BAB  III METODOLOGI  PENELITIAN
3.1.  Metode  Penelitian
Metode  yang  dipergunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  metode kualitatif.  Didalam  mempresentasikan  Budaya  Mistis  di  Film  “  Kuntilanak
\ 2006  “  melalui  pemeran  Samanta  harus  diketahui  terlebih  dahulu  tanda- tanda  yang  terdapat  didalamnya,  adapun  digunakannya  metode  kualitatif
karena  metode  ini  akan  lebih  mudah  menyesuaikan  dalam  penelitian  ini ditemukan  kenyataan  ganda,  kemudian  metode  kualitatif  lebih  peka  dan
dapat  menyesuaikan  diri  dengan  banyak  pengaruh  terhadap  pola-pola  nilai yang  dihadapi  Moleong, 1995:5.  Dalam  menganalisis  datam  peneliti
menggunakan  metode  semiotik.  Semiotik  adalah  ilmu  yang  mengkaji  tanda Sobur, 2004:15.  Dengan  menggunakan  metode  semiotik  peneliti  berusaha
menggali  realita  real  yang  didapatkan  melalui  simbol-simbol  dan  tanda-tanda yang  ditampilkan  sepanjang  film,  selanjutnya  akan  menjadi  corpus  dalam
penelitian  ini.  Dan  kemudian  secara  khusus  peneliti  menggunakan  metode penelitian  analisis  semiotika  yang  dikemukakan  oleh  Roland  Barthes,  untuk
mengintepretasi  atau  pemaknaan  Budaya  mistis  dalam  film  “ Kuntilanak 2006 “  melalui  pemeran  Samanta.  Karena  film  merupakan  bidang  kajian
yang  sangat  relevan  bagi  analisis  atau  semiotika.
3.2  Kerangka  Konseptual 3.2.1  Corpus
Didalam    penelitian    kualitatif    diperlukan  adanya  suatu  pembahasan masalah  yang  disebut  dengan  corpus.  Corpus  adalah  sekumpulan  bahan
terbatas  yang  ditentukan  pada  perkembangannya  oleh  analisis  kesemenaan. Corpus  haruslah  cukup  luas  untuk  memberi  harapan  yang  beralasan  bahwa
unsur-unsur  akan  memelihara  sebuah  sistem  kemiripan  perbedaan  yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
lengkap.  Corpus  juga  bersifat  sehomogen  mungkin,  baik  homogen  pada  taraf waktu  singkroni   Kurniawan, 2000:70
Pada    penelitian    kualitatif  ini  memberikan  peluang  yang  besar  bagi dibuatnya  intepretasi  alternatif.  Corpus  dalam  penelitian  ini  adalah  tokoh
Samanta  dalam  film  Kuntilanak 2006,  yang  ditonton  dalam  versi  VCD Video  Compact  Disc.  Dipilihnya  pemeran  Samanta  karena  dialah  tokoh
utama  yang  akan  membawa  penonton  serta  memperkenalkan  penonton kepada  kisah  mistis  Jawa  lama  didalam  film  bergenre  horror  urban  legend
ini.  Samanta  adalah  karakter  sentral  yang  mampu  menembang  durma  yang sebenarnya  merupakan  tembang  jawa, tembang  ini  digunakan  untuk
memanggil, mengikat,  serta  menguasai  Kuntilanak  yang  dipelihara  dan dipergunakan  sebagai  pesugihan  oleh  masyarakat  Jawa  lama   biasanya  oleh
masyarakat  Jawa  Tengah  dan  Jawa  Timur Kuntilanak   2006   merupakan  film  teatrikal  layar  lebar  jenis  film  dan
untuk  diproduksi  secara  khusus  untuk  dipertunjukkan  di  gedung-gedung bioskop  atau  cinema.  Film  jenis  ini  berbeda  jauh  dengan  film  televisi
television  film  atau  sinetron   sinema  elektronika   yang  dibuat  khusus untuk  siaran  televisi.  Kuntilanak 2006   yang  ditayangkan  serentak  pada
tanggal  17  Oktober  2006  di  seluruh  bioskop-bioskop 21 se-Indonesia. Film yang  merupakan  opening  dari  trilogi  ini  disutradarai  oleh  Rizal  Mantovani,
sutradara  muda  yang  juga  sukses  menggarap  dwilogi  Jelangkung  2001  dan Tusuk  Jelangkung  2002 .
Corpus :
SCENE  1 : Adegan  saat  Samanta  bermimpi, merupakan  teka-teki  dimana
Samanta  duduk  bersimpuh  membelakangi  sebuah  kursi  antic  yang  terbakar dan  dihadapannya  terdapat dimana  terdapat   piring,  gunting,  serta  batu.
Tangan  Samanta  penuh  darah  dan  terlihat  bingung  menghadapi  tiga  benda
dihadapannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SCENE  4 :  Adegan  Samanta  melewati  pohon  beringin  angker  yang  terletak
persis  didepan  kediaman  Mangku  Jiwo.  Dalam  mitos  orang  Jawa, yang dipakai  dalam  film  ini  Kuntilanak  memakai  pohon  tua  dan  besar   salah
satunya  beringin   sebagai  tempat  mereka  berdiam
SCENE  7     :     Ibu  Sri  yang  merupakan  penjaga  kediaman  Mangku  Jiwo
tempat  Samanta  kos  tengah  menjelaskan  kepada  Samanta  mengenai  masa lalu  kediaman  keluarga  Mangku  Jiwo  yang  dulunya  adalah  pabrik  batik
sekaligus  asrama  untuk  para  bangsawan  dan  priyayi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SCENE  9     :  Inilah  cermin  antik  milik  keluarga  aliran   Mangku  Jiwo,
cermin  ini  yang  merupakan  media  bagi  Kuntilanak  peliharaan  Mangku  Jiwo untuk  keluar  masuk  antara  dua  dunia.
SCENE  13   :    Adegan  dimana  Ibu  Sri  pertama  kali  mengenalkan  mitos
Kuntilanak  kepada  Samanta,  pada  scene  ini  pula  Ibu  Sri  pertama  kali mendendangkan  durma
’  lingsir  wengi  ’  pada  Samanta.  Terlihat  Samanta  amat  terpengaruh mendengar  durma  itu  dan  terlihat  ketakutan.
SCENE   20  :     Scene  dimana  Ibu  Iwang,  salah  seorang  teman  Agung  pacar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Samanta  menceritakan  kepada  Agung  dan  Iwang  mengenai  sejarah  asli Mangku  Jiwo. Bahwa  Mangku  Jiwo  bukanlah  keluarga  melainkan
sekelompok  orang  di  masa  lalu  yang  selama  beratus  tahun  membentuk sebuah  aliran  sesat  dimana  menggunakan  kekuatan  gelap  untuk  mendapatkan
kekayaan   salah  satunya  memelihara  Kuntilanak
SCENE  25 :  Adegan  Samanta  memulai  men’durma’  kepada  salah  satu
teman  kosnya,  Mawar.  Ketika  men’durma’  Samanta  keluar  dari  kesadaran dirinya, dia  hanya  merasa  marah  terhadap  Mawar  karena  telah  berlaku  kasar
padanya.
SCENE  25   :     Menurut  mitos  jawa  barang  siapa  yang  mendengar  durma
kuntilanak  dari  si  empunya  durma  maka  akan  mengalami  mimisan,  itu menandakan  bahwa  si  pendengar  tembang  telah  ditandai  dan  akan  dikejar
oleh  kuntilanak,  dalam  scene  ini  Mawar  teman  kos  Sam  lah  korbannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SCENE  25  :    Scene  dimana  Mawar  ditemukan  tewas  tak  lama  setengah
mendengar  durma  Sam.  Kematiannya  mengenaskan  dengan  kepala  terbalik hasil  perbuatan  kuntilanak.
:
SCENE  25  :     Tak  Cuma  korban,  Sam  sebagai  pen’durma’  juga  terkena
efeknya. Setiap  kali  dia  selesai  men-durma  Sam  akan  merasakan  mual  dan langsung  muntah- muntah  dimana  muntahannya  adalah  belatung. Dalam  mitos
Jawa,  belatung  digambarkan  sebagai  binatang  menjijikkan  dan  dekat  dengan kematian  karena  biasanya  belatung  selalu  mengerogoti  bangkai.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Scene  56 :  Gambar    salah    satu    korban    dari  Kuntilanak,  Dinda, teman
Samanta. Dikisahkan  dalam  cerita  ini  korban  Kuntilanak  meninggal  dengan posisi  kepala  terputar  kebelakang
4. SCENE  64 :  Pemunculan  Kuntilanak  yang  menggunakan  barang
antik    cermin   sebagai  media. Menurut  tradisi  Jawa,  Kuntilanak  memang tinggal  di  pohon-pohon  besar  dan  tua  seperti  beringin  namun  bila  ingin
menampakkan  diri  Kuntilanak  memerlukan  media  berupa  barang-barang antik  yang  telah  di  doakan  oleh  sang  pemelihara  Kuntilanak.
5. SCENE  70  :  Adegan  pertarungan  Samanta  dengan  Kuntilanak,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Samanta  sebagai  pemilik  wangsit  pemanggil  Kuntilanak  harus  dapat  lebih kuat  daripada  Kuntilanak  agar  dapat  menguasainya, apabila  gagal  nyawa
Samanta  taruhannya
3.2.2  Unit  Analisis
Unit  analisis  pada  penelitian  ini  adalah  sebanyak  22  scene  dari  70 scene  yang  ada  dalam  film  dari  pembagian  level  analisis  oleh  John  Fiske,
yang  terdapat  pada  pemeran  Samanta  sebagai  bentuk  Budaya  Mistis  dalam film  Kuntilanak  2006  ini.  Kemudian  diintepretasikan  menggunakan  teori
semiotik  yang  dikemukakan  oleh  Barthes,  mengidentifikasikan  lima kode,  yaitu :  kode  hermeneutik   kode  teka-teki , kode  semik   makna
konotatif, kode  simbolik, kode  proanetik  logika  tindakan , dan  kode  gnomik atau  kode  kultural.  Untuk  mengetahui  bagaimana  pemaknaan  Budaya  mistis
dalam  film  Kuntilanak  2006 .
3.3  Tehnik  Pengumpulan  Data
Pengumpulan    data    dalam    film  penelitian  ini  dilakukan  dengan  tehnik dokumentasi  dan  mengamati  potongan  adegan  per  adegan  atau  scene  pada
film  yang  berjudul Kuntilanak  2006   secara  langsung. Setelah visual  gambar diperoleh  peneliti  akan  mencapture  berdasarkan  shot  atau  perpindahan
pengambilan  gambar  pada  film  tersebut.  Potongan  gambar  yang  ada kemudian  dipilih  berdasarkan  korelasinya  dengan  budaya  mistis  .  Gambar
terpilih  ini  disebut  data  primer.Serta  melakukan  studi  kepustakaan  untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
melengkapi  data-data  dan  bahan  yang  dapat  dijadikan  sebagai  referensi. Selanjutnya  dari  hasil  pengamatan  simbol-simbol  yang  terdapat  pada
potongan  visualisasi  film  dan  data-data  yang  diperoleh  akan  dianalisis menurut  studi  semiotik  menurut  Roland  Barthez  dan  John  Fiske.
3.4  Tehnik  Analisis  Data