118
Kelas X SMASMK latar belakang sosial, daerah, suku, bangsa, gender, agama maupun warna
kulit. Pendekatan pembelajaran dapat dilakukan melalui studi kasus dengan mengajak peserta didik melakukan observasi, menanya, mengelaborasi dan
bekerja sama dalam melakukan pembelajaran.
B. Uraian Materi
1. Memahami Kepelbagaian Manusia Menurut Alkitab
Kepelbagaian atau keberagaman ciptaan bukan berarti keterpisahan, namun kepelbagaian dalam kesatuan. Kepelbagaian dapat menjadi sarana
bagi manusia untuk saling belajar dan memperkaya visi dan pengalaman hidup sekaligus membangun kebersamaan. Dengan demikian, manusia yang
berbeda-beda itu dapat bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik lagi. Di antara semua keragaman ciptaan Tuhan, keragaman budaya manusia -
perbedaan etnis dan bahasa -- juga merupakan bagian dari ciptaan Allah yang baik.
Kadang-kadang, orang Kristen melihat keragaman budaya sebagai bagian dari dunia yang jatuh, sebagai kutukan. Narasi Alkitab tentang Menara Babel
Kej. 11:1-9 sering digunakan untuk membenarkan pandangan yang negatif ini. Seolah-olah keberagaman merupakan kutukan Allah. Peristiwa Babel tidak
dapat dijadikan contoh bahwa Allah tidak berkenan terhadap kepelbagaian. Peristiwa Menara Babel merupakan peringatan bagi manusia untuk tidak
bersifat congkak dan hendak menyamakan diri dengan Allah sang Pencipta.
C. S. Song, seorang teolog dari Taiwan, mengatakan bahwa peristiwa Menara Babel juga mengingatkan kita bahwa Allah justru tidak ingin manusia
hidup di dalam kelompoknya sendiri dan dengan cara itu menganggap dirinya hebat. Dengan hukuman yang dijatuhkan-Nya, Allah justru ingin agar manusia
menyebar dan mengisi seluruh dunia ini. Jadi, menara Babel bukanlah peristiwa pemisahan manusia oleh Allah berdasarkan kepelbagaian bahasa.
Oleh karena itu, tindakan Allah yang dilakukan dalam peristiwa Menara Babel adalah mencegah manusia membangun identitasnya terlepas dari
kontrol Allah atau kehendak-Nya. Campur tangan Tuhan dan penciptaan beragam bahasa benar-benar memaksa orang-orang Babel untuk memenuhi
perintah Allah yang semula dalam Kejadian 1:28 untuk “memenuhi bumi dan menaklukkannya,” sesuatu yang tampaknya takut dilakukan oleh orang-orang
pada waktu itu. Mereka tidak mau tersebar ke seluruh bumi. Ketakutan ini dituliskan dalam Kejadian 11:1-9 khususnya ayat empat, delapan dan sembilan.
Dengan demikian, keanekaragaman budaya dan bahasa manusia, memenuhi tujuan penebusan dalam rencana Allah dan bukan kutukan.
Diunduh dari
http:kemdikbud.go.id
119
Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Timbul pertanyaan, mengapa keragaman budaya dan etnis manusia sering
menjadi sumber perpecahan dan bahkan kekerasan satu sama lain? Dosa dan pemberontakan manusia telah mendistorsi keberagaman penciptaan.
Keberagaman manusia tidak ditempatkan dalam pemahaman yang benar, yaitu dalam rangka keutuhan ciptaan namun dalam keterpisahan bahkan
dalam arogansi suku, bangsa, ras, agama maupun budaya. Pemujaan terhadap suku, bangsa, budaya dan agama sendiri telah menggeser peran Allah sebagai
pencipta. Akibatnya, komunitas manusia cenderung terpecah-pecah dalam kepelbagaian menurut identitas masing-masing.
Petrus berkata: “Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan Dan siap sedialah pada
segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang
ada padamu, tetapi hendaklah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni.” 1 Ptr. 3:15.
Membaca kutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik pembahasan pada pelajaran ini, ada beberapa makna yang dalam:
1. Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaran Yesus dan kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan dipelihara. Orang Kristen tidak mungkin
melakukan ajaran iman-Nya jika tidak menguduskan Tuhan. Arti “kudus” di sini adalah mengkhususkan sesuatu hanya untuk Tuhan.
2. Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu siap mempertanggungjawabkan imannya termasuk identitas sebagai remaja
Kristen. Jadi, menjadi remaja Kristen bukan sekadar identitas seperti yang tertulis dalam KTP, melainkan menyangkut seluruh sikap hidup yang harus
ditunjukkan pada orang lain. Dengan cara itu, orang-orang menyaksikan kehidupan kristiani yang sesungguhnya.
3. Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Mempertahankan ciri khas sebagai remaja Kristen dengan cara yang beradab. Salah satu tanda
dari cinta kasih adalah lemah lembut. Dalam bergaul dengan orang yang berbeda latar belakang, seseorang
dapat melakukan apa yang dikatakan oleh Petrus. Kamu dapat menguduskan Tuhan, mempertanggungjawabkan iman serta bersikap lemah lembut ketika
bergaul dengan mereka yang berbeda dengan kita. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar sebuah identitas melainkan melakukan tindakan yang dapat
menunjukkan Kekristenan.
Diunduh dari
http:kemdikbud.go.id
120
Kelas X SMASMK
2. Karunia Allah dalam Kepelbagaian