84
Kelas X SMASMK
Indikator:
Menjelaskan hubungan antara kasih dan kesetiaan Membedakan kesetiaan yang benar dengan kesetiaan yang keliru.
Menunjukkan bukti-bukti tentang kesetiaannya kepada Allah.
A. Pengantar
Bab ini menjelaskan kepada peserta didik bahwa kesetiaan adalah salah satu ciri yang paling penting dari cinta kasih. Orang tidak bisa mengatakan bahwa
ia mencintai seseorang apabila ia tidak menunjukkan kesetiaannya. Kita sudah membahas sekilas tentang arti kata khesed dalam bahasa Ibrani dalam pelajaran
sebelumnya. Pemahaman teologis utama yang mendasari bagian ini adalah pengertian tentang “kasih” dalam bahasa Ibrani, yaitu khesed. Kata khesed tidak
hanya mengandung arti “cinta” atau “kasih”, melainkan lebih dalam lagi, yaitu kesetiaan. Kasih tanpa kesetiaan bukanlah kasih yang sebenarnya. Mengasihi
berarti setia mendampingi dalam keadaan yang paling berat sekalipun. Itulah sebabnya dalam janji pernikahannya, seorang Kristen akan mengatakan, “Aku
………. menyebutkan nama sendiri berjanji di hadapan Allah dan gereja- Nya untuk mengambil engkau ……. menyebutkan nama suamiistri sebagai
istri suamiku yang sah, dan berjanji hidup setia kepadamu dalam kelimpahan ataupun kekurangan, dalam sehat ataupun sakit. Aku akan mencintaimu dan
menghormatimu seumur hidupku, sampai maut memisahkan kita.”
Itulah sebabnya di dalam Alkitab seringkali kita menemukan gambaran tentang hubungan Allah dengan Israel sebagai hubungan antara suami
dan istri. Ketika nabi Hosea disuruh Allah menikah dengan Gomer Hos. 1:2 dyb. yang kemudian mengkhianatinya dengan menjadi pelacur, itu adalah
sebuah gambaran yang menyakitkan yang Allah ingin berikan kepada bangsa Israel yang digambarkan telah melacurkan diri kepada nabi-nabi Baal dan
mengkhianati Allah. Dari sini jelas sekali bahwa hubungan Allah dengan Israel digambarkan sebagai hubungan antara suami dan istri. Dalam hubungan ini
jelas harus tampak kehadiran kesetiaan di antara keduanya.
Di dalam Perjanjian Baru, kita menemukan lagi gambaran seperti ini dalam ungkapan-ungkapan yang kita temukan dalam kisah perumpamaan Tuhan
Yesus tentang 10 anak dara–5 yang bijaksana dan 5 lagi yang bodoh yang
Diunduh dari
http:kemdikbud.go.id
85
Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti sedang menanti-nantikan kedatangan sang mempelai laki-laki Mat. 25:1-13.
Gambaran serupa kita temukan pula dalam Wahyu 21:9-11. Di situ digambarkan bahwa sang mempelai laki-laki, mempelai Anak Domba, yaitu Yesus Kristus
sendiri, akan datang untuk menjumpai pengantin perempuannya, yaitu Yerusalem yang baru, yang melambangkan gereja yang sempurna–bukan
gereja yang terdiri dari campur-baur antara orang-orang kudus dengan orang- orang berdosa yang ada di muka bumi. Gambaran tentang pertemuan antara
mempelai Anak Domba dengan pengantin perempuan itu adalah gambaran ideal yang hanya bisa kita temukan dalam keadaan yang ideal pula, yaitu ketika
orang-orang pilihan Allah setia kepada-Nya.
B. Contoh-contoh Kesetiaan