SCENE 25 DAN SCENE 30 REPRESENTASI BUDAYA MISTIS KUNTILANAK DALAM FILM “ KUNTILANAK ( 2006 ) “ ( Studi Analisis Semiotik Representasi Budaya Mistis Yang Ada Dalam Film “ Kuntilanak 2006 “ ).

shoot ini diperlihatkan secara tak langsung bahwa bakat itulah yang memi- lihnya. Kebetulan dia mendengarkan kisah tentang Kuntilanak dari Bu Yanti dan kebetulan dia mendengarkan Bu Yanti menyanyikan durma ‘lingsir wengi’ sehingga memicu bangkitnya bakat terpendam yang selama ini dimilikinya.

4. SCENE 25 DAN SCENE 30

GB.4.5 Shoot scene 2530 dimana Sam men-durma, dan adegan korban dari durma Sam meninggal. Terdapat 3 shoot gambar dari scene 25. Yaitu adegan dima- na untuk pertama kalinya Sam mendurma ‘lingsir wengi’ kepada teman satu kosnya Mawar, namun Sam men-durma juga dibawah alam sadarnya karena dirinya merasa terancam oleh tekanan Mawar, serta tindak kekerasan yang akan Mawar lakukan pada Sam hanya karena Sam menegur perbuatan salah Mawar. Terlihat bahwa saat Sam mulai men-durma Sam seolah tidak lagi menjadi dirinya sendiri, ekspresi wajahnya berubah aneh dan menyeramkan, selain itu matanya juga berubah menjadi tidak hidup. Pada shoot berikutnya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Mawar yang selesai mendengarkan lagu durma Sam langsung mimisan, ter- lihat Mawar ketakutan karena Sam. Dan tak lama kemudian setelah usai men-durma Sam langsung merasa mual dan muntah-muntah, namun menge- jutkan karena dari muntahan Sam dapat keluar belatung Dan dalam shoot scene 30 terlihat Mawar yang telah menjadi mayat di- kerumuni oleh polisi, wartawan, serta tim medis, Mawar meninggal dalam kondisi mengenaskan serta kepal terbalik semalam setelah mendengarkan durma Sam. Mawar meninggal karena dihabisi oleh Kuntilanak, buktinya adalah kepala Mawar yang tertarik terbalik kebelakang. Adapun deskripsi visual dari dua scene tersebut adalah : 1 Setting Pada Scene 25 setting terletak dilorong lantai 3 rumah kos Mangkujiwo. Tepatnya diantara tembok kamar Samanta dan Mawar. Di tempat inilah Mawar pada mulanya mengajak Sam bertengkar serta menekan dan hendak menyakiti Sam sebelumnya akhirnya Sam mulai men-durma. Sementara pada scene 30 settingnya berlokasi disebuah motel dimana Mawar tidur setelah dia kabur dari rumah kos seusai mendengarkan durma Sam dengan perasaan takut. Di motel ini jugalah Mawar menghembuskan nafas terakhirnya akibat dihabisi Kuntilanak, dengan cara merusakkan kipas angin kamar motel Mawar, kipas angin tersebut akhirnya jatuh tepat diatas kepala Mawar dan menewaskan Mawar. 2 Property Pada Scene 25 property yang digunakan adalah gunting yang digunakan Mawar untuk menekan Sam, dan hendak mempergunakan gunting tersebut untuk melukai Sam, selain itu ada belatung property tambahan ini dipergu- nakan saat Sam selesai mendurma dan dia mual-mual serta muntah, muntah- hannya adalah belatung tersebut. Pada Scene 30 shoot yang diambil adalah adegan ditemukannya mayat Mawar disebuah Motel. Terdapat property seperti ranjang, selimut, bantal, guling, kipas angin yang telah membunuh mawar, kamera 3cccd yang diba- Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. wa kameramen untuk meliput kematian mawar, serta peralatan polisi seperti topi, sabuk, dan pistol. 