15
perbedaan mengenai pembahasan karena Penulis tersebut membahas mengenai cikal bakal terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus dan mengenai
aspek hukum pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Kemudian, Penulis tersebut membahas lembaga penyelenggara Kawasan Ekonomi Khusus dan
mengenai dampak negatif dari terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus. Sedangkan dalam penulisan skripsi ini berupaya membahas mengenai
kemudahan perpajakan dan bentuk fasilitas dan kemudahan lainnya yang berlaku di Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan PP No.96 Tahun 2015. Surat tersebut
kemudian dijadikan dasar oleh Ketua Departemen Hukum Ekonomi Ibu Windha SH.,M.Hum untuk menerima judul skripsi yang diajukan penulis karena substansi
yang dibahas belum pernah dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan dan
pemikiran dan usaha penulis sendiri dengan bantuan buku-buku penunjang, peraturan perundang-undangan dan artikel yang berhubungan dengan topik dan
permasalahan yang akan dibahas. Sekalipun di suatu kesempatan terdapat judul yang sama maka penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis dalam skripsi ini
adalah:
1. Kemudahan Perpajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemudahan adalah hal sifat mudah; keadaan mudah; sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar
usaha.
Universitas Sumatera Utara
16
Perpajakan berasal dari kata Pajak, menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya berjudul Pajak Berdasar Asas Gotong
Royong menyatakan pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum
27
. Berdasarkan UU No. 16 tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
28
Pajak menyumbang persentase yang besar dibandingkan dengan sektor pendapatan lain untuk keuangan negara. Dalam hal ini keberhasilan suatu negara
untuk memungut pajak dari warga negaranya menjadi salah satu indikator baik tidaknya keuangan yang dimiliki oleh negara untuk melakukan kegiatan
pembangunan.
29
Sumber penerimaan negara tidak hanya berasal dari pajak. Selain dari pajak, penerimaan negara juga berasal dari kekayaan alam bea cuka, retribusi,
iuran, sumbangan, laba dari perusahaan negara, dan sumber-sumber lain.
30
27
Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Pokok-Pokok Hukum Perpajakan, Yogyakarta: Pustaka Yustis
ia, 2015 hlm 9
28
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal
1 angka 1
29
Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Op.cit, hlm 4
30
Ibid, hal 10
Jenis
Universitas Sumatera Utara
17
pajak didasarkan pada lembaga pemungutannya, dapat dibedakan sebagai berikut
31
a. Pajak Pusat, merupakan pajak yang pengelolaannya dilakukan oleh
pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, terdiri atas : Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Penjualan
atas Barang Mewah PPn-BM, Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan PBB.
:
b. Pajak Daerah, merupakan pajak yang pemungutnya dilakukan oleh
pemerintah daerah baik di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten atau kota meliputi: Pajak Kendaraan bermotor, pajak balik nama kendaraan
bermotor, Pajak rokok, Pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak parkir, pajak hiburan.
2. Investor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investor adalah penanam uang atau modal dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan
. Berdasarkan
perpektif penanaman modal, ada dua jenis subyek yang berperan sebagai investor, yaitu penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.
Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia,
32
31
sedangkan Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha
http:nichonotes.blogspot.co.id201504jenis-jenis-pajak-di-indonesia.html diakses pada 31
Januari 2016, pukul 10:06 WIB
32
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 5
Universitas Sumatera Utara
18
asing, danatau pemerintah asing yang melakukan penanaman modak di wilayah negara Republik Indonesia.
33
3. Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus sebagai amanat dari UU Penanaman Modal yang tercantum dalam Bab XIV Pasal 31 yang menyatakan:
“Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga
keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi khusus.
Selanjutnya dalam pasal 31 ayat 3 UU Penanaman Modal memerintahkan untuk mengatur lebih lanjut mengenai dasar hukum dari KEK,
sehingga pada tahun 2009 pemerintah mengundangkan pengaturan KEK dalam suatu Undang-undang yaitu Undang-undang Nomor. 39 tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus selanjutnya disebut UU KEK beserta peraturan pelaksananya PP penyelenggaraan KEK.
Pasal 1 angka 1 UU KEK merumuskan Kawasan Ekonomi Khusus sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Sebagai peraturan pelaksana dari UU KEK,
Pemerintah juga mengundangkan PP Penyelenggaraan KEK sebagai payung hukum pelaksanaan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia untuk mengakomodir
ketentuan Pasal 9 dan Pasal 12 ayat 6 UU KEK.
33
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 6
Universitas Sumatera Utara
19
F. Metode Penelitian