Kota New York Latar Tempat

49 Saman dilahirkan di Perabumulih pada tahun 1962 dan ia dibesarkan di kota ini juga. Kota ini masih sangat sepi dan jauh dari keramaiandan kota Perabumulih pada masa itu masih merupakan kota yang kecil. Ia merupakan anak tunggal karena kedua adiknya tak pernah diizinkan untuk hidup di dunia. Adik pertamanya hilang pada saat masih di dalam kandungan sedangkan, adik keduanya meninggal saat berusia tiga hari. Saman tumbuh menjadi anak yang baik, dan ia juga merupakan laki-laki yang kurang bergaul dengan perempuan. PERABUMULIH 1962 Barangkali ia beruntung. Dia adalah anak yang berhasil lahir dari Rahim ibunya dan hidup.Dua adiknya tak pernah lahir, satu mati pada hari ketiga, Utami, 1998:44. Perabumulih masih kota minyak ditengah Sumatra Selatan yang sunyi masa itu. Cuman ada satu bioskop, sehingga orang-orang bisa membawa anaknya bertamsya ke luar kota, melihat mesin penimba minyak mengangguk-angguk seperti dinosaurus, Utami,1998:45. 2. Saman dithabiskan menjadi Frater pada tahun 1983 Saman yang pada waktu itu masih bernama Wisanggeni mempunyai keinginan untuk menjadi seorang frater atau Romo. Bapaknya tidak mendukung sepenuhnya dengan keinginannya karena Saman merupakan anak satu-satunya. Menurut bapaknya apabila Saman kelak menjadi seorang imam, ia tidak dapat memberikan keturunan. Tetapi alasan itu tidak membuat Saman mundur.Ia tetap berusaha memwujudkan keinginannya. Pada tahun 1983 ia dithabiskan menjadi pater atau Romo. 50 Sehingga pada waktu itu orang-orang memanggilnya pater wisanggeni atau Romo Wis. Sakramen presbiterat.Tiga lelaki berkasut itu lalu telungkup mencium ubin katedral yang dingin.Mereka telah mengucapkan kaulnya.Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula.Sejak hari itu, orang-orang memanggil mereka pater. Dan namanya menjadi pater Wisanggeni, atau Romo WisUtami, 1998:41. Setelah Saman dithabiskan menjadi seorang imam, ia berharap ditugaskan di Perabumulih. Kota Prabumulih adalah salah satu tempat yang sangat ia rindukan. Tempat tersebut adalah tempat ia dibesarkan, dan apalagi setelah ia mendengar ibunya telah tiada ia semakin berkeinginan untuk mendatangi tempat itu. Dengan berbagai pertimbangan, Saman pun diizinkan untuk bertugas dan melayani masyarakat yang ada di Perabumulih. Tahun 1984, akhirnya ditempuhnya perjalanan itu.Usianya kini dua puluh enam.Ia telah menyebrangi selat Sunda dengan kapal feri yang sesak dan pikuk oleh orang dan kendaraan, dari Merak, turun di Bangkauheni, lalu naik kereta kearah utara. Di Perabumulih stopUtami, 1998:57. Barangkali Tuhan mengutusnya.Barangkali Tuhan Cuma mengabulkan harapannya. Uskup menugaskan dia sebagai pastor paroki Parid, yang melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang Utami, 1998:57. 3. Tahun 1990 Nama Wisanggeni diubahnya Menjadi Saman Pada tahun ini, Saman menjalani kehidupan dengan masyarakat yang ada di Perabumulih. Ia sangat perihatin dengan keadaan masyarakat disana. Segala upaya telah diberikanya untuk membantu masyarakat disana. Ia sangat peduli dengan keadaan disekitarnya.Ia juga membantu gadis yang gila yang ada di daerah itu. Gadis itu bernama Upik.