11
Suyanto 2010 menjelaskan pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang melibatkan aspek pengetahuan
cognitive, perasaan feeling, dan tindakan action. Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Pendapat ini didukung
oleh Darminta 2006 yang menyebutkan tahapan penghayatan nilai hidup melalui tiga tahap yaitu tahap kognisi, afeksi, dan aksi. Kedua pendapat ini
menegaskan pentingnya aspek pengetahuan yang mendasari sebuah tindakan, sedangkan proses afeksi menjadi jembatan atas pengetahuan
yang didapat dan akhirnya melahirkan tindakan atau perilaku berkarakter. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan penanaman nilai-nilai universal dalam hidup. Nilai yang dimaksud dapat merupakan nilai yang
berkaitan dengan nilai kebangsaan, moral, religius dan menjangkau semua aspek dalam diri baik pengetahuan, pikiran, perasaan maupun tindakan
seseorang.
2. Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Kepangudiluhuran berasal dari kata Pangudi Luhur. Pangudi, artinya suatu usaha atau ikhtiar untuk mencari sesuatu. Luhur, artinya
mulia atau tinggi. Pendidikan karakter Kepangudiluhuran merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan
oleh pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC. Nilai-nilai karakter tersebut oleh para bruder FIC sering
disebut dengan sepuluh keutamaan Bernardus. Sepuluh keutamaan
12
Bernardus meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati, semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh,
teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para bruder sesama. Pendidikan karakter Kepangudiluhuran selalu diarahkan untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur berdasarkan Pancasila, selalu bersemangat menuntut ilmu dan berkembang menjadi pribadi yang
berkualitas tinggi, berkarakter baik, cerdas, serta dapat berkembang secara utuh Sugi, 2011. Dengan demikian arah Pendidikan Karakter
Kepangudiluhuran tentunya juga menjalankan amanat UUD 1945 dalam rangka mencerdaskan bangsa.
3. Tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Tujuan pendidikan karakter Kepangudiluhuran sebagaimana dijelaskan dalam pengantar buku ajar Kepangudiluhuran Sugi, 2011
adalah sebagai berikut: a.
Menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan
hidupnya, sehingga mereka memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.
b. Membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai
universal yang diperjuangkan semua orang beriman. Nilai universal itu beberpa diantaranya adalah nilai kebangsaan, budaya, sosial,
moral, dan religius.
13
Dua tujuan kepangudiluhuran tersebut dalam pencapaiannya selalu bercermin dari hidup para pendiri kongregasi FIC yaitu Mgr. Ludovicus
Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, FIC. Selanjutnya cerminan itu diharapkan dapat diaplikasikan ke dalam hidup sehari-hari dan di manapun
mereka berada.
4. Proses Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran