15
Selain proses
pendidikan berdasarkan
buku ajar
Kepangudiluhuran, setiap
sekolah diberi
keleluasaan untuk
mengembangkan proses pendidikanyang lebih sesuai dengan keadaan setempat. Pengembangan bisa dalam bentuk pengembangan materi dan
juga pendalaman materi melalui penugasan-penugasan ataupun cara-cara tertentu yang dapat semakin memperdalam dan mengakarkan karakter-
karakter Kepangudiluhuran yang dipelajari.
5. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran
Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran oleh Sugi 2011 dijabarkan dalam materi ajar yang didasarkan pada sepuluh nilai
keutamaan Bernardus. Demi kepentingan pengkajian yang lebih terstruktur, maka peneliti merumuskan dan menata kembali materi tersebut
agar dapat dikaji secara ilmiah. Materi-materi tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Percaya Kepada Tuhan
Makna iman sering kali diidentikkan dengan sikap percaya. Makna percaya secara umum menunjuk kepada berbagai sikap manusia
yang mempercayai segala sebab yang dianggap bertuah, keramat dan memiliki suatu kasiat. Oleh karena itu, melalui sikap percaya seseorang
dapat menyembah suatu benda, patung, pohon, atau dongeng yang diwariskan secara turun-temurun.
Sikap percaya memberi tempat yang begitu besar pada sikap subjektif manusia sehingga mendorong seseorang untuk bersikap
16
irasional dan mempercayai dongeng atau hal-hal yang sebenarnya tidak patut dipercayai. Sikap percaya memungkinkan manusia untuk percaya
pada tahayul sehingga melumpuhkan akal budi dan hati nurani untuk memuliakan Allah selaku pencipta dan penyelamat hidup. Justru sikap
iman senantiasa mendorong dan memampukan setiap orang yang percaya agar membebaskan diri dari setiap sikap irasional dan dongeng.
St. Petrus menyatakan: “sebab kami tidak mengikuti dongeng- dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan
kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya 2 Ptr, 1:16.
Kesaksian Kitab Suci secara sadar menegaskan pemberitaan para nabi dan rasul disadari oleh kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan,
suatu kebenaran yang lahir dari pernyataan Allah dan bukan hasil dugaan atau dongeng semata.
Seseorang perlu percaya kepada Tuhan untuk memperoleh keselamatan hidup dan hidup bahagia di dunia. Dua orang pemimpin
seperti Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoecken pendiri FIC adalah figur pemimpin yang dapat menjadi teladan. Mereka berdua adalah
gembala atau pemimpin yang dengan setia dan penuh kasih menghantar para bruder pada sikap percaya sebagai jalan menuju keselamatan
rohani. Br. Bernadus Hoecken, FIC ketika menghadapi masalah- masalah permulaan kongregasi seperti kekurangan calon, dia berdoa
kepada Tuhan dan mempercayakan segala masalah kepada Tuhan.
17
Berkat semangat, ketekunan, dan penyerahan kepada Tuhan serta pengantaraan kepada Bunda Maria, akhirnya semua masalah tersebut
dapat diatasi. Berdasarkan apa yang ia alami dalam pengalaman imannya, maka ia pun menyarankan agar para bruder juga memiliki
sikap percaya yang tinggi terhadap penyelenggaraan Tuhan sendiri. b.
Rendah Hati Orang yang bersikap rendah hati pada dasarnya tidak mencari
pujian, tetapi lebih mendasari tindakannya pada keikhlasan hati untuk mengasihi sesama. Orang yang rendah hati memiliki sifat peduli
terhadap orang lain, mengingat jasa atau pertolongan yang pernah diterima meski sekecil apapun. Orang yang rendah hati tidak
mementingkan diri sendiri melainkan memperhatikan kepentingan orang lain.
Orang yang rendah hati juga memiliki kepedulian teradap panggilan untuk melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh.
Pepatah mengatakan ora et labora Latin yang artinya bekerja dan berdoa St. Bendiktus. Dengan bekerja orang beriman mewujudkan
panggilan Tuhan yang dapat membahagiakan dirinya. Bekerja meski disertai dengan keringat, rasa lelah atau capek, tetapi tetap memberikan
kepuasan batin dan kebahagiaan. Hidup beriman diharapkan mampu sepenuhnya membaktikan diri
demi pelayanan kepada Allah dan demi pelayanan kepada kedatangan
18
Kerajaan-Nya. Dalam kasih, seseorang hendaknya memberikan diri kepada Dia yang penuh kasih.
c. Semangat dan Keteguhan Hati
Globalisasi adalah perubahan yang terjadi di dunia akibat dari penemuan-penemuan modern sehingga seolah-olah dunia yang luas ini
menjadi sedemikian sempit. Hal ini membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Di sisi lain, globalisasi telah memberikan
kemungkinan untuk membangun kesatuan secara lebih luas. Namun, di lain sisi globalisasi juga telah memberikan berbagai tawaran atau
pilihan yang beragam. Hal ini memberikan kesulitan pada semua orang, terlebih generasi muda yang masih mencari jati diri. Proses mencari jati
diri ini menyebabkan generasi muda mudah berubah dalam pilihan- pilihan hidup. Oleh karena itu, generasi muda memerlukan teladan
pribadi yang memiliki semangat dan keteguhan hati dalam hidup untuk akhirnya mereka sendiri memiliki karakter tersebut. Karakter tersebut
dapat dibangun dengan membangun kewaspadaan diri dalam setiap langkah dan perilaku.
