107
umum kepala daerah yang lebih kondusif dengan mengedepankan suasana yang aman dan tentram.
Dalam hal ini, posisi aparat keamanan disini juga diharapkan dapat mengekang pergerakan GAM yang seolah-olah bisa saja berulah seperti halnya yang
terjadi disejumlah daerah lainnya di Provinsi Aceh, seperti kasus penembakan di Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Aceh Timur,
sehingga untuk mencegah hal itu terjadi maka pengawasan keamanan oleh aparat keamanan di daerah ini haruslah diperketat.
Pengawasan keamanan pada pilkada Aceh Tamiang sejatinya memang telah berjalan secara efektif meski ancaman dan intimidasi kerap terjadi oleh salah satu
kandidat dalam hal ini panwaslu dan aparat keamanan saling bahu membahu mengatasi serta mengantisipasi agar kerusuhan dan konflik yang kerap terjadi pada
pilkada sebelumnya tidak terjadi lagi pada pilkada 2012. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keefektifan pemilukada bisa ditandai dengan adanya pengawasan
keamanan yang baik oleh tim pelaksanaan pemilu, ditandai oleh sarana dan prasarana yang memadai tentu akan menciptakan interaksi antara sistem pelaksanaan demokrasi
dan kehidupan demokrasi yang baik pula, dengan demikian hal tersebut dapat meningkatkan partisipasi politik warga untuk berpartisipasi dalam pemilukada, dan
jika tujuan daripada berdemokrasi telah terwujud maka dengan sendirinya kebebasan sipil masyarakat akan terealisasikan.
b. Prosedur Pemilihan
Pada pendaftaran dan identifikasi pemilih, kampanye dan prosedur pemilu dalam pengertian lebih lanjut yaitu semua calon harus memiliki akses yang sama
kepada media Negara dan swasta berdasarkan standar-standar hukum yang sama. Begitupula pada pelaksanaan pilkada Aceh Tamiang yang dilakukan tepat sasaran
108
yang merujuk pada 2 hal yakni proses dan output, proses artinya pelaksanaan pilkada berjalan sesuai prosedurUU yang berlaku, sementara output adalah hasil yang
diinginkan pemerintah dengan menciptakan pemimpin yang tepat. Jika dilihat secara keseluruhan dari pelaksanaannya tentu pilkada Aceh
Tamiang 2012 lalu dapat dikatakan berjalan dengan baik ditandai oleh tidak adanya pelaporan kecurangan yang diterima KIP dari 610 TPS yang tersebar di 12 kecamatan
tersebut seperti yang pernah terjadi saat pilkada tahun 2006 lalu dimana terdapat pelanggaran di salah satu TPS Tempat Pemungutan Suara yang terdapat di
Kecamatan Kejuruan Muda, dengan terjadinya pembongkaran kotak suara sebelum pelaksanaan pilkada berlangsung sehingga menyebabkan pilkada harus ditunda dalam
beberapa waktu. Dengan kata lain pelaksanaan pilkada 2012 ini dapat dikatakan “tepat” sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh panitia pelaksana pemilu
dapat terealisasikan secara baik dan kecurangan-kecurangan yang pernah terjadi di pilkada sebelumnya tidak terjadi pada tahun 2012 tersebut.
KIP tentunya telah berupaya mengoptimalkan pilkada yang dapat berjalan sesuai dengan prosedur UU yang berlaku, setidaknya dari segi pelaksanaan mulai dari
pendaftaran calon yang dimulai maret 2012 hingga berakhirnya masa pilkada putaran pertama dan kedua September 2012 tidak ditemukan adanya kecurangan yang
dirasakan para kandidat selama masa pemilu digelar.Artinya bahwa untuk kategori “ketepatan” pilkada Aceh Tamiang dianggap sudah memupuni sehingga melahirkan
pemimpin yang tepat pula dimana pemimpin yang diharapkan untuk menang adalah pemimpin yang lebih mengedepankan proporsionalitas dalam persaingan tanpa
adanya tindakan untuk menjatuhkan lawannya.
109
c. Kefektifan Pemilu