Faktor Putra Daerah ANALISIS KEKALAHAN PARTAI ACEH KABUPATEN ACEH

126 daripada suatu instansi pemerintahan tentu masyarakat akan mengetahui eksistensinya apakah kandidat termasuk figur pemimpin yang ramah, baik, bijaksana atau malah sebaliknya, masyarakat akan tahu bagaimana caranya mensortir calon yang pantas untuk memimpin daerahnya, dan juga tidak mengesampingkan penilaiannya terhadap visi misi dari para kandidat yang akan bertarung, visi misi yang baik akan mendukung massa yang lebih banyak lagi tentunya. Sementara kategori ekonomi adalah jenis masyarakat dengan ekonomi cukup dan pas-pasan atau bisa juga termasuk kategori kelas menengah ke bawah, jenis masyarakat seperti ini memiliki jumlah yang besar di Aceh Tamiang, seperti masyarakat yang memiliki profesi sebagai PNS, guru, pegawai bank, karyawan, pedagang, petani, dsb. Kategori ini juga mendukung terwujudnya pendemokratisasian di tingkat daerah, pemilih dengan kategori ini biasanya pemilih yang sedang transisi menuju pemilih cerdas, karena pada dasarnya jika suatu daerah yang masyarakat memiliki ekonomi yang baik maka daerah tersebut termasuk telah menjalankan demokrasinya di tingkat lokal. Dimensi inilah yang sering menjadi dimensi money Politic.

e. Faktor Putra Daerah

Pengaruh budaya tradisional ini dapat juga mengurangi pendemokratisasian di tingkat lokal ditandai dengan sifat fanatisme masyarakat terhadap sesuatu hal, seperti yang terjadi di Aceh Tamiang, sifat primordialisme kedaerahan pada kenyataannya masih terjadi di daerah ini, sebagian besar pemilih akan memilih calon pada pemilihan umum dilihat dari asal kedaerahan sang calon. Jika melihat dari pertarungan antara Hamdan Sati dan Agussalim tentu masyarakat akan memilih Hamdan yang merupakan putra daerah asli Tamiang, sementara Agussalim adalah calon yang bersuku Aceh. Hal ini juga dipertegas mantan ketua KIP Ir.Izuddin yang 127 juga mengatakan bahwa fenomena itu sering terjadi di daerah ini mengingat sifat kedaerahannya masih begitu melekat sehingga dalam pemerintahan suku Tamiang lebih diprioritaskan. Tak heran jika bupati sebelumnya adalah Abdul Latief yang juga bersuku Tamiang menang dalam pilkada Aceh Tamiang 2007. Sifat kedaerahan akan mengurangi pendemokratisasian dikarenakan visi dan misi calon tidak lagi diperhatikan oleh pemilih, sementara pemilih yang baik itu haruslah bersikap netral dan pintar dalam melihat kualitas daripada sang calon pemimpin, apakah ia pantas memimpin daerah ini kedepannya? Dapat menjalankan roda pemerintahan yang baik dan merumuskan kebijakan untuk kemajuan daerahnya? Atau malah sebaliknya. Jika pemilih tetap pada pendiriannya menjadi pemilih yang sifatnya sukuisme tentu hal tersebut sulit untuk mendukung terciptanya sistem yang demokratis. Untuk mengatasi hal tersebut, tentu peran KIP Kabupaten Aceh Tamiang sangat diperlukan dalam sosialisasi tahapan pilkada langsung yang juga berpengaruh pada tingkat partisipasi politik dalam pilkada langsung ini. Terpaan pendidikan politik dari berbagai agen dalam pilkada yang dilakukan dengan baik akan berdampak pada kontribusi partisipasi politik yang baik pula. Namun dalam hal ini dapat dikatakan bahwa lebih mudah menjalankan pelaksanaan pemilu daripada menciptakan masyarakat menjadi pemilih yang cerdas, sementara satu-satunya cara untuk mewujudkan sistem yang demokratis di tingkat daerah adalah dilihat dari kemakmuran rakyatnya, jika masyarakat daerah sudah dikatakan makmur dan sejahtera maka demokratisasi secara tidak langsung akan mengikuti sistem yang ada. 128

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari gambaran umum di atas dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan pemilukada yang diselenggarakan di kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari dua putaran, dikarenakan faktor perolehan suara yang diharapkan pasangan calon bupati dan wakil bupati tidak mencapai 30 pada putaran pertama. Sehingga sesuai peraturan yang berlaku maka pasangan calon yang menempati urutan teratas dalam perolehan suara pada putaran pertama akan bersaing kembali dalam pilkada putaran kedua, guna memperebutkan posisi nomor satu di daerah tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh maka pasangan yang bersaing di putaran kedua adalah pasangan nomor urut 4 Agus Salim-Abdussamad dan pasangan nomor urut 10 Hamdan Sati- Iskandar Zulkarnain. Penyelenggaraan pilkada putaran kedua telah dilaksanakan pada tanggal 12 September 2012, berdasarkan fakta yang ada pelaksanaan tersebut telah berjalan dengan baik, transparan, kompetitif serta berlangsung dengan suasana yang relatif kondusif dan damai. Keadaan ini tentunya dapat diciptakan karena adanya kerjasama dari berbagai pihak yang turut serta didalam menjaga keberhasilan pemilukada di kabupaten Aceh Tamiang. Dalam proses pemilukada di Aceh Tamiang, masyarakat yang memiliki hak untuk memilih dianggap cukup aktif didalam menentukan pilihannya. Dengan kata lain, jumlah pemilihnya terbilang cukup besar yakni 64.70 pada pemilu putaran kedua ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Tamiang tergolong cukup baik.