Pengalaman yang Didapatkan dalam Pelaksanaan Metode Resitasi dengan

commit to user 66 siswa melakukan analisis butir soal dengan cara berdiskusi dan beberapa siswa disuruh mengerjakan di depan kelas tanpa mengunakan buku. Melalui peristiwa ini guru dapat mengetahui siswa yang kemauan belajarnya tinggi dan siswa yang berkemauan belajarnya rendah. Penugasan melalui LKS kadang-kadang sering disalah artikan oleh siswa. Bagi siswa yang kemauan balajarnya rendah cenderung mengabaikan tugas tersebut dan hanya mengharap contekan dari temannya. Dalam hal ini guru harus pandai mensiasati untuk mengelabuhi kecurangan siswa. Apabila pada kesempatan tertentu siswa disuruh mengerjakan soal di depan kelas tanpa buku namun tidak bisa mengerjakan besar kemungkinan mereka adalah siswa yang kemauan belajarnya rendah. Informan 15 wawancara tanggal 3 Januari 2011. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode resitasi memiliki beberapa keuntungan yaitu: pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama, mengembangkan keberanian berinisiatif, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak, memupuk rasa tanggung jawab. Dengan adanya keuntunggan yang didapatkan dari penggunaan metode resitasi media LKS ini dapat membantu peningkatan prestasi belajar siswa.

3. Pengalaman yang Didapatkan dalam Pelaksanaan Metode Resitasi dengan

Media LKS Metode pemberian tugas belajar dan resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan ”home work pekerjaan rumah, padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah PR mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, commit to user 67 laboratonium, atau ditempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas daripada homework. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan, antara lain : a. Mempunyai unsur tugas b. Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya c. Mempunyai unsur didaktis pedagogis Tujuan pemberian tugas : Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga bermaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler, maupun ekstra kurikuler. Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan : a. Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima. b. Melatih siswa ke arah belajar mandiri. c. Siswa dapat membagi waktu secara teratur. d. Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas. e. Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas. f. Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas. Kelemahan : a. Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua b. Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain c. Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman d. Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur commit to user 68 e. Dapat menimbulkan rasa malas untuk mengerjakan bila gagal menyelesaikan tugas. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, guru SMA Negeri I Wuryantoro dalam pemberian tugas menggunkan media penunjang yaitu dengan menggunakan LKS. Dalam pelaksanaannya, ternyata metode pemberian tugas juga mengalami hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan yang dialami tersebut antara lain sebagai berikut: a. Sangat sulit mengontrol, apabila tugas dikerjakan di rumah b. Siswa bosan dan malas dalam mengerjakan tugas apabila menggunakan LKS secara terus-menerus. c. penyusunn LKS kurang memenuhi syarat sehingga bahasa dalam LKS kurang dapat dipahami oleh siswa serta materi dalam LKS itu hanya sedikit. e. Guru kurang berinovasi dalam penggunaan metode dalam pemberian tugas. Hambatan yang pertama yaitu sangat sulit mengontrol, apabila tugas tersebut dikerjakan di rumah. Berkaitan dengan hal tersebut informan 15 pada wawancara ta nggal 3 Januari 2011 mengatakan bahwa ”Guru sangat sulit mengontrol tugas apabila tugas tersebut dikerjakan dirumah. Biasanya mereka tidak mengerjakannya dengan sungguh-sungguh malah besar kemungkinan mereka hanya mencontek saja dari temannya yang sudah se lesai mengerjakan”. Senada dengan pendapat tersebut informan 8 juga menyatakan bahwa: “Jika tugas dikerjakan di rumah biasanya para siswa mengharapkan contekan dari temannya saja. Karena sulit dikontrol jadi guru juga tidak mengetahui mana yang mengerjakan sendiri dan mana yang hanya mencontek dari pekerjaan temannya. Sehingga hal ini dapat menjadi kendala bagi penggunaan metode resitasi. ” Informan 15 pada wawancara tanggal 16 Desember 2010 juga menyatakan bahwa : “Apabila tugas yang diberikan kepada siswa dikerjakan di rumah para siswa tidak antusias dalam mengerjakannya. Kalau tugas dikerjakan di dalam kelas mereka akan mengerjakan karena ada pengawasan dari guru. kalau di kerjakan di rumah tanpa ada pengawasan dari guru jadi mereka memilih untuk mencontek dari temannya saja. ” commit to user 69 Dari beberapa pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hambatan yang pertama dari penggunaan resitasi media LKS yaitu guru sangat sulit mengontrol apabila tugas dikerjakan di rumah. Jika tugas dikerjakan di dalam kelas guru dapat melakukan namun jika tugas dikerjakan di rumah maka guru tidak dapat melakukan pengawasan sehingga mereka kurang sungguh-sungguh dalam mengerjakan. Bahkan cenderung untuk mencontek dari pekerjaan teman karena guru juga tidak akan tahu mana yang dikerjakan sendiri dan mana yang hanya mencontek. Hambatan yang kedua yaitu siswa bosan dan malas mengerjakan tugas jika hanya menggunakan LKS secara terus menerus. Berkaitan dengan itu informan 4 pada wawancara tanggal 15 Desember 2010 mengatakan bahwa ”Hambatan yang sering dirasakan adalah jenuh atau bosan. Biasanya jika siswa sudah merasa jenuh dengan tugas yang hanya mengerjakan LKS maka siswa tersebut akan langsung mengatakan kepada guru ”. Hal senada juga disampaikan oleh informan 11 tanggal 3 Januari 2011 yang mengatakan bahwa: “Biasanya setelah selesai menjelaskan pelajaran guru sering meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS sampai jam pelajaran berakhir. Siswa itu sampai merasa bosan karena yang dikerjakan soal-soal pada LKS terus dan soal-soal yang dikerjakan sangat banyak.” Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa apabila guru dalam memberikan tugas dari LKS saja maka siswa merasa bosan atau jenuh. Oleh karena itu, agar siswa tidak merasa jenuh mengerjakan LKS maka guru harus memberikan tugas selain LKS. Misalnya dari majalah, koran, internet yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dengan begitu siswa tidak akan cepat merasa bosan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Seperti yang dikatakan oleh informan 12 tanggal 3 Januari 2011 bahwa: “Siswa sering malas mengerjakan soal pada LKS karena soalnya sangat banyak dan rumit untuk dikerjakan. Seringkali jika tidak selesai dikerjakan di sekolah dijadikan PR untuk dikerjakan di rumah. Hal itu yang sering membuat siswa malas.apalagi pada materi perekonomian internasioanl,materinya sangat banyak jadi soal-soal yang harus dikerjakan juga banyak.” commit to user 70 Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa diberikan tugas yang banyak dapat membuat siswa malas untuk mengerjakannya karena tugas yang diberikan itu terlalu banyak dan siswa dalam mengerjakan tugas tersebut membutuhkan waktu yang banyak pula. Hambatan selanjutnya yaitu penyusunan LKS kurang memenuhi syarat sehingga bahasa pada LKS kurang dapat dipahami oleh siswa seperti keterangan dari informan 8 tanggal 16 Desember 2010 bahwa: “Hambatan yang sering dialami siswa yaitu siswa sulit memahami bahasa soal yang ada dalam LKS, di mana banyak bahasa banyak bahasa asing yang sulit untuk dipahami siswa. Jadi jika terjadi kesalahan siswa dalam memahami soal maka siswa juga akan salah dalam menjawab soal tersebut. Selain itu, hambatan yang dialami siswa yaitu siswa tidak menemukan jawaban soal pada rangkuman yang ada pada LKS ”. Pernyataan di atas diperkuat oleh informan 6 tanggal 16 Desember 2010 yang mengatakan bahwa: “Dalam pemberian tugas dengan menggunakan LKS hambatan yang sering dihadapi oleh siswa yaitu terletak pada soal yang sulit. Maksudnya bila dalam mengerjakan soal itu ada salah satu soal yang tidak bisa dikerjakan oleh siswa dan siswa tidak menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan soal itu, biasanya siswa yang sudah mengalami kesulitan tersebut akan bertanya kepada guru”. Selanjutnya informan 3 membenarkan pernyataan di atas yang mengatakan bahwa : “Dalam mengerjakan LKS hambatan yang dihadapi yaitu pada kata-kata asing yang ada di LKS. Sehingga hal tersebut dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal. Selain itu, hambatan yang dihadapi yaitu materi yang ada pada LKS terlalu sedikit sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal di LKS, karena jawaban tidak ada dalam rangkuman materi yang ada di LKS. ” Hal senada juga diungkapkan oleh Informan 11 tanggal 3 Januari 2011 yang mengemukakan bahwa “Dalam pemberian tugas dengan menggunakan LKS ternyata ada kesulitan-kesulitan yang dapat menghambat proses belajar mengajar. Di mana hambatan-hambatan yang terjadi yaitu siswa malas mengerjakan LKS karena siswa merasa bosan jika tugas yang diberikan hanya dari LKS saja. Di samping itu, hambatan yang dihadapi yaitu bahasa soal dalam commit to user 71 LKS itu sulit dipahami oleh siswa dan materi yang ada di LKS hanya sedikit Pada materi pembeyaran internasional contohnya jika guru tidak menjelaskan terlebih dahulu siswa kesulitan dalam memahami pengertian kurs tetap, kurs mengambang atau kurs stabil. ” Menurut informan 10 pada wawancara tanggal 3 Januari mengemukakan bahwa ”Hambatan yang terjadi yaitu bila guru memberikan tugas dengan LKS dimana soal tersebut jawabannya tidak ada dalam materi di LKS. Sehingga mengerjakan siswa akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. ” Dimana pernyataan yang sama dengan pernyataan tersebut dikemukakan oleh informan 13 tanggal 5 Januari 2011 bahwa: “Hambatan yang dialami siswa yaitu bila soal dalam LKS itu tidak ada dalam rangkuman materi yang ada pada LKS tersebut.Apalagi dalam materi permintaan, penawaran dan harga keseimbangan. Materinya terlalu sedikit hanya gambar-gambar kurva yang sulit dipahami. Sehingga siswa harus mencari lain pada buku diktat atau pada buku pegangan lain, atau siswa berdiskusi dengan teman bila belum menemukan jawaban atau akan bertanya kepada g uru”. Dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan LKS terdapat berbagai syarat penyusunan LKS yang benar sehingga LKS dapat digunkan sebagai bahan penunjang pembelajaran yang efektif bagi guru maupun siswa. Namun dalam LKS masih terdapat soal-soal dengan bahasa asing yang tidak dipahami oleh siswa. Dengan adanya banyak istilah-istilah asing yang ada maka siswa kesulitan dalam memahami maksud soal sehingga terjadi salah pengertian antara soal jadi siswa kesulitan dalam menjawab soal. Sedangkan materi yang terdapat dalam LKS hanya sedikit sehingga membuat siswa kesulitan dalam menemukan jawaban soal tersebut. Hambatan yang selanjutnya yaitu guru yang kurang berinovasi hanya terpaku pada materi-materi yang terdapat pada LKS. Hal ini akan menimbulkan kebosanan bagi siswa dalam proses belajar mengajar apabila guru tidak segera mengembangkan metode yang digunakan maka proses belajar mengajar akan terlihat monoton. Hal ini senada dengan pernyataan informan 3 yang mengatakan bahwa ”Guru sering monoton dalam menyampaikan materi pelajaran. Metode yang commit to user 72 digunakan hanya itu-itu saja. Jika seperti itu terus maka semangat belajar siswa menurun dan siswa malas dalam mengikuti pelajaran. ” Pernyataan tersebut diperkuat oleh informan 6 pada wawancara tanggal 16 Desember 2010 yng mengatakan bahwa ”Sebenarnya pemilihan metode belajar itu kan banyak, tapi guru selalu mengunakan satu metode saja. Tidak banyak guru yang mau mengembangkan metode belajar. Itu akan membuat siswa malas mengikuti pelajaran. ” Dari beberapa pernyataan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa sering malas mengikuti pelajaran apabila metode yang digunakan oleh guru tidak dikembangkan. Dengan demikian guru perlu mengembangkan metode dengan inovasi-inovasi metode pembelajaran guna membangkitkan semangat belajar siswa. Selain itu adanya variasi metode belajar sesuai dengan materi pelajaran juga tepat digunakan agar siswa dapat belajar secara maksimal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi hambatan dalam penggunaan metode resitasi dengan menggunakan LKS dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Negeri I Wuryantoro adalah sebagai berikut: sangat sulit mengontrol apabila tugas dikerjakan dirumah, kemudian dengan menggunakan LKS secara terus menerus dapat membuat siswa malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, banyak bahasa asing sehingga siswa kesulitan dalam memahami soal, hambatan selanjutnya yaitu materi dalam soal terlalu sedikit sehingga dalam mengerjakan tugas siswa kesulitan dalam menyelesaikannya karena tidak menemukan jawaban dalam rangkuman materi dalam LKS serta guru yang kurang berinovasi dalam menggunakan metode mengajar. Dalam penggunaan metode resitasi atau metode pemberian tugas dengan menggunakan LKS di SMA Negeri I Wuryantoro ternyata mengalami banyak hambatan-hambatan. Di mana hambatan-hambatan tersebut secara tidak langsung dapat menghambat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu dalam mengatasi hambataaan-hambatan tersebut, upaya yang dilakukan oleh SMA Negeri I Wuryantoro adalah sebagai berikut: commit to user 73 a. Untuk mengatasi hambatan sulitnya melakukan kontrol apabila tugas dikerjakan dirumah yaitu dengan menanyakan kembali kepada siswa tentang tugas tersebut atau siswa disuruh mengerjakan di depan kelas tanpa membawa buku sehingga akan diketahui tingkat pemahaman siswa Berdasarkan pernyataan informan 1 pada tanggal 15 Desember 2010 mengatakan bahwa: “Jika guru menyuruh mengerjakan tugas sering juga tugas itu di bawa pulang dan dikerjakan dirumah. Namun setelah itu pada pertemuan berikutnya guru sering menanyakan secara lisan dan soal-soal itu diambil dari LKS. Kalau siswa dapat menjawab berarti siswa tersebut mengerjakan sendiri tidak hanya mencontek dari pekerjaan teman. ” Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh informan 7 pada wawancara tanggal 16 Desember 2010 yang mengatakan bahwa ”Walaupun tugas itu dikerjakan di rumah tetapi nantinya akan di adakan pertanyaan secara lisan tentang tugas itu. Malah kadang ada beberapa siswa yang ditunjuk untuk mengerjakan di depan kelas.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa untuk mengatasi hambatan sulitnya melakukan kontrol apabila tugas dikerjakan dirumah yaitu dengan menanyakan kembali kepada siswa tentang tugas tersebut atau siswa disuruh mengejakan di depan kelas tanpa membawa buku sehingga akan diketahui tingkat pemahaman siswa. Dengan demikian siswa tetap termotivasi untuk mengerjakan tugas tersebut dengan kemampuannya sendiri. Agar mereka bisa menjawab jika diberi pertanyaan oleh guru atau mereka akan bisa mengerjakan jika disuruh untuk mengerjakan soal di depan kelas. b. Untuk mengatasi hambatan pada siswa yang malas mengerjakan tugas yaitu dengan memberikan penilaian atau evaluasi terhadap tugas yang diberikan. Informan 2 pada wawancara tanggal 15 Desember 2010 juga mengatakan bahwa ”Dalam mengatasi hambatan siswa yang malas dalam mengerjakan tugas yaitu dengan memberikan nilai kepada siswa. Dengan diberikan nilai kepada siswa sehingga siswa menjadi semangat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. ” commit to user 74 Pernyatan tersebut juga dibenarkan oleh informan 1 tanggal 15 Desember 2010 bahwa ”Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan siswa yang malas dalam menyelesaikan tugas yaitu dengan guru memberikan penilaian atau hasil pekerjaan siswa, dengan begitu siswa akan termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. ” Sedangkan menurut 9 pada wawancara tanggal 16 Desember 2010 mengatakan bahwa: “Jika dalam mengerjakan tugas dan tugas tersebut harus dikumpulkan kemudian diberi nilai maka siswa akan lebih termotivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Namun jika tidak maka siswa akan malas untuk mengerjakan karena mereka tidak mendapatkan nilai dari pekerjaannya” Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa agar siswa tidak malas mengerjakan tugas dari LKS maka yang dilakukan guru adalah dengan memberikan penialain atau evaluasi. Dengan diberikannya nilai atas pekerjaan siswa maka siswa tersebut setiap diberikan tugas akan selalu dikerjakan. c. Untuk mengatasi hambatan pada bahasa dalam LKS yang sulit dipahami siswa yaitu siswa dapat tanya kepada guru atau akan dibahas secara bersama-sama atau didiskusikan. Sedangkan untuk mengatasi hambatan pada materi yang terlalu sedikit maka siswa dapat mencari dari sumber lain di perpustakaan atau internet. “Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan bahwa soal yang ada pada LKS sulit dipahami oleh siswa yaitu dengan siswa bertanya pada guru atau akan dibahas bersama-sama didiskusikan, sedangkan rangkuman materi yang sedikit di LKS maka siswa harus lebih aktif mencari materi lain di perpustaaan misalnya. ” Menurut informan 12 pada wawancara tanggal 3 Januari 2011 berpendapat bahwa ”Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan bahasa soal yang sulit dipahami siswa yaitu dengan cara didiskusikan. Jika dalam berdiskusi belum menemukan jawaban maka siswa diarahka untuk mencari ke perpustakaan. Selain itu karena kecanggihan teknologi, siswa juga dapat menambah materi dengan mencari melalui internet. ” Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau siswa memperoleh materi pelajaran commit to user 75 sangat sedikit maka siswa tersebut dapat menambah materi