Koefisien Korelasi Product Moment

44

3.8.2 Koefisien Korelasi Product Moment

Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan tinggi rendahnya hubungan antar variabel bebas X dengan variabel terikat Y. 35 Cara perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut: = �.∑ − ∑ ∑ √[ �.∑ 2 − ∑ 2 { �. ∑ 2 − ∑ 2 ] Keterangan : r xy = Koefisien korelasi antara gejala x dan y N = Jumlah Sampel ∑ x = Jumlah skor x ∑ y = Jumlah skor y ∑ xy = Jumlah hasil kali antara x dan y Untuk melihat hubungan antara kedua variabel dari hasil perhitungan, maka dapat dirumuskan dengan memberikan tiga kemungkinan mengenai hubungan antara kedua variabel yaitu : a. Nilai r xy positif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan positif dimana kenaikan nilai variabel pertama diikuti dengan variabel yang lain. b. Nilai r xy negatif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan negatif dimana kenaikan nilai variabel pertama diikuti oleh turunnya variabel kedua. c. Nilai r sama dengan nol artinya kedua variabel tidak menunjukkan hubungan dimana variabel pertama tetap meskipun variabel lain berubah. 35 Ibid, hal 212 Universitas Sumatera Utara 45 Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r koefisien korelasi digunakan penafsiran atau interpretasi angka yaitu: 36 Pedoman Un tuk Memberikan In terp retasi Koefisi en Korel as i Dari nilai r xy yang diperoleh dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi untuk mengetahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan. Ketentuannya adalah bila r hitung lebih kecil dari r tabel r hitung rt abel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, apabila r hitung lebih besar dari r tabel r hitung rt abel maka Ha diterima. Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r signifikan tertentu, dalam hal ini yang signifikan 5. Bila nilai r tersebut adalah signifikan berarti hipotesa kerjahipotesa alternatif dapat diterima. Pada korelasi product moment, data harus berskala interval maka data berskala ordinal harus ditransformasikan terlebih dahulu menjadi skala interval dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 36 Ibid, hal 149 Interval koefisien Tingkat Hubungan Antara 0,00- 0,199 Sangat rendah Antara 0,20- 0,399 Rendah Antara 0,40- 0,599 Sedang Antara 0,60- 0,799 Tinggi Antara 0,80-1,000 Sangat tinggi Universitas Sumatera Utara 46 a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan pada setiap butir ditentukan beberapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5 yang disebut frekuensi b. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi, c. Menentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor, d. Menggunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh, e. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan nilai tabel tinggi densitas dengan rumus: δZ- √ � – , −∞ + ∞ f. Menentukan nilai setiap skala untuk setiap kategori = � � � � − � � � � � � − � g. Hitung skor nilai hasil transformasi untuk setiap kategori melalui persamaan = � + | � min | + Tahapan-tahapan diatas telah ditransformasikan kedalam sebuah program MSI Methode of Succesivbe Interval yang dirancang oleh Drs. Rasyudin Ginting, M.Si. Program MSI sebagai penyempurnaan dari program-program yang telah ada sebelumnya. Mentransformasikan data skala ordinal menjadi data skala interval yang berguna untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. Universitas Sumatera Utara 47

3.8.3 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Uji “t”