Periode Kehidupan Saman Setelah Keluar dari Biara

54 fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan sikap, dan lain-lain, yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas, Nurgiyantoro, 1995:233-234. Pada pembahasan ini, Latar sosial akan dibedakan menjadi empat yaitu latar sosial agama katolik, latar sosial budaya mistik, latar sosial budaya jawa, dan latar tentang kehidupan seks para tokoh.

2.2.3.1 Latar Sosial Agama

Latar sosial agama khususnya agama Katolik sangat terlihat ketika di dalam cerita tokoh utama yaitu Saman dithabiskan menjadi seorang Pater atau Romo. Perayaan misa penthabisan seseorang menjadi imam itu hanya dilakukan dan dipercayai oleh kepercayaan agama katolik. Setelah Saman dithabiskan menjadi seorang Pater atau Romo ia tinggal di Biara. Biara adalah suatu tempat tinggal para biarawan, mereka melayani Tuhan dan umat-umat Katolik lainya.Ia hidup menggereja rela hidup sederhana, patuh dengan perintah dan pelayanan bagi umatnya serta tanpa adanya pernikahan. Terang yang paling kecil datang dari lilin-lilin yang dinyalakan koster sebelum misa penthabisan dimulai. Tiga pemuda itu berjubah putih, lumen de lumine, dan uskup dengan mitra keemasan memanggil nama mereka satu per satu. Juga namanya Athanasius Wisanggeni.Sakramen presbiterat.Tiga lelaki tak berkasut mencium ubin katedral yang 55 dingin.Mereka telah mengucapkan kaulnya.Pada mereka telah dikenakan stola.Sejak hari itu, orang-orang memanggil mereka Pater. Dan namanya menjadi Pater Wisanggeni, atau Romo Wis Utami, 1998:41.

2.2.3.2 Latar Budaya Mistik

Latar budaya mistik terlihat dalam novel ini, hal tersebut terlihat pada kejadian ketika Saman masih kecil. Ibunya yang masih raden ayu itu mempunyai kebiasaan-kebiasaan aneh. Terkadang sikap ibunya tidak bisa dijelaskan oleh akal.Ia sering nampak ditempat yang ia ada, atau berada ditempat ia tidak ada. Selain itu kejadian aneh lainnya pada saat bayi yang tiba-tiba hilang begitu saja dari kandunganya. Ibunya sering menembang yang bisa mendamaikan hati, tetapi pada saat ia menembang tanpa seorang bayi yang dapat dilihat oleh orang lain, ibu Saman terlihat aneh, tidak hanya itu Saman juga pernah melihat ibunya sedang momong seorang bayi kecil bersama seorang laki-laki dan itu bukan ayahnya. Kejadian aneh lainya yaitu ketika adik kedua Saman juga meninggal pada umur tiga hari. Ibunya yang masih raden ayu adalah sosok yang tak selalu bisa dijelaskan oleh akal.Ia sering Nampak tidak berada di tempat ia ada, atau berada ditempat ia tidak ada, Utami, 1998:44. Lalu terdengar suara lelaki, tiba-tiba berada di ruang itu.Ia bercakap- cakap dengan ibu, tetapi Wis tidak mengerti bahasa mereka.Ia hanya menangkap intonasi yang melantun dalam gelombang tenang seperti angina yang tertiup malam itu.Rasanya mereka sedang memomong si bayi dengan bahagia. Lelaki itu mendengarkan ibu menggumam: lela lela ledhung … lelaki itu bukan Bapak Utami, 1998:52.