36
b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif self
objectivication Kemampuan melihat diri sendiri secar obyektif ditandai
dengan berkembangnya wawasan tentang diri sendiri self insight dan kemampuan untuk menangkap humor sense of humor termasuk yang
menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Remaja tidak marah jika dikritik, pada saat yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari
dirinya sendir,i dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar Hurlock, 2002.
c. Memiliki falsafah hidup tertentu unifying philosophy of life
Remaja mulai mengetahui kedudukannnya dalam masyarakat. Remaja juga memahami bagaimana seharusnya ia bertingkah laku dan
tidak lagi mudah terpengaruh oleh orang lain dan pendapatnya serta sikap sikapnya cukup jelas dan tegas Sarlito, 2010.
3. Tugas Perkembangan Peserta Didik
Menurut Kay Jahja, 2012 tugas-tugas perkembangan remaja meliputi beberapa hal antara lain adalah:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas. c.
Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual
maupun kolompok.
37
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri. f.
Memperkuat self-control kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri sikapperilaku
kekanak-kanakan.
4. Karakter Peserta Didik SMP
Karakter peserta didik SMP diuraikan dalam kaitannya dengan perkembangan moral yang terjadi pada usia remaja. Kholberg 1958,
Santrock, 2007 membagi perkembangan moral menjadi 3 tingkatan yaitu pra konvensional, konvensional dan pasca konvensional.
d. Pra konvensional
Pada tingkat ini remaja tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar
dan salah. e.
Konvensional Pada tingkat ini remaja hanya menuruti harapan keluarga, kelompok
atau bangsa, tanpa mengindahkan tindakan yang nyata. Sikapnya lebih pada sikap konformis, loyal dan secara aktif mempertahankan,
mendukung dan
mempertahankan seluruh
peraturan serta
mengidentifikasikan diri dengan orang atau kelompok yang terlibat.
38
f. Pasca Konvensional
Pada tahap ini remaja mulai secara jelas merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas
dari otoritas kelompok atau orang-orang yang berpegang pada prinsip- prinsip dan identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut.
39
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan metode penelitian evaluasi hasil pendidikan karakter Kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Klaten yang meliputi jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif kuantitatif. Menurut Sugiyono 2014 penelitian
kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkritempiris,
objektif, terukur, rasional, dan sistematis, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, yang data penelitiannya berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik. Penelitian evaluatif adalah suatu desain dan prosedur mengumpulkan serta menganalisis data secara sistematis untuk
menentukan nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan Sukmadinata, 2015.
Desktiptif berarti menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini, atau yang sudah lampau. Fungsi deskriptif sendiri adalah
untuk menjelaskan berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data itu terungkap dengan jelas. Untuk mendapatkan fakta atau data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menggunakan alat