Budaya Mistik. Landasan Teori .1 Film Sebagai Komunikasi Massa

berpanjang-panjang, serba berlebih-lebihan da-lam arti melebihi kewajaran atau melebihi pengetahuan dan pengertiannya sendiri meski sudah mengakui tidak tahu, masih mencoba memungkin- mungkinkan .Oleh karena itu di kalangan penganut paham mistik tidak dikenal pembahasan disiplin mengenai ajarannya sebagaimana yang berlaku dalam diskusi. Adapun beberapa sebab orang menganut paham mistik :  Kurang puas yang berlebihan, bagi orang-orang yang hidup beragama secara bersungguh-sungguh merasa kurang puas dengan hidup menghamba kepada Tuhan menurut ajaran agamanya yang ada saja.  Rasa kecewa yang berlebihan, Orang yang hidupnya kurang bersungguh-sungguh dalam beragama atau orang yang tidak beragama merasa kecewa sekali melihat hasil usaha umat manusia di bidang science dan teknologi yang semula diandalkan dan diagungkan ternyata tidak dapat mendatangkan ketertiban, ketentraman dan kebahagiaan hidup. Malah mendatangkan hal-hal yang sebaliknya. Mereka lari dari kehidupan modern menuju ke kehidupan yang serba subyektif, abstrak dan spekulatif sesuai dengan kedudukan sosialnya.  Mencari hakekat yang sebenarnya, orang yang ingin mencari hakekat hidup sebenarnya juga ada yang terjebak bahwa kebenaran hanya akan di dapat dari pengalaman mistiknya. Di antara mereka masih ada yang berusaha merasionalkan ajaran paham mistik yang dianutnya, dan ada pula yang tegas-tegas lepas sama sekali dari tuntutan kemajuan zaman ini . MH Amien Jaiz, Masalah Mistik Kebatinan, PT Almaarif, Bandung, Cetakan 1980

2.1.5 Budaya Mistik.

Budaya adalah sistem, gagasan, rasa, karya, tindakan yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. belajar Koentjaningrat, 1996 : 149 Selain itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya diartikan sebagai sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Jadi disini dapat diartikan bahwa budaya adalah sesuatu yang mendarah daging dalam suatu kehidupan masyarakat tertentu, keberadaannya telah menjadi milik mereka sehingga sukar diubah. Kata Mistik menurut De Jong, diambil dari bahasa Yunani “ Mu-ein “ yang memiliki dua makna. Yang pertama adalah menutup mata dan mulut, kedua artinya adalah mengantarkan seseorang kedalam sebuah upacara. Pada awal penggunaannya pada abad ke-5 di Barat kata mystical menunjukkan bahwa segala hal yang jauh diluar kemampuan manusia serta rasionalitas ataupun ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian tersebut budaya Mistik adalah upaya untuk melihat sisi mistik misteri pada suatu objek. Indonesia sendiri tak akan pernah bisa terlepas dari kepercayaan terhadap hal-hal mistik. Ditilik dari sejarahnya Nenek-Moyang masyarakat kita adalah penganut aliran animisme-dinamisme dimana mereka mempercayai serta menyembah kekuatan gaib adalah benda-benda ataupun makhluk hidup yang disakralkan, meskipun agama akhirnya telah masuk namun proses akulturasi pencampuran budaya lama dan baru yang dilakukan agar tidak terkesan dipaksakan maka menggunakan aneka media budaya tradisional agar dapat diterima. Contohnya, wali songo melakukan akulturasi agama Islam di pulau Jawa dan sekitarnya dengan menggunakan tembang Jawa, kesenian tradisional berupa wayang, dsb. Niels Mulder. Mistisme Jawa Ideologi di Indonesia Perkembangan aliran pemujaan diluar aliran Agama yang seharusnya dan menyimpang dari ajaran Tuhan terlah menimbulkan beragam ritual penyesatan yang tak jarang harus membuat si individu yang melakukannya harus rela membayar dengan nyawa. Diantara sekian banyak yang paling terkenal adalah ritual pesugihan, ritual pembalasan dendam santet , ataupun ritual keagungan susuk dimana si pelaku yang melakukan ritual tersebut biasanya menginginkan demi kepuasan ego semata serta dilakukan atas Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. paham materialisme dan sekulerisme. Dalam komunitas pemujaan yang cenderung sesat tersebut terdapat tiga tipe individu. Yang pertama si pelaku upacara wong pinter yang merasa memiliki kekuatan dan mampu membantu permasalah individu yang datang kepadanya namun wong pinter ini diakhir akan meminta imbalan yang biasanya melampaui apa yang telah dilakukannya. Tipe kedua adalah si peminta, yang datang kepada wong pinter demi ego-nya yang tak terpuaskan menurut ajaran agama, namun tak jarang Wong pinternya juga termasuk sebagai tipe kedua. Dan terakhir adalah invidu- individu pengikut wong pinter yang tidak puas terhadap apa yang dimilikinya dan berpaling kepada sesuatu yang lebih lagi yang sayangnya belum tentu baik dan benar. http:\\ghaib.blogspot.co.id.html69

2.1.6 Mistik yang Terdapat dalam Film Kuntilanak 2006