Waspada berarti seseorang mengusahakan selalu bersikap berjaga-jaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Sadar akan
hal yang akan dihadapi meskipun belum jelas jalan keluarnya. Pelayan yang siap akan selalu berjaga-jaga terhadap segala hal Luk 12:35-37.
Ia akan berpakaian dan mengusahakan supaya lampu tetap bernyala untuk menunggu tuannya kembali dari pesta kawin. Kalau tuan itu
19
mengetuk pintu maka mereka akan segera membukakannya. Alangkah beruntungnya pelayan-pelayan yang kedapatan sedang menunggu pada
waktu tuannya datang. Maka, dalam menghadapi globalisasi dibutuhkan sikap waspada atau bertindak hati-hati untuk berani
memilih dan menentukan hal-hal yang baik dan meninggalkan yang kurang baik. Untuk bisa sampai proses memilih hal yang baik serta
meninggalkan yang kurang baik membutuhkan bantuan orang lain. d.
Kebijaksanaan dan Berpengetahuan Orang yang bijaksana adalah orang yang cerdas dalam arti
mampu membedakan hal yang baik dari hal yang buruk 1 Raj 3:9. Ia dapat memberikan alternatif-alternatif sebagai jalan keluar. Orang yang
bijaksana terus belajar dan terus menangkap jalan-jalan Tuhan. Jalan Tuhan dibacanya melalui tanda-tanda yang terjadi dalam setiap harinya.
Kebijaksanaan tanpa didukung dengan pengetahuan, kadang menjadi sulit untuk diterapkan, sebab seseorang akan sulit memahami
situasi dan dikaitkan dengan permasalahan yang sebenarnya Humblet, 1994. Maka, dalam hal ini jelaslah pengetahuan itu dapat menjadi
penyokong atas kebijaksanaan yang diusahakan oleh setiap pribadi. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar.
Menjadi manusia pembelajar merupakan hak setiap orang manusia yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan
dua hal penting, yakni: pertama, berusaha mengenali dirinya, potensi dan bakat-bakat yang muncul. Kedua, berusaha sekuat tenaga untuk
20
mengaktualisasikan potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan diri sepenuhnya dengan cara menjadi dirinya sendiri. Jika kita
mempelajari orang-orang yang sukses, kita akan menemukan bahwa mereka memiliki satu rahasia yang sama, yaitu belajar dan belajar.
Semakin terus belajar semakin dapat disadari betapa sedikitnya ilmu yang dimiliki.
Oleh karena itu, sangat penting menanamkan semangat belajar terus menerus pada diri kita masing-masing. Dari hari ke hari, kita harus
semakin memperkaya diri kita dengan kekayaan rohani, yaitu ilmu. Dengan semangat belajar itulah kita memperoleh ilmu dan terus
meningkatkan ilmu yang kita miliki. e.
Sikap Bijaksana Seorang yang bijaksana mengenal kesucian Tuhan Allah dan
takut akan Dia. Seorang yang bijaksana mengetahui bagaimana menggunakan waktu secara tepat untuk memuliakan Tuhan. Seorang
yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa kehidupan nyatanya harus dipertanggunjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal.
Santo Yakobus mengatakan: kebijaksanaan adalah rahmat dalam doa dan dilatih dalam suasana doa. Br. Bernardus, FIC dalam segala hal
meskipun sangat kecil kepentingannya, terlebih dahulu tetap memohon nasihat dan pertolongan kepada Tuhan dan bunda Maria sebagai
pelindung kongregasi. Melalui kekuatan doa segala sesuatunya dapat ditanggung di dalam Tuhan.
21
f. Sikap Saleh
Perkembangan pengetahuan dan teknologi berkat daya rasional manusia sering dituding sebagai penyebab lunturnya kehidupan rohani.
Orang menjadi kurang peduli dengan hal-hal rohani seperti doa-doa pribadi. Praktik hidup doa mulai banyak tidak mendapatkan perhatian
dan tempat dalam hati kita. Kerelaan seseorang untuk berdoa menjadi berkurang karena ada tuntutan yang dianggap lebih penting dari
hidupnya. Peranan doa dalam kehidupan beriman tetaplah penting bagi diri
sendiri maupun orang lain. Doa memiliki aspek sosial. Banyak peristiwa dalam Kitab Suci yang menunjukkan betapa kuatnya doa,
yang dapat menyelamatkan. Br. Bernardus mengutip apa yang dikatakan St. Vincentius bahwa setiap orang hendaknya berlindung
kepada Tuhan dalam doa, bukan saja jika ia dibimbing dan mengalami kesukaran, melainkan juga untuk mendengar dari Tuhan sendiri apa
yang harus diajarkan kepada orang lain Sugi, 2011. g.
