1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Pangudi Luhur merupakan Yayasan Katolik yang bergerak di bidang pendidikan. Yayasan ini dikelola oleh para bruder kongregasi FIC
1
. Fokus pelayanan Yayasan Pangudi Luhur adalah pendidikan dan pembinaan kaum
muda. Karya kerasulan ini merupakan karya kerasulan yang diwariskan oleh para pendiri kongregasi bruder-bruder FIC yaitu Mgr. Ludovicus Rutten dan
Br. Bernardus Hoecken, FIC
2
. Para bruder FIC bertanggung jawab untuk menjaga warisan pendiri, yaitu melestarikan karya pendidikan dan pembinaan
kaum muda. Dalam melestarikan warisan ini para bruder diminta untuk tetap berpegang pada kharisma yang sudah ada, namun tetap terbuka terhadap tanda-
tanda zaman dan terhadap Roh yang berkembang ke arah yang dikehendaki- Nya Konst FIC, 1992: 12. Artinya, para bruder FIC tetap dimungkinkan untuk
mengembangkan karya kerasulan lain yang sesuai dengan kebutuhan zaman, namun juga tetap memperhatikan kekuatan serta kemampuan yang dimiliki.
1
FIC : Merupakan singkatan dari bahasa Latin yaitu Fratrum Immaculatae Conceptionis yang berarti Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda.
2
Mgr : Monsinyur latin: monsignor merupakan gelar kehormatan klerus gerejawi yang diberikan oleh Paus. Pastor Rutten diberi gelar Mgr atas jasanya dalam mendidik anak-anak dan kaum
muda di kota Maastrich Belanda.
2
Berpegang pada tanggung jawab tersebut, para bruder hingga saat ini masih berpegang teguh untuk menjaga warisan karya pendidikan melalui
penyelenggaraan sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur. Penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Katolik, terutama
yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat religius diharapkan memiliki karakter khas yang dapat diberikan kepada para peserta didik. Karakter khas
tersebut tidak lain adalah karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang dihidupi oleh anggota tarekat seturut teladan para pendiri mereka. Mgr. Ignasius
Suharyo, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, saat mengadakan pertemuan dengan Br. Albert Ketelaars, FIC., Pemimpin Umum Kongregasi
FIC pada tahun 1998 menyampaikan “Alangkah indahnya apabila para lulusan sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kongregasi atau Tarekat biarawan-
biarawati mempunyai karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang mereka perjuangkan oleh Para Pendiri Kongregasi atau Tarekat yang mengelola
sekolah- sekolah tersebut”.
Berdasarkan gagasan tersebut, maka para bruder FIC mengusahakan untuk mengenalkan karakter khas FIC di dunia pendidikan sesuai dengan nilai-
nilai yang dihidupi. Karakter khas yang ditetapkan oleh Yayasan Pangudi Luhur diberi nama dengan pendidikan Kepangudiluhuran
3
. Materi Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran bertolak dari sepuluh keutamaan Br. Bernardus
FIC. Sepuluh keutamaan tersebut meliputi percaya kepada Tuhan, rendah hati,
3
Kepangudiluhuran diambil dari nama Yayasan Pangudi Luhur yang dijadikan sebagai nama matapelajaran Pendidikan Karakter Khas Pangudi Luhur. Kepangudiluhuran juga sering disingkat
dengan sebutan ke-PL-an.
3
semangat dan keteguhan hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, sikap bijaksana, saleh, teladan baik, lembut hati, tabah hati, dan mencintai para
bruder sesama. Sepuluh keutamaan Bernardus dijabarkan dalam materi yang dikemas
dan disesuaikan
dengan tingkat
pendidikan. Melalui
pendidikan Kepangudiluhuran
ini para
peserta didik
diharapkan mampu
menginternalisasikan segala keutamaan sebagai sikap pribadi demi pembentukan karakter pribadi menjadi manusia yang utuh. Harapan ini
tertuang dalam profil “outcome” Yayasan Pangudi Luhur yakni agar peserta didik dapat menjadi manusia merdeka, berpribadi utuh, manusia yang berpikir
otentik dan bertindak aktif positif, manusia yang tangguh iman dan moralnya serta manusia yang sadar dan mampu membangun hidup bersama Handoko
dan Riyanto, 2004. Tujuan dari Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran adalah untuk
menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya, serta memiliki kepedulian
sosial dalam hidup bermasyarakat. Pembelajaran Kepangudiluhuran juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan oleh
semua orang Sugi, 2011. Nilai-nilai universal itu beberapa di antaranya adalah nilai kebangsaan, nilai budaya, nilai moral, nilai religius, dan masih
banyak lagi.
