44
datanglah Raja Po Nita bersama rombongan yang menggugat tentang silsilah bahwa beliau adalah keturunan Raja Muda Sedia Raja Islam Tamiang yang pertama
dengan bukti menunjukkan surat dan sislsilah yang lengkap. Akibatnya terjadi perang saudara antara rakyat Tanjung Karang dengan yang mengakui Raja Tan Kuala
sebagai Raja Tamiang dan rakyat di Benua Tunu mendukung Raja Penit sebagai Raja Tamiang, sehingga perang saudara pecah dan banyak memakan korban jiwa.
Kelanjutan dari kekuasaan antara Raja Tan Kuala dengan Raja Penita berakhir dengan campur tangannya Sultan Aceh yang pada saat itu dipimpin seorang ratu yang
bernama Ratu Kemalat Syah.Hasil dari intervensi ratu tersebut diputuskan negeri Tamiang dipecah menjadi dua daerah lagi.Raja Tan Kuala sebagai raja yang berkuasa
di daerah Sungai Simpang Kanan dan Raja Penita berkuasa di wilayah Sungai Simpang Kiri.
Banyak peristiwa lanjutan dari kedua kerajaan tersebut hingga masa penjajahan Belanda sampai merdeka. Belakangan Negeri Tamiang menjadi bagian
dari Wilayah Aceh Timur yang berstatus Pembantu Bupati Wilayah III yang pusat pemerintahannya adalah kota Kuala Simpang. Pada tanggal 2 Juli 2002, kabupaten ini
resmi menjadi kabupaten otonom yang terpisah dari Kabupaten Aceh Timur, terbentuknya kabupaten ini didasarkan pada Undang-Undang No. 4 Tahun 2002,
tertanggal 10 April 2002.
2.1.2 Pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang
Pemekaran wilayah baik itu provinsi dan kabupaten akhir-akhir ini begitu sering terjadi di Indonesia, banyak faktor yang membuat suatu daerah dimekarkan.
Seperti pembentukan daerah pemekaran tersebut dilandasi alasan untuk mensejahterakan masyarakat, akan tetapi ada faktor lain juga yang melingkupi
pemekaran ini, misalnya masalah sosial budaya, politik, pertahanan keamanan, dan sebagainya. Tentunya, pembentukan kabupaten telah melewati perjalanan sejarah
45
yang cukup panjang.Oleh karena itulah, pengkajian sejarah tentang keberadaan sebuah wilayah dapat dijadikan sebuah upaya untuk menemukan jati diri, baik bagi
wilayah tersebut maupun bagi masyarakatnya.
5
Aspirasi pemekaran wilayah di Aceh termasuk fenomenal karena terjadi secara bertingkat yaitu: 1 Keinginan GAM untuk memekarkan wilayah Aceh
menjadi suatu Negara berdaulat; 2 Keinginan beberapa persekutuan kabupaten di Aceh untuk membentuk 1-2 provinsi baru; 3 Keinginan persekutuan beberapa
wilayah kecamatan untuk membentuk kabupaten baru, dimana diantaranya sudah terealisir.
Begitu pula halnya yang terjadi pada pemekaran kabupaten dan provinsi di wilayah Aceh.
6
Tuntutan pemekaran daerah di Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan diperjuangkan sejak tahun 1957 awal masa Provinsi Aceh ke-II,
termasuk eks Kewedanaan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah Otonom. Tamiang sendiri dipakai menjadi usulan bagi pemekaran status wilayah
Pembantu Bupati Aceh Timur Wilayah-III meliputi wilayah bekas Kewedanaan Tamiang.Berikutnya usulan tersebut mendapat dorongan semangat yang lebih kuat
lagi sehubungan dengan keluarnya ketetapan MPRS hasil sidang umum ke-IV tahun 1966 tentang pemberian otonomi yang seluas-luasnya.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah - Gotong Royong DPRD-GR Provinsi Daerah Istimewa Aceh dalam usul memorendumnya tentang Pelaksanaan Otonomi
Riel dan luas dengan Nomor B-7DPRD-GR66, terhadap Pemekaran Daerah yang dianggap sudah matang untuk dikembangkan secara lengkap adalah sebagai berikut :
5
Rusdi Sufi, 2008. Sejarah Kabupaten Aceh Timur dari Masa Kolonial hingga Kemerdekaan. Banda Aceh : Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal. 3.
6
Edy Mulyana, 2007.Aceh Menembus Batas. Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal. 42.
46
a Bekas Kewedanaan Alas dan Gayo Lues menjadi Kabupaten Aceh Tenggara
dengan ibukotanya Kutacane. b
Bekas daerah Kewedanaan Bireun, menjadi Kabupaten Djeumpa dengan ibukota Bireun.
c Tujuh kecamatan dari bekas kewedanaan Blang Pidie menjadi Kabupaten Aceh
Barat Daya dengan ibukota Blang Pidie. d
Bekas Daerah Kewedanaan Tamiang menjadi Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibukotanya Kualasimpang.
e Bekas daerah Kewedanaan Singkil menjadi Kabupaten Singkil dengan
ibukotanya Singkil. f
Bekas daerah Kewedanan Simeulue menjadi Kabupaten Simeulue dengan ibukotanya Sinabang.
g Kotif Langsa menjadi Kotamadya Langsa.
Usulan tersebut diatas sebahagian besar sudah menjadi kenyataan dari 7 wilayah usulan, saat itu yang sudah mendapat realisasi sebanyak 4 wilayah dan
Tamiang termasuk yang belum mendapatkannya. Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di atas dan sesuai dengan tuntutan dan kehendak masyarakat di Wilayah Tamiang,
maka selaras dengan perkembangan zaman diera reformasi, demokrasi wajar jika masyarakat setempat mengajukan pemekaran dan peningkatan statusnya.
Sebagai tindak lanjut dari cita - cita masyarakat Tamiang tersebut yang cukup lama proses secara historis, maka pada era reformasi sesuai dengan undang - undang
No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, pintu cita - cita tersebut terbuka kembali serta mendapat dukungan dan usul dari :
1. Bupati Aceh Timur, dengan surat No. 2557 138 tanggal 23 Maret 2000,
tentang usul peningkatan status Pembantu Bupati Wilayah III Kualasimpang menjadi Kabupaten Aceh Tamiang kepada DPRD Kabupaten Aceh Timur.
47
2. DPRD Kabupaten Aceh Timur dengan surat No. 1086 100 - A 2000, tanggal
9 Mei 2000, tentang persetujuan peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
3. Surat Bupati Aceh Timur, No. 12032 138 tanggal 4 Mei 2003 kepada
Gebernur Daerah Istimewa Aceh tentang peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
4. Surat Gubernur Daerah Istimewa Aceh No. 138 9801 tanggal 8 Juni 2000
kepada DPRD Propinsi Daerah Istimewa Aceh tentang peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
5. Surat DPRD Daerah Istimewa Aceh No. 1378 8333 tanggal 20 Juli 2000
tentang persetujuan peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang. 6.
Surat Gubernur Daerah Istimewa Aceh No. 135 1764 tanggal 29 Januari 2001 kepada Menteri Dalam dan Otonomi Daerah Republik Indonesia Cq. Dirjen
PUMD tentang usul peningkatan status Pembantu Bupati dan Kota Adminstrasi menjadi Daerah Otonom.
Kerja keras yang cukup panjang itupun akhirnya membuahkan hasil. Pada tanggal 2 Juli 2002, Tamiang resmi mejadi Kabupaten berdasarkan UU No. 4
Tahun2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang
di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekarang Provinsi Aceh.
48
2.2 Profil Kabupaten Aceh Tamiang