khas. Pertama, selalu dapat mengambil keputusan apabila dihadapkan pada alternatif. Kedua, selalu memilih alternatif tersebut secara sadar. Ketiga, menyusun alternatif dengan cara transitif. Keempat, selalu memilih alternatif yang peringkat preferensinya tinggi. Dan kelima, selalu mengambil keputusan yang sama apabila dihadapkan pada alternatif yang sama konsisten. YAN Laki-laki, 23 tahun, Mahasiswa mewakili tipe pemilih seperti ini. Mahasiswa tingkat akhir di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Solo ini memilih pasangan Ha-Di lantaran kemampuan dan kinerja yang ditunjukkan Toha selama menjabat sebagai wakil bupati maupun anggota DPR RI ia nilai positif. Sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada Ha-Di, YAN telah membuat analisis perbandingan dari semua alternatif cabup- cawabup yang ada. Menurut penilaiannya, cabup Titik tidak akan membawa kemajuan apa-apa bagi Sukoharjo karena ia mengusung program kerja yang sama dengan pemerintahan incumbent . Sementara War-To tidak dipilihnya karena memang ia tidak mendapatkan informasi apapun mengenai pasangan ini, baik track record maupun program kerjanya. Lebih lengkapnya, berikut penuturan YAN: “ Nek sing liya-liyane kan, koyo istrine bupatine kae nek ngaranku yo bakalane podho wae planninge karo bojone. Ra bakal enek kemajuan opo-opo. Nek sing ketiga kae aku ra reti. Emang blank ra ngerti ngono 128 commit to user lho. Nek program kerjane 1, 2, 3 aku blass ra ngerti kabeh malah. Dadi penilaianku gur berdasarkan orangnya, terus britane barang.” [Kalau yang lain, kayak istri bupatinya itu kalau menurutku ya nanti bakalan sama saja perencanaannya sama suaminya. Nggak akan ada kemajuan apa-apa. Kalau yang ketiga aku nggak tahu. Memang sama sekali nggak tahu gitu lho. Kalau programnya 1, 2, 3 aku nggak tahu sama sekali malah. Jadi penilaianku cuma berdasarkan orangnya, sama beritanya juga.] Wawancara, 12 Juni 2010 Menurut V.O. key, pemilih rasional menetapkan pilihannya secara retrospektif, yaitu dengan menilai apakah kinerja partai yang menjalankan pemerintahan pada periode legislatif terakhir sudah baik bagi dirinya sendiri dan bagi negara, atau justru sebaliknya. Penilaian ini juga dipengaruhi oleh penilaian terhadap pemerintahan di masa lampau. Apabila hasil penilaian kinerja pemerintah yang berkuasa positif, maka mereka akan dipilih kembali. Apabila hasil kerjanya negatif, maka pemerintahan tersebut tidak akan dipilih kembali. Apabila YAN memberikan penilaian negatif terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa sehingga membuatnya tidak memilih calon yang berkaitan dengan incumbent yakni Titik - Tarto, tidak demikian halnya dengan HAR Laki-laki, 48 tahun, Karyawan Swasta. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT ini memberikan penilaian positif terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa sehingga dirinya bersedia memilih Titik - Tarto. Inilah pernyataan Informan : “Ya karena pertimbangan dari semua calon, lha Bu Titik itu kan ada kaitannya dengan incumbent . Lha harapan saya itu mudah-mudahan program pembangunan di Sukoharjo bisa terus berlanjut.” Wawancara, 28 Juni 2010 Pertimbangan yang sama dikemukakan oleh LIM Laki-laki, 59 tahun, pensiunan PNS. Citra positif yang melekat pada pemerintahan Bambang 129 commit to user Riyanto adalah faktor pendorongnya dalam memilih Titik - Tarto. Dalam konteks pemilu, citra merupakan kesan atau gambaran tentang suatu objek terutama partai politik, kandidat, elite politik, dan pemerintah. Citra positif diyakini sebagai salah satu bagian terpenting dari tumbuhnya preferensi- preferensi calon pemilih terhadap kandidat. Citra terbentuk oleh perpaduan antara informasi dan pengalaman. Hal inilah yang dialami oleh LIM. Pengalamannya selama dua periode dipimpin pemerintahan Bambang Riyanto menimbulkan persepsi dan citra positif yang menentukan perilakunya memilih Titik - Tarto. Mengenai hal ini, LIM mengemukakan pandangannya seperti berikut : “ Kalau memilih itu, saya dasare soko hati nurani saya sendiri, Mbak, nggih. Saya sendiri niku menurut sing wes klakone. Lha, nggih to. Sing wes klakone niku, Bu Titik niku kan bojone Pak Bambang Riyanto, nggih to, Lha Pak Bambang Riyanto