4
Bertolak dari tujuan Pendidikan Karakter Kepangudiluhuran di sekolah Pangudi Luhur, maka dalam semua mata pelajaran perlu dimasukkan muatan
nilai-nilai karakter tersebut. Selain itu, secara khusus penanaman nila-nilai karakter
Kepangudiluhuran disampaikan
melalui mata
pelajaran Kepangudiluhuran pada semua tingkat di sekolah Pangudi Luhur. Dengan cara
ini tentu hasil pendidikan peserta didik di sekolah diharapkan semakin mencerminkan nilai-nilai Kepangudiluhuran yang kental.
Sejauh pengamatan peneliti dalam kegiatan observasi langsung, wawancara dengan guru pengampu, dan beberapa kali praktik langsung,
pembelajaran Kepangudiluhuran di beberapa SMP Pangudi Luhur wilayah Klaten sudah terlaksana dengan baik. Pembelajaran telah dilaksanakan sesuai
dengan jadwal dan program pembelajaran yang disusun. Selain itu, sekolah juga berusaha mengembangkan proses pendidikan agar penanaman karakter
Kepangudiluhuran dapat semakin efektif. Pengembangan itu misalnya sekolah memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membuat aksi luar sekolah
dengan tema tertentu dan hasilnya dilaporkan pada akhir semester. Dengan cara ini diharapkan pendidikan karakter yang telah didapat dapat semakin
diinternalisasikan dalam hidup nyata yang langsung berkaitan dengan keadaan di sekitar.
Namun meski
demikian, pelaksanaan
pendidikan karakter
Kepangudiluhuran di sekolah sampai sejauh ini belum pernah diselenggarakan evaluasi secara sistematis mengenai proses dan hasil dari program pendidikan
karakter Kepangudiluhuran tersebut. Pendidikan karakter Kepangudiluhuran
5
ditetapkan pada tahun 2007 dan kemudian menggunakan buku Kepangudiluhuran yang disusun oleh Br. Frans Sugi, FIC pada tahun 2011.
Belum pernah diadakannya evaluasi atas pendidikan ini, karena mengingat keterbatasan sekolah untuk melakukan proses evaluasi. Peneliti berpikir
evaluasi ini sangat penting, karena melalui proses evaluasi dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil pendidikan karakter Kepangudiluhuran dapat
tercapai dan hal-hal yang kiranya perlu dikaji ulang atau ditingkatkan kembali. Selain itu, dengan adanya evaluasi secara sistematis juga akan dapat membantu
menemukan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan karakter Kepangudiluhuran. Sebab jika tidak dilakukan proses evaluasi, maka bisa
dimungkinkan akan adanya hal-hal yang mungkin justru kurang bermanfaat tetapi tetap saja menjadi bagian dari program yang terus dilaksanakan.
Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh mengenai capaian hasil dari pendidikan karakter Kepangudiluhuran yang sudah diterapkan bagi
para peserta didik. Atas ketertarikan ini, peneliti berniat untuk melakukan penelitian output dari program pendidikan karakter Kepangudiluhuran di
sekolah-sekolah SMP Pangudi Luhur yang ada di wilayah Klaten. Peneliti merumuskan judul penelitian ini dengan judul Efektivitas Output Pendidikan
Karakter Kepangudi-Luhuran di Sekolah Pangudi Luhur Studi Evaluasi pada Sekolah-Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur yang ada di Wilayah
Klaten. Melalui penelitian ini peneliti ingin mengukur seberapa efektif program pendidikan karakter Kepangudiluhuran, dilihat dari output yang telah
dicapai.
6
B. Identifikasi Masalah