pelajaran dengan mencari sumber lain di perpustakaan atau di internet dan jika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas ia juga dapat mencari di sumber lain yang ada di perpustakaan untuk membentu dalam mencari jawaban yang ada di soal tersebut. d. Bagi guru yang kurang berinovasi dalam menerapkan metode saat menyampaikan materi belajar Guru harus mampu mengubah pola mengajarnya sehingga siswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar. Menurut informan 8 tanggal 16 Desember 2010 mengatakan bahwa: “Untuk mengurangi kebosanan atau kejenuhan yang dialami siswa yaitu guru membuat bagaimana metode mengajar dalam kegiatan belajar mengajar itu dapat menarik siswa dan guru menggunakan variasi metode dalam pemberian tugas kepada siswa. Misalnya saja, guru biasanya hanya menggunakan metode ceramah agar siswa tersebut tidak merasa jenuh atau bosan maka guru dalam mengajar dapat menggunakan metode diskusi, tanya jawab dan lain sebaginya. Jadi hal tersebut merupakan kreatifitas guru dalam membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih kondusif dan menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran. ” Hal senada juga diungkapkan oleh informan 15 yang mengatakan bahwa “Penggabungan beberapa metode biasanya cukup membuat siswa lebih tetarik dalam mengikuti pelajaran. Namun sampai saat ini guru yang belum mampu mengembangkan pen ggunaan metode secara bervariasi.” Metode resitasi dengan media LKS dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Negeri I Wuryantoro dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada dapat dikatakan sudah baik, di mana guru serta siswa juga telah berupaya dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Seperti dengan menggunakan varaisi metode dalam pemberian tugas, mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, guru memberikan penilaian atas pekerjaan siswa dan siswa juga mencari sumber lain apabila soal dirasa sulit dan materi terlalu sedikit. Dari beberapa pendapat tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh SMA Negeri I Wuryantoro dalam mengatasi commit to user 76 hambatan-hambatan dalam pelaksanaan metode resitasi dengan menggunkan LKS yaitu guru menggunakan variasi metode dalam pemberian tugas, misalnya dengan metode diskusi atau metode drill. Di mana dengan menggunkan metode tersebut diharapkan dapat mengatasi kejenuhan yang dihadapi oleh siswa. Selain itu, upaya yang dilakukan yaitu dengan membahas bersama- sama kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu dengan mendiskusikannya. Jadi, dari hal itu dapat menimbulkan keaktifan siswa dalam tanya jawab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa yang lain. Dengan mengadakan diskusi secara bersama-sama maka secara tidak langsung dapat meningkatkan keaktifan siswa. Sedangkan untuk mengatasi rasa malas siswa untuk mengerjakan LKS yaitu dengan memberikan nilai kepada siswa. Dengan begitu dapat merangsang siswa untuk mau mengerjakan LKS. Awalnya siswa diminta guru untuk mengerjakan LKS, kemudian dicocokan dan diberi nilai. Di mana nilai tugas tersebut digunakan sebagai nilai tambahan pada raport siswa selain dari nilai ulangan. Upaya yang biasa dilakukan oleh siswa ketika menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas yaitu siswa dapat mencari jawaban itu dari sumber yang lain tidak hanya terpaku pada rangkuman di dalam LKS. Dengan lebih aktif menambah materi di perpustakaan atau mencari materi melalui internet.

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Teori

Berdasarkan penelitian mengenai metode resitasi dengan media LKS dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi SMA Negeri I Wuryantoro, dalam bab ini peneliti menganalisis data yang berhasil ditemukan dilapangan sesuai dengan rumusan masalah. Temuan studi yang dapat dihubungkan dengan teori yaitu:

Dokumen yang terkait

Penggunaan Internet Sebagai Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di Kelas X ICT SMA Negeri 4 Semarang Tahun Ajaran 2010 2011

0 18 114

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN LCD PROJECTOR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XII SMA NEGERI I KLEGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 17 82

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE RESITASI (RECITATION METHOD) PADA MATA PELAJARAN SAINS KELAS IV SD N 106164 SAMBIREJO TIMUR TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 2 21

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI DI KELAS V SD NEGERI 101767 TEMBUNG TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 0 19

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI MINAT BACA SISWA DAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 BATURETNO TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 10

PENDAHULUAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WEDI TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 2 9

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION DAN METODE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SMP NEGERI 1 BOYOLALI (RSBI) TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 9

PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Tipe Belajar Dan Persepsi Siswa Tentang Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Karangpandan Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 9

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Penjasorkes di SMA Sederajat Kota Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 60