niku selama dua periode ternyata pembangunan nggih maju, nggih to.” [Kalau memilih itu TBR-Tarto, saya dasarnya dari hati nurani saya sendiri, Mbak, iya. Saya sendiri itu menurut yang sudah kejadian. Lha, iya kan? Yang sudah kejadian itu, Bu Titik itu kan istrinya Pak Bambang Riyanto, iya kan? Lha Pak Bambang Riyanto itu selama dua periode ternyata pembangunan ya maju, iya kan?] Wawancara, 12 Juni 2010 Menurut penilaiannya, selama dua periode Bambang Riyanto memimpin Sukoharjo, pembangunan dapat dikatakan maju dan merata, PKK maju, apabila ada kucuran dana dan juga bantuan untuk masyarakat baik itu dari APBD, APBN, DAK Dana Alokasi Khusus, P2KP Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan benar-benar sampai ke masyarakat. Selain itu pendidikan dari SD sampai SMA pun gratis. LIM berharap dengan memilih Titik Suprapti, pembangunan di Sukoharjo akan terus berlanjut 130 commit to user seperti pada pemerintahan suaminya. Kembali, LIM mempertegas pernyataannya : “ Lha kulo anane milih Bu Titik, niku mbok menowo mengko Bu Titik ki dadi, pembangunan iso terus koyo dhisik, ngoten lhe. Kan sing ngerti bojone. Iki anu Bu, ngene ngene, programku iki iki iki, kan iso lancar terus.” [Lha saya adanya memilih Bu Titik, itu siapa tahu nanti kalau Bu Titik itu jadi, pembangunan bisa terus seperti dulu, gitu lho. Kan yang tahu suaminya. Ini begitu Bu, begini begini, programku ini ini ini, kan bisa lancar terus.] Wawancara, 12 Juni 2010 Pendapat HAR dan LIM diamini oleh seorang pemilih dari Dukuh Blateran, AYU Perempuan, 28 tahun, Ibu Rumah Tangga. Ibu satu putri ini memilih pasangan calon Titik Suprapti - Sutarto dengan alasan karena Titik akan melanjutkan program kerja suaminya, antara lain pengobatan dan juga sekolah gratis. Seperti inilah AYU mengutarakan alasan memilihnya : “ Lha kan nglanjutke program suamine. Program suamine kan sekolah gratis, pengobatan gratis, buat KTP KK gratis, buat sertifikat tanah gratis. Kok ora liyane, lha cocoke karo kuwi og Mbak, hehehe...” [Lha kan Titik Suprapti melanjutkan program suaminya. Program suaminya kan sekolah gratis, pengobatan gratis, membuat KTPKK gratis, membuat sertifikat tanah gratis. Kenapa tidak yang lain, lha cocoknya itu kok, Mbak, hehehe...] Wawancara, 11 Juni 2010 Penilaian retrospektif juga dilakukan oleh SUM Laki-laki, 56 tahun, Petani dalam memilih pasangan nomor urut tiga, Wardoyo Wijaya - Haryanto. Kinerja Wardoyo yang dulu pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Sukoharjo memberikan kesan positif di mata Informan ini. Hal ini didasarkan oleh pengalaman Informan sebagai petani pada saat pembangunan terminal baru Kartasura. Sebagai informasi, tahun 2004 lalu, terminal Kartasura dipindahkan dari lokasi sebelumnya di Dukuh Tegalan RT 0301 Desa Ngabeyan ke lokasi baru yakni di Dukuh Mangkuyudan, Desa Ngabeyan. 131 commit to user Karena pemindahan ini, sejumlah petani terkena dampaknya. Wardoyo Wijaya, yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPRD melalui lembaganya berusaha memberikan perhatian intensif kepada petani dengan memberikan bantuan-bantuan baik berupa tanaman maupun saluran irigasi. Dan SUM adalah salah satu di antaranya. Hal inilah yang di kemudian hari sekarang menumbuhkan preferensinya terhadap sosok Wardoyo. Sebagaimana penuturannya kepada peneliti berikut ini : “Saya pilih Wardoyo. Pertimbangan saya sebagai petani, dulu waktu ada pemugaran terminal baru Kartasura itu yang mendukung kan Wardoyo, saat itu masih jadi Ketua DPRD. Terus petani dapat bantuan-bantuan tanaman, saluran air, itu kan dari Wardoyo, Wardoyo bersama wakilnya dari PAN itu yang mengusulkan. Di sini belum mau pilkada pun Wardoyo sudah kerja sama sama petani untuk mencarikan uang tukar tanaman buat petani-petani yang kena dampak terminal itu, ya termasuk saya. Makanya saya yo punya pikiran buat milih Wardoyo.” Wawancara, 19 Juli 2010 Pada intinya, Pawito mengungkapkan bahwa pemilih rasional adalah orang-orang yang bebas independen dari kepentingan golongan dalam mengambil keputusan. Mereka memiliki loyalitas dan komitmen yang tinggi terhadap kepentingan bangsa dan negara dibandingkan dengan kepentingan satu golongan tertentu saja.

4. Pemilih Tidak Memilih Golput