82 “Aku juga akan ke sana. Aku punya teman di New York” saya
memutuskan tiba-tiba. Tak saya fikir, tapi putusan itu bulat Utami, 1998:28.
Sihar dan Laila bertemu di kota New York. Mereka satu sama lainya berusaha menyempatkan waktu untuk bertemu di tempat ini. Di
kota ini tanpa ada istri Sihar dan keluarga Laila mereka bisa dengan bebas bertemu hingga pada akhirnya Sihar dan Laila telah melakukan hubungan
seksual di kota New York ini tanpa adanya status pernikahan.
Barangkali, kami melakukannya di taman ini, di sini, di bangku sebelah gelandangan yang tidur nyenyak di antara biji-biji ketiran yang
diterbangkan angin. Kami melakukanya tanpa melepaskan seluruh pakaian, sebab hari masih terlalu dingin untuk telanjang. Setelah itu,
mengulanginya di kamar hotel, tanpa berlekas-lekas, di mana kulit saya bisa menikmati kulitnya, dan kulitnya menikmati kulit saya, sebab kami
telah menanggalkan semua pakaian. Dan kami berkeringat. Lalu, setelah usai, kami akan bercinta satu sama lain. Tentang apa saja Utami, 1998:
30.
Hubungan perselingkuhan oleh Sihar merupakan perilaku penyimpangan seksual secara sosial karena perilaku yang yang dilakukan
Sihar sudah melanggar norma-norma agama dan norma yang ada dalam masyarakat pada umumnya. Tokoh Sihar disebutkan melakukan
perzinahan karena ia juga telah berhubungan seksual dengan Laila tanpa adanya status pernikahan.
3.4.4 Tokoh Yasmin: Perselingkuhan
Tokoh Yasmin adalah orang wanita Manado yang sudah menikah dengan Lukas orang Jawa. Tetapi meskipun status Yasmin sudah menikah,
ia mejalin hubungan dan berselingkuh dengan Saman seorang Romo.
83 Lukas Hadi Prasetyo orang Jawa. Yasmin Monika orang Manado, tetapi
ia setuju saja untuk menikah dengan adat yang rumit itu. Ia juga rela mencuci kaki Lukas sebagai tanda sembah bakti istri pada suami, yang
tak ada pada upacara ala Manado Utami, 1998: 154.
Terlihat jelas bahwa seorang yang sudah menikah tidak diperbolehkan untuk menjalin hubungan dengan laki-laki lain dan dilarang melakukan hubungan
seksual dengan laki-laki yang bukan suaminya. Tetapi, dalam novel Saman ini tokoh Yasmin tanpa sepengetahuan suaminya menjalin hubungan percintaan
dengan Saman. Perselingkuhan di antara mereka tidak diketahui oleh Lukas suami Yasmin. Yasmin telah melakukan hubungan seksual dengan Saman. Perbuatan
tersebut tidak seharusnya mereka lakukan karena perbuatan tersebut merupakan hal yang tabu bagi Saman yang seorang imam.
Jakarta, 12 Juni 1994 Saman, aku terkena aloerotisme. Bersetubuh dengan Lukas tetapi
membayangkan kamu. Ia bertanya-tanya, kenapa sekarang aku semakin sering minta agar lampu dimatikan. Sebab yang aku bayangkan adalah wajah kamu,
tubuh kamu Utami, 1998: 195.
Perbuatan Yasmin adalah perbuatan yang salah. Ia telah menjalin hubungan dengan Yasmin sehingga ia menghianati Lukas suaminya serta ia telah
melakukan hubungan seksual dengan Saman yang seorang Romo. Perbuatan yang dilakukannya telah melanggar norma-norma yang ada pada umumnya. Hal ini
dikatakan sebagai penyimpangan seksual secara sosial karena perbuatan yang dilakukan Yasmin tanpa adanya status pernikahan yang sah.
84
3.5 Rangkuman
Berdasarkan teori Freud tentang penyimpangan-penyimpangan seksual para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami, dapat diketahui bahwa para
tokoh dalam novel Saman mengalami penyimpangan-penyimpangan seksualitas yang berbeda-beda.
Berpijak dari
teori Freud
tentang penyimpangan-penyimpangan
seksualitas, dalam novel Saman telah ditemukan dua penyimpangan seksualitas yang dialami para tokoh. Pertama, penyimpangan seksual yang berhubungan
dengan objek seksual dan kedua, penyimpangan seksual yang berhubungan dengan tujuan seksual.
Dalam penyimpangan yang berhubungan dengan objek seksual, tokoh Shakuntala mengalami penyimpangan seksualitas inversi atau pembalikan. Inversi
yang dialami oleh tokoh Shakuntala yaitu pribadi yang terbalik dalam dua arah atau amphigenously inverted dan ia juga merupakan pribadi yang kadang-
kadang memperlihatkan inversi occasionally inverted. Dalam penyimpangan yang berhubungan dengan tujuan seksual, tokoh Upi mengalami bentuk
penyimpangan yang tidak lazim yang biasa disebut dengan Fetitisme. Untuk memperoleh tujuan seksualnya, objek seksual yang digunakan oleh tokoh Upi
sangat tidak wajar, ia sering memuaskan gairah seksualnya dengan menggunakan benda-benda seperti menggosok-gosokkan selangkangannya pada pagar, tembok,
pohon-pohon, dan binatang-binatang. Selain penyimpangan-penyimpangan menurut Freud yang dialami para
tokoh, terdapat juga penyimpangan-penyimpangan seksual lainnya yang dialami