33
3. Syarat kepastian hukum legal certainty
Hukum mempunyai peranan dalam perkembangan ekonomi, dengan menyediakan infrastruktur hukum yang memungkinkan bagi berfungsinya sistem
ekonomi. Infrastruktur hukum ini, tidak hanya berupa seperangkat kaidah, tetapi meliputi pula lembaga dan proses mewujudkan berlakunya kaidah tersebut dalam
kenyataan
51
Untuk mewujudkan sistem hukum yang mampu mendukung iklim investasi diperlukan aturan yang jelas mulai dari izin untuk usaha sampai dengan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan perusahaan. Kata kunci untuk mencapai kondisi ini adalah adanya penegakan supresmasi hukum
rule of law .
52
C. Kebijakan Dasar Penanaman Modal Indonesia
. Dengan menciptakan certainty kepastian, Fairness keadilan, dan efficiency efisien diharapkan mampu memulihkan kepercayaan investor
asing untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia.
Berdasarkan Bab III Pasal 4 UU Penanaman modal menyatakan bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:
1. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman
modal untuk penguatan daya saing perekonomian; dan 2.
mempercepat peningkatan penanaman modal Namun dalam menetapkan kebijakan dasar tersebut, pemerintah harus
memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
51
Abdul wahid, “Hukum dan Perkembangan Ekonomi”, dalam Jurnal Arena Hukum, Nomor 9 Tahun 1999, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, hlm 23
52
Erman Rajagukguk, Op.cit, hlm 51
Universitas Sumatera Utara
34
1. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional, bahwa pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal
yang telah menanamkan modalnya di Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan 3.
membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi..
Untuk mewujudkan hal tersebut, berdasarkan Pasal 27 UU Penanaman Modal, pemerintah mengoordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi
antarinstansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia antara instansi pemerintah dengan pemerintah daerah yang dilakukan oleh
BKPM.
53
Pertimbangan ditunjuknya BKPM sebagai satu-satunya instansi pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA dan
PMDN adalah dalam rangka meningkatkan efektivitas dalam menarik investor untuk melakukan investasi di Indonesia, selama ini pelaksanaan investasi
memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang besar. Oleh karena itu, dengan adanya pelayanan pada satu atap atau BKPM, diharapkan nantinya pelayanan
53
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 27 hingga Pasal 29.
Universitas Sumatera Utara
35
terhadap investor akan menjadi lebih cepat dibandingkan pelaksanaan sebelumnya
54
Keberadaan lembaga yang mengoordinasikan penanaman investasi di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis karena dengan adanya
lembaga tersebut akan menentukan tinggi rendahnya investasi yang diinvestasikan oleh investor, baik investasi asing maupun domestic, semakin baik pelayanan
yang diberikan kepada investor, akan semakin banyak investor yang tertarik menanamkan investasinya di Indonesia.
55
1. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penanaman modal; Tugas dan fungsi BKPM ditentukan
dalam Pasal 28 UU Penanaman Modal, yaitu:
2. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;
3. menetapkan norma, standard dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan
pelayanan penanaman modal; 4.
mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha;
5. menyusun peta penanaman modal Indonesia;
6. mempromosikan penanaman modal;
7. mengembangkan sector usaha penanaman modal melalui pembinanaan
penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi
yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal;
54
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm 228
55
Ibid., hlm 227
Universitas Sumatera Utara
36
8. Membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang
dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; 9.
Mengoordinasikan penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya diatur di luar wilayah Indonesia;
10. Mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu; dan
11. Melaksanakan pelayanan penanaman modal berdasarkan ketentuan
perundang-undangan. Sebagai tindak lanjut dari amanat UU Penanaman Modal tersebut, kepada
Kepala BKPM diberikan wewenang untuk mengeluarkan berbagai peraturan dalam rangka mewujudkan iklim investasi yang kondusif sebagai bentuk
penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu demi meningkatkan perekonomian di sector penanaman modal Indonesia, adapun beberapa Peraturan Kepala perka
BKPM, antara lain: 1.
Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal
2. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Izin Prinsip Penanaman Modal 3.
Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal
4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Fasilitas Penanaman Modal 5.
Peraturan Kepala BKPM Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
37
6. Peraturan Kepala BKPM Nomor 18 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala BKPM Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha tertentu
danatau di daerah-daerah tertentu; 7.
Peraturan Kepala BKPM Nomor 19 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan
pemberian fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan, dan peraturan lainnya.
Apabila berbicara tentang kebijakan penanaman modal di Indonesia, tentu sangat erat kaitannya dengan bidang usaha yang tertutup dan tertutup dan bidang
usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Hal ini terjadi karena pada umumnya host country membatasi dan memberikan syarat
terhadap suatu bidang usaha yang bisa ditanami modal asing yang disebut sebagai daftar negatif investasi negative list, adapun bentuk pembatasan ini dapat
berupa:
56
1. tertutup sama sekali untuk kegiatan investasi asing;
2. terbuka dengan syarat joint enterprise pembatasan komposisi pemilikan
saham; 3.
terbuka dengan syarat khusus kemitraan, syarat ketenagakerjaan, dan sebagainya.
Adapun prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam penentuan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan Pasal 5 dan
56
Mahmul Siregar, Pengantar Hukum Investasi Penanaman Modal, bahan ajar Hukum Penanaman Modal Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, Medan 2009
Universitas Sumatera Utara
38
Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Peryaratan Penyusunan Bidang Usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan di
bidang penanaman modal adalah penyederhanaan, kepatuhan terhadap perjanjian atau komitmen internasional, transparansi, kepastian hukum, kesatuan wilayah
Indonesia sebagai pasar tunggal. Pasal 12 ayat 3 UU No. 25 Tahun 2007 mengatur bahwa Pemerintah
berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria
kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Kriteria yang populer dengan
sebutan K3LM berdasarkan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007, dirincikan sebagai berikut:
1. memelihara tatanan hidup masyarakat;
2. melindungi keaneka ragaman hayati;
3. menjaga keseimbangan ekosistem;
4. memelihara kelestarian hutan alam;
5. mengawasi penggunaan Bahan Berbahaya Beracun B3;
6. menghindari pemalsuan dan mengawasi peredaran barang danatau jasa yang
tidak direncanakan; 7.
menjaga kedaulatan negara; atau 8.
menjaga dan memelihara sumber daya terbatas. Penetapan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan
kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
Universitas Sumatera Utara
39
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi
modal dalam negeri, seta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah. Pasal 12 Perpres No. 76 tahun 2007 menegaskan bahwa bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan terdiri dari: 1.
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan pengembangan terhadap UMKMK yang hanya dapat dilakukan berdasarkan
pertimbangan kewajaran dan kelayakan ekonomi untuk melindungi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi UMKM-K.
2. Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan terdiri atas bidang usaha
yang tidak dicadangkan dan bidang usaha yang tidak dicadangkan dengan pertimbangan kelayakan bisnis.
3. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal untuk
memberikan batasan kepemilikan bagi penanam modal asing. 4.
Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu untuk memberikan pembatasan wilayah administratif penanaman modal.
5. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus dapat
berupa apat berupa rekomendasi dari instansilembaga pemerintah atau non pemerintah yang memiliki kewenangan pengawasan terhadap suatu bidang
usaha termasuk merujuk ketentuan peraturan perundangan yang menetapkan monopoli atau harus bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, dalam
bidang usaha tersebut.
Universitas Sumatera Utara
40
Walaupun peraturan presiden telah menentukan pedoman penetapan kriteria bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan,
namun penentuan bidang usaha untuk penanaman modal asing bersifat dinamis karena setiap waktu dapat berubah yang disesuaikan dengan kondisi bangsa dan
negara.
57
D. Hak dan Kewajiban dan Tanggung Jawab Investor