dalam  kepercayaan  masyarakat  Indonesia  lainnya, lokasi  untuk menancapkan paku  bisa  bergeser  ke  bagian  atas  ubun-ubun  kuntilanak.
2.1.6.2  Pesugihan
Pesugihan adalah tindakan mencari kekayaan dengan jalan yang tidak “biasa”. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan manusiapun berkembang,
manusia-manusia yang terlalu ingin memiliki dunia dan berhati sempit dapat saja terjebak ke dalam ritual “pesugihan”.
Mungkin kita pernah mendengar dari teman ataupun sanak saudara kita tentang “tumbal” dalam “pesugihan”. Tumbal dapat diartikan dengan korban, korban ini
merupakan syarat dari pesugihan itu sendiri. Tumbal bisa dari keluarga si”pemuja harta” ataupun orang lain yang sengaja dikorbankan, mungkin kalau boleh kita
artikan tumbal itu sama dengan ongkos untuk pencapaian keinginan dari si”pemuja harta”.Perlu ditekankan di sini bahwa semua hal yang didapat lewat
perjanjian dengan “penghuni alam gaib” tidaklah diberikan dengan cuma-cuma. Untuk  jenis  pesugihan  tertentu yang mungkin disesuaikan dengan
perkembangan jaman, tumbal itu belum terlihat dalam kurun waktu yang singkat, biasanya tumbal baru terlihat pada generasi selanjutnya dari si “pemuja harta”.
Sebagai contoh: dahulu kakeknya atau ayahnya sangat kaya karena pesugihan, sekarang anak atau cucunya untuk makan sehari-hari saja susahnya bukan main.
Satu-satunya  cara  agar  terhindari  dari  niat  buruk  untuk  menggunakan pesugihan  adalah  dengan  menjadikan  agama sebagai rambu-rambu untuk segala
tindak-tanduk kita dalam kehidupan, melintasbatas.blogspot.co.id
2.1.6.3  Mimpi  Dalam  Penafsiran  Jawa.
Mimpi  merupakan  bagian  dari  kehidupan  manusia, meskipun  mimpi merupakan  sesuatu  yang  pribadi  namun  mimpi  adalah  fenomena  universal
yang  memiliki  peranan  penting  dalam  pembentukan  kebudayaan  manusia. Mimpi  merupakan  suatu  hal  yang  tidak  pernah  bisa  terlepas-kan  dari
kehidupan  manusia,  baik  anak-anak  maupun  orang  dewasa, pejabat  maupun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
orang  biasa    semuanya  pasti  mengalami  mimpi. Karena  itulah  mimpi memiliki  pengaruh  amat  besar  baik  secara  positif  namun  tidak  sedikit  juga
berdampak  negatif. Pembahasan  mengenai  mimpi  tidaklah  dibahas  oleh  sekelompok
masyarakat  ataupun  sebidang  ilmu  saja,  tetapi  juga  meluas  ke  berbagai disiplin  ilmu  misal, filsafat, psikologi, agama,  dll. Hal  ini  menandakan  bahwa
mimpi  merupakan  tema  yang  menarik  dan  selalu  aktual  untuk  dijadikan bahan  kajian.  Pembahasan  kali  ini  adalah  intepretasi  mengenai  mimpi
didalam  budaya  Jawa  dan  tokoh  psikoanalisanya. Dalam  tradisi  Jawa,  mimpi  memiliki  tiga  nama  berbeda  dikaitkan  dengan
segi  waktu, yaitu: 1.
Titiyoni,  yaitu  mimpi  antara  jam  20.00-22.00.  Mimpi  ini  tergolong ringan  dan  belum banyak  makna  yang  tersembunyi,  disebabkan
kejadian  atau  pikiran  individu  selama  hari  itu terbawa  dalam  alam pikirannya.
2. Gandayoni, yaitu  mimpi  antara  jam  22.00-24.00  mimpi  pada  waktu
ini  telah  mendekati kenyataan.  Mimpi  pada  saat  ini  telah  menyimpan hal-hal  gaib  yang  perlu  ditafsirkan, sedikit  ada  kaitan  dengan  mimpi
yang  menjurus  ke  arah  tersebut  tetapi  masih  samar-samar.  Bisa  jadi kalau  memaknainya  tepat  dapat  berimbas  pada  kenyataan
3. Puspatajem,  yakni  mimpi  dari  pukul  24.00-03.00.  Yakni  mimpi  yang
memiliki  ketajaman bau  bunga  alias  mimpi  yang  lebih  mendekati makna.  Selain  itu  tafsir  tentang  benda  atau keadaan  yang  ditemuipun
memiliki  kepekaan  tersendiri. Menurut  Sigmund  Freud,  mimpi  adalah  sebuah  saluran  pengaman
bagi  emosi  manusia  dimana arfinnurul.blogspot.com
2.1.6.4 Lagu  Durma  “  Pemanggil   Kuntilanak  ”