Teladan Baik Semua orang pernah berbuat kesalahan dan dosa dalam hidupnya.
Kesalahan dan dosa merupakan salah satu ciri khas manusia karena manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Ketidaksempurnaan
manusia menjadikan dirinya cenderung untuk berbuat kesalahan dan dosa. Ketika seseorang berbuat kesalahan atau dosa, ada yang secara
22
berani mengakuinya dan memohon ampun atas kesalahan dan dosanya tersebut.
Orang sadar, dosa tidak hanya merugikan orang lain, melainkan juga merusak kehidupan diri sendiri, merenggangkan relasi dengan
sesama dan menciderai relasi dengan Allah. Sering juga ketidakmampuan
seseorang memberikan
pengampunan pada
sesamanya menjadikan dirinya tidak nyaman dalam membangun relasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, seseorang perlu belajar untuk
saling mangampuni. Saling mengampuni ini menjadi salah satu teladan baik yang
memberikan dampak bagi kehidupan bersama. Tidak hanya pengampunan yang tampat, namun juga dapat memberikan dampak
bagi perbaikan relasi antar umat manusia, dengan jalan menunjukkan keutamaan hidup iman yang sungguh dihadapinya.
h. Lembut Hati
Br. Bernardus 1994 memberikan pengajaran kepada para brudernya agar memiliki sikap lembut hati dalam hidup sehari-hari. Ia
menuliskan sebagai berikut: 1
Mulailah selalu dengan lembut hati; jika cara itu tidak berhasil, bertindaklah dengan tegas, agar para bruder sungguh yakin bahwa
anda hanya bertindak demikian demi kesejahteraan rohani mereka. Anda hanyalah menegur karena anda wajib memelihara ketertiban
23
dan karena Allah yang Mahabaik menuntut hal itu dari anda. Maka lunakkanlah teguran anda dengan lembut hati.
2 Hendaklah juga lembut hati terhadap diri anda sendiri dan janganlah
kaget jika anda pernah bersalah atau tertipu oleh kegiatan anda. Anda adalah manusia dan bukan malaikat. Katakanlah bersama St.
Aloysius bahwa bumi telah menghasilkan buahnya. Atau seperti St. Fransiskus, berikanlah dirimu, hai hatiku yang lemah, engkau
terjatuh lagi ke lubang, meskipun engkau sering memutuskan untuk menghindarinya. Marilah kita bangun dan berlindung pada belas
kasih Allah dengan harapan akan pertolongan-Nya, agar kita selanjutnya lebih teguh.
Tuhan bersabda: Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi. Maka, menurut teladan dan perintah
Tuhan, setiap orang harus berusaha menjadi lemah lembut dan rendah hati, yaitu menjadi lembut hati dan berbaik hati. Ia tidak hanya harus
berbuat tegas menentang dalam dirinya sendiri setiap pernyataan nafsu atau kemarahan, melainkan juga keras menghindari tanda-tanda
timbulnya gerakan hati itu. i.
Tabah Hati Pada dasarnya semua manusia itu baik, karena diciptakan dan
dikehendaki oleh Allah. Setiap manusia bersifat limited edition, tidak ada duanya. Perbedaan merupakan keunikan setiap orang dan sekaligus
oleh St. Paulus disebut sebagai karunia dari Roh Kudus bdk. 1 Kor. 12:
24
11, 28 - 31. Karunia harus digunakan untuk membangun hidup bersama jemaat. Perbedaan bukan dimaksudkan untuk memecah belah
kesatuan, melainkan untuk saling melengkapi dan mempersatukan serta saling memperkaya. Maka, keunikan itu baru dapat berarti bila
disumbangkan, diwujudnyatakan bagi kepentingan kehidupan bersama. Setiap orang tidak harus mencari kepentingannya sendiri, dan merasa
diri lebih dari yang lain, sebab memiliki karunia khusus yang menjadi ciri khasnya atau keunikannya.
j. Mencintai para bruder sesama
Mencintai sesama berarti mencintai dengan berlandaskan ajaran dalam Kitab Suci. Barang siapa mengasihi Allah, ia juga mengasihi
saudaranya 1 Yoh 4: 21. Mencintai sesama merupakan bagian dari sikap mengasihi saudara, dan sebagai wujud ungkapan kasih kepada
Allah. Maka, sudah sepantasnyalah kita mengasihi sesama kita. Mengasihi sesama dilandasi rasa hormat yang mendalam, dan turut
serta menjaga dan mendukung perkembangan sesama.
B. Hakikat Evaluasi