3 Pengambilan Sudut Gambar Untuk tiga shoot dalam scene25 diatas, filmmaker memakai medium shoot dalam adegan Samanta yang tengah men-durma pada Mawar, film- maker mengambil tehnik ini karena juga ingin memperlihatkan setting saat adegan tersebut. Close up sengaja dipakai filmmaker pada adegan Mawar mimisan setelah mendengarkan durma Sam dan muntahan Samanta yang berupa belatung. Filmmaker ingin lebih menonjolkan ekspresi kebingungan Mawar karena mimisan dan ketakutannya yang merupakan efek dari nyanyi- an durma Sam, dan pada adegan muntahan belatung tersebut filmmaker ingin menunjukkan pada penonton film ini sisi mistis serta kengerian efek dari muntahan berisi belatung Samanta sekaligus menimbulkan tanda Tanya dan rasa penasaran bagi para penonton Sementara pada shoot scene 30 filmmaker lebih cenderung mengambil tehnik long shoot karena tehnik ini lebih efektif untuk menampilkan banyak hal dalam satu frame. Dimana disini diceritakan mayat Mawar ditemukan dalam kondisi mengenaskan, ada begitu banyak wartawan media massa me- ngerubungi untuk meliput karena kematiannya tak lazim, ada polisi juga yang terlibat dalam penyelidikan. 4 Pencahayaan Dalam scene 25 pencahayaan tampak redup dikarenakan setting waktu pada malam hari, cahaya didapat dari bulan yang bersinar dan masuk melalui celah-celah jendela serta dinding rumah, penggunaan lampu langit- langit, juga efek cahaya ‘bulan’ buatan yang memakai lighting sekitar 500 watt dipantulkan menggunakan mika berwana pucat soft seperti abu-abu gading. Filmmaker sengaja mengambil tehnik ini untuk menampilkan efek kesuraman dan keangkeran. Shoot scene 30 diatas menggunakan pencahayaan dari matahari, lampu langit-langit, juga sedikit tambahan lighting dari filmmaker karena setting Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dalam scene ini memang pagi hari jadi tidak perlu menambahkan tehnik terlalu banyak dalam pencahayaan SignifierPenanda Dari dua scene diatas penandanya adalah Samanta yang sedang mendurma SignifiedPetanda Dari dua scene diatas petandanya adalah efek dari durma Sam, Mawar yang mimisan lalu malam itu juga meninggal karena dihabisi Kuntilanak. Samanta sendiri mengalami mual-mual dan juga memuntahkan belatung usai men- durma. Level Denotasi Tampilan gambar pada scene 25, 30 menunjukkan bahwa Sam mendurma dikarenakan ada penyebabnya, yaitu merasa tertekan serta berada dibawah ancaman Mawar, pada intinya Sam menggunakan durma untuk membela dirinya sendiri. Level Konotasi Mawar yang ketakutan seusai mendengarkan durma Sam, serta ekspresi kebingungannya akibat mimisan seusai mendengarkan durma Sam. Dan pada Scene 30 diperlihatkan saat mayat Mawar ditemukan ekspresi wajah Mawar terlihat amat menyeramkan, kedua matanya mendelik menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Kesimpulan yang diperoleh dari Scene 25, 30 adalah Sa- manta men-durma dikala dia merasa dirinya terancam, Sam men-durma dalam kondisi tidak sadar dan saat dia sedang men-durma seolah bukan diri Samanta lagi. Efek dari durma Sam, bagi korban seusai mendengar langsung mimisan, dan tinggal menunggu waktu sebelum Kuntilanak mendatanginya untuk merebut nyawanya. Sementara bagi Sam sendiri, dia merasakan mual, pusing, serta panas dari dalam, mengeluarkan muntahan belatung yang meru- pakan lambang orang mati, juga mendapatkan semacam bekas luka bakar di punggungnya yang akan semakin bertambah panjang apabila dia semakin sering men-durma. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. SCENE 59, 61