Lagu Durma “ Pemanggil Kuntilanak ”

orang biasa semuanya pasti mengalami mimpi. Karena itulah mimpi memiliki pengaruh amat besar baik secara positif namun tidak sedikit juga berdampak negatif. Pembahasan mengenai mimpi tidaklah dibahas oleh sekelompok masyarakat ataupun sebidang ilmu saja, tetapi juga meluas ke berbagai disiplin ilmu misal, filsafat, psikologi, agama, dll. Hal ini menandakan bahwa mimpi merupakan tema yang menarik dan selalu aktual untuk dijadikan bahan kajian. Pembahasan kali ini adalah intepretasi mengenai mimpi didalam budaya Jawa dan tokoh psikoanalisanya. Dalam tradisi Jawa, mimpi memiliki tiga nama berbeda dikaitkan dengan segi waktu, yaitu: 1. Titiyoni, yaitu mimpi antara jam 20.00-22.00. Mimpi ini tergolong ringan dan belum banyak makna yang tersembunyi, disebabkan kejadian atau pikiran individu selama hari itu terbawa dalam alam pikirannya. 2. Gandayoni, yaitu mimpi antara jam 22.00-24.00 mimpi pada waktu ini telah mendekati kenyataan. Mimpi pada saat ini telah menyimpan hal-hal gaib yang perlu ditafsirkan, sedikit ada kaitan dengan mimpi yang menjurus ke arah tersebut tetapi masih samar-samar. Bisa jadi kalau memaknainya tepat dapat berimbas pada kenyataan 3. Puspatajem, yakni mimpi dari pukul 24.00-03.00. Yakni mimpi yang memiliki ketajaman bau bunga alias mimpi yang lebih mendekati makna. Selain itu tafsir tentang benda atau keadaan yang ditemuipun memiliki kepekaan tersendiri. Menurut Sigmund Freud, mimpi adalah sebuah saluran pengaman bagi emosi manusia dimana arfinnurul.blogspot.com

2.1.6.4 Lagu Durma “ Pemanggil Kuntilanak ”

“ lingsir wengi sliramu tumeking sirno ojo tangi nggonmu guling awas jo ngetoro Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. aku lagi bang wingo wingo jin setan kang tak utusi jin setan kang tak utusi dadyo sebarang wojo lelayu sebet…” Petikan syair diatas pasti tidak asing lagi bagi yang pernah menon- ton film Kuntilanak 2006 yang dibintangi Julie Estelle, itu adalah syair dur- ma yang bisa memanggil Kuntilanak seperti yang diceritakan dalam film ter- sebut. Durma itu adalah salah satu pakem lagu dalam Macapat. Macapat adalah kumpulan lagu Jawa yang mencakup 11 pakem Dandhanggula, Mijil, Pocung, Megatruh, Gambuh, Sinom, Maskumambang, Pangkur, Dur- ma, Asmarandana, dan Kinanthi. Tradisi Macapat ini diperkirakan sudah mulai ada sejak jaman akhir kerajaan Majapahit. Lagu durma pemanggil kuntilanak dalam film Kuntilanak memiliki arti : Menjelang malam, dirimubayangmu mulai sirna… Jangan terbangun dari tidurmu… Awas, jangan terlihat memperlihatkan diri… Aku sedang gelisah, Jin setan ku perintahkan Jadilah apapun juga, Namun jangan membawa maut… Setiap jenis pakem itu ada rumusnya misal terdiri berapa baris, be- rapa suku kata, dan bunyi vokal tiap akhir baris. Jadi Durma juga memiliki rumus, dan Tembang Durma tidak cuma satu macam tapi banyak judulnya. Yang di muat di dalam film Kuntilanak hanya salah satunya. Rumus pakem lagu Durma adalah: 12-a; 7-i; 6-a; 7-a; 8-i; 5-a; 7-i. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Setiap tembang dalam Macapat mencerminkan watak yang berbeda- beda. Durma, disebut sebagai bagian Macapat yang mencerminkan suasana atau sifat keras, dan suram. Bahkan kadang mengungkapkan hal-hal yang angker dalam kehidupan, jadi amat tepat apabila dalam film Kuntilanak mengekspos tembang ini. Dalam tradisi Jawa, ada istilah Tembang Dolanan Lagu Mainan. Yang dimaksud adalah lagu yang dipakai untuk ritual permainan magis Ja- wa. Misal, ada lagu untuk memainkan Jalangkung, ada lagu untuk memang- gil roh dalam permainan boneka Ni Thowok, ada pula lagu yang dipercaya bisa memanggil buaya di sungai dari pakem Megatruh , dan oleh orang Jawa sampai saat ini masih menjadi mitos larangan untuk dinyanyikan di sungai. Tapi untuk lagu-lagu ritual, biasanya tidak berdiri sendiri untuk memfungsikannya. Lagu itu dinyanyikan dengan iringan syarat ritual yang lain. Tiap ritual syarat atau sesajinya biasanya sangat spesifik, jadi bila tidak memakai sesaji lagu yang dinyanyikan tidak akan berpengaruh. Di adat Jawa, ada lagu lain untuk “ manggil ” setan: Sluku-sluku bathok, bathok’e ela-elo Si romo menyang solo, oleh-oleh’e payung muntho Mak jenthit lo-lo lobah, wong mati ora obah Yen obah medheni bocah… Dulu sebelum permainan-permainan canggih ada seperti sekarang, hanya ada permainan tradisional. Anak – anak Jawa punya tradisi, setiap bulan purnama mereka membuat boneka dari keranjang bunga yang habis dipakai dari ziarah seperti boneka Jelangkung . Lalu membuat sesaji bunga tujuh rupa, sirih, dan tembakau, ditaruh di salah satu pinggir sungai. Di malam bulan purnama, anak – anak mengelilingi boneka itu sambil me- nyanyikan lagu tadi. Lagu itu dinyanyikan berulang kali sambil memegang boneka, dan secara ajaib boneka akan bergerak serta agresif. Itu artinya roh penunggu sungai telah masuk ke boneka dan mau diajak bermain. Perma- inannya, boneka itu harus terus dipegang dan roh boneka itu akan mem- Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bawa pemegangnya berlari-lari kemana-mana, lalu ini dijadikan permainan kejar-kejaran. Siapa yang kelelahan akan ‘ditangkap’ oleh ‘ boneka hidup ’ itu, dipukuli dengan kepala boneka yang biasanya dibuat dari tempurung. Yang menggerakkan adalah roh di dalam boneka itu. Permainan ini disebut Ni Thowong, atau Ninidok, atau Nini Thowok. Permainan tersebut memang lazim dimainkan anak – anak jaman dulu, ini disebabkan pada jaman dulu belum ada mal, bioskop atau permainan tekhnologi canggih seperti sekarang. Mantra penanggulangannya. Nga tha ba ga ma, Nya ya ja dha pa, La wa sa ta da, Ka ro co no ho. di baca 7 kali Mantra diatas sebenarnya adalah ejaan huruf Jawa tapi di susun terbalik. Itu disebut Caraka Walik, mantra Jawa Kuno untuk menangkal roh jahat. mistik- gaib.blogspot.com

2.1.7 Respon Psikologi Warna