72
Selain ia memuaskan hasrat seksualnya dengan benda-benda tersebut, ia juga memuaskan gairah seksnya pada binatang-binatang yang
ada di sekitarnya. Tidak hanya itu terkadang ia juga menyiksa binatang tersebut tetapi suatu kali ia juga bisa sampai membunuh binatang tersebut.
Lama-kelamaan ,ia juga tertarik pada binatang-binatang terutama kambing. Setiap kali ia juga menganiayanya hewan-hewan itu, kadang
sampai mati. Karena ia juga memperkosa dan menyiksa ternak tetangga, kami terpaksa memasungnya Utami, 1998:71.
Melihat perilaku Upik yang tidak wajar dalam masalah gairah seksualnya, Saman
yang melihat kejadian tersebut berinisiatif membuatkan Upik suatu patung yang menyerupai manusia. Upi sangat
senang karena ketika ia mulai bergairah dan ingin melampiaskan hasyrat seksualnya ia dapat melakukannya dengan sebuah balok yang diukir
menyerupai seorang laki-laki itu.
Patung seadanya itu dipanggulnya ke bilik Upi yang baru, dan ia tegakkan dengan patri semen. “upi Kenalkan, ini pacarmu Namanya Totem. Totem
Phallus. Kau boleh mastrubasi dengan dia. Dia laki-laki yang baik dan setia” Utami, 1998:78
Upi adalah seorang wanita yang mempunyai keterbelakangan mental tetapi gairah seks yang dimiliki Upi sama seperti hasrat seks yang
dimiliki oleh manusia normal pada umumnya. Terkadang, ia selalu mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan seksual, karena tidak ada
pasangan untuk melampiasakan gairah seksualnya, Upik sering berperilaku seksual yang tidak wajar. Ia melampiaskan gairah seksualnya dengan
menggosok-gosokkan selangkangannya pada tembok, pohon, tiang dan hewan-hewan. Perilaku seksual Upi merupakan suatu perilaku seksual yang
73
menyimpang. Disebut sebagai perilaku seksual yang menyimpang karena perilaku seks yang ia lakukan bukan dengan objek seksual pada umumnya.
Ia mempergunakan objek seksual yang tidak lazim sebagai pengganti objek seksualnya. Objek seksual yang tidak lazim tersebut seperti pohon,
binatang, dan kayu tidak seperti yang dilakukan oleh manusia pada umumnya.
3.4 Penyimpangan Seksual Sosial
Dari berbagai pengertian tentang defenisi penyimpangan sosial, dapat dikatakan bahwa penyimpangan sosial di pahami sebagai tindakan
yang dilakuakan oleh individu atau kelompok sosial yang tidak sesuai atau melawan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah yang
berlaku di masyarakat tersebut berwujud nilai dan norma yang mengatur perbuatan mana yang baik dan yang kurang baik untuk dilakukan.
Dalam analisis ini, penyimpangan seksual sosial dialami oleh para tokoh dalam novel Saman. Penyimpangan seksual sosial yang dialami oleh
para tokoh adalah penyimpangan seksual sosial di luar pernikahan dan penyimpangan seksual sosial dalam bentuk perselingkuhan. Kedua bentuk
penyimpangan tersebut dialami oleh tokoh Saman, Sihar, Yasmin, dan Laila.
Perilaku seksual di luar pernikahan merupakan perilaku atau tindakan yang melanggar norma masyarakat atau norma agama, di katakan
74
melanggar norma karena hubungan seksual tanpa adanya status pernikahan.
Perselingkuhan adalah bentuk penyimpangan yang dilakukan seorang yang tidak setia pada pasangannya yang terjalin dalam sebuah
komitmen dalam masa pacaran atau sudah menikah. Perselingkuhan disebut suatu penyimpangan seksual sosial karena perilaku yang dilakukan
tokoh merupakan perbuatan yang melanggar norma-norma agama dan masyarakat.
3.4.1 Tokoh Saman : Hubungan Seksual di Luar
PernikahanPerzinahan
Saman adalah seorang Pastor, dalam agama Katolik Romo adalah sebutan bagi pemimpin agama di lingkungan Gereja Khatolik. Seorang
Romo dipanggil untuk hidup dalam kesederhanaan sebagai seorang pelayan Tuhan dan pelayan untuk seluruh umat manusia. Ketika seorang
dipanggil untuk jabatan imamat atau sudah mengikrarkan kaulnya, berati seorang Romo telah berjanji atas nama Allah dan Gereja akan
mengabdikan diri secara total untuk jabatan imamatnya. Seorang Romo memfokuskan dirinya pada tugas pelayanan bagi umatnya dan tidak
menyita kesibukan dengan hal-hal duniawi. Larangan tidak menikah dan tidak melakukan hubungan seksual adalah salah satu peraturan yang sudah
ditetapkan dalam suatu himpunan para Romo hal tersebut dilakukan
75
supaya menjadai pedoman bagi mereka yang terpanggil untuk menjadi seorang Romo.
Sakramen presbiterat. Tiga lelaki tak berkasut itu lalu telungkup mencium ubin katedral yang dingin. Mereka telah mengucapkan kaulnya.
Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula. Sejak hari itu, orang- orang memanggil mereka Pater Wisanggeni, atau Romo Wis Utami,
1998: 41.
Setelah Saman sudah menjadi seorang Romo dan sudah mengikrarkan janji kepada Tuhan dan gereja, ia telah melanggar perjanjian
yang telah ia ikrarkannya, tanpa sepengetahuan siapapun, Saman menjalin hubungan denganYasmin yang sudah mempunyai suami. Mereka saling
mencintai dan ia juga telah melakukan hubungan seksual dengan Yasmin di luar pernikahan, padahal perbuatan yang telah dilakukan oleh Saman
dan Yasmin adalah suatu hubungan yang tidak seharusnya mereka dilakukan.
Aku mencintai kamu. Aku mencintai kamu. Aku tidak ingin kamu dihukum Utami, 1998:184.
Seiring berjalannya waktu, kisah percintaan mereka terjalin begitu dekat. Yasmin yang sudah mempunyai suami bersikap masa bodoh dan
tidak perduli. Saman tidak berpikir tentang jati dirinya yang pada kenyataannya adalah seorang Romo. Bahkan ia juga telah semakin jauh
menjalin hubungan dengan Yasmin tanpa menghiraukan Lukas suami Yasmin, dan ia pun tanpa memikirkan tentang status pernikahan di antara
mereka.