124
Kelas X SMASMK
Kejadian 11:1-9
Kisah mengenai Menara Babel berasal dari tradisi Yahwis. Dengan cara lain dari Kejadian 10:32 dan Kejadian 9:1 di sana perbedaan bangsa-bangsa
tampak sebagai pelaksanaan berkat Allah. Kisah ini menerangkan perbedaan bangsa-bangsa dan bahasa. Perbedaan ini diartikan sebagai hukuman atas
kesalahan mereka yang bersumber pada keangkuhan hati bdk. Kej. 11:4. Setelah manusia terserak ke seluruh penjuru bumi dengan berbagai kelompok
suku, bangsa dan bahasa, melalui Yesus Kristus semua bangsa dipersatukan. Hal itu terbukti pada hari Pentakosta terjadi mukjizat ketika para rasul dan
pengikut Yesus berbicara dalam berbagai bahasa.
Tradisi ini dikaitkan pada puing-puing salah satu menara tinggi yang bertingkat-tingkat ziggurat sebagaimana dahulu banyak didirikan di Meso-
potamia sebagai lambang gunung suci dan tempat istirahat dewa. Para pembangun menganggap menara semacam itu sebagai sarana untuk bertemu
dengan dewa mereka. Tetapi tradisi Yahwis mengartikan usaha itu sebagai bukti kesombongan manusia yang ingin menjadi sama seperti Allah. Arti kata
Babel diterangkan dengan kata dasar bil yang berarti: mengacau-balaukan. Tetapi sebenarnya kata Babel berarti: “pintu gerbang allah” Bab-el, atau:Bab-
ilu.
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Pengantar
Pembelajaran diawali dengan pengantar yang mengarahkan peserta didik untuk memahami inti sari pembahasan sekaligus menjelaskan mengapa
topik ini diajarkan pada mereka. Sampai saat ini diskusi-diskusi mengenai keberagaman belum begitu mendarat di kalangan akar rumput atau rakyat
bawah. Polarisasi antara kaya-miskin, agama A dengan agama B, suku A dengan suku B serta pemahaman mengenai orang dalam dan orang luar
masih cukup kental. Harus diakui, pola asuh dalam keluarga mempengaruhi cara pandang peserta didik mengenai keberagaman. Apalagi di Indonesia
umumnya konl ik yang ditengarai sebagai konl ik antara umat beragama sebenarnya ditunggangi oleh kepentingan politik. Bangsa kita telah
memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pengikat berbagai perbedaan suku, budaya dan agama. Bahkan, guru-guru sendiri masih
membutuhkan pencerahan menyangkut pemahaman yang benar mengenai
Diunduh dari
http:kemdikbud.go.id
125
Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti keberagaman. Perlu dicatat bahwa toleransi dalam berbagai perbedaan
tidak berarti melebur tanpa identitas. Topik pelajaran ini dijabarkan dari Kompetensi Dasar mengenai bergaul dengan orang lain tanpa kehilangan
identitas sebagai remaja Kristen.
2. Diskusi dan Berbagi Pengalaman
Dalam kegiatan ini, guru meminta peserta didik mendiskusikan hal-hal positif dan negatif dari keberagaman. Guru memberikan penekanan bahwa
kemajemukan merupakan kenyataan di Indonesia. Sejak zaman dahulu kala keberagaman bangsa diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika bahkan
dalam budaya masyarakat Indonesia berkembang sikap gotong-royong dan saling tolong menolong tanpa memandang agama dan suku maupun
budaya. Namun harus diakui terkadang ada unsur kepentingan lainnya yang menyebabkan terjadi konl ik yang dipicu oleh keberagaman dalam
masyarakat. Kemudian guru meminta peserta didik melakukan diskusi mengenai apa saja hal-hal positif dan negatif dari keberagaman bangsa
Indonesia. Misalnya, dari segi negatif, keberagaman itu menimbulkan perasaan curiga pada kelompok tertentu, dari segi positif, kita dapat saling
belajar dari perbedaan budaya, kebiasaan, tata cara dan bahasa daerah masing-masing. Dengan demikian memperoleh pengetahuan baru. Beri
kesempatan pada peserta didik untuk mendiskusikan pengalaman riil mereka. Di sekolah yang memiliki fasilitas memadai, dapat dilakukan
kegiatan menonton i lm atau video mengenai keberagaman.
3. Penjelasan Guru