berbahasa Indonesia yaitu lagu barat Perancis, Spanyol, Italia. Pada periode inilah Djaga Depari mulai mencoba mengarang beberapa buah lagu. Walaupun Djaga Depari
gemar memainkan lagu-lagu barat, lagu-lagu yang beliau ciptakan kebanyakan berbahasa Karo. Banyak sekali lagu-lagu berbahasa Karo yang kita kenal sekarang
merupakan karya dari Djaga Depari. Lagu-lagu karya Djaga Depari ini diciptakan pada masa penjajahan dan setelah kemerdekaan Indonesia.
Djaga depari menamatkan sekolah di HIS lanjutan pada tahun 1939. Pada masa ini Djaga Depari dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit. Pilihan tersebut adalah
tetap melanjutkan sekolah atau menekuni dunia musik. Kedua pilihan tersebut sama- sama penting bagi Djaga Depari. Namun Djaga Depari harus tetap memilih salah satu di
antaranya. Pada akhirnya setelah mempertimbangkan dengan cukup matang segala konsekuensinya, Djaga Depari memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Djaga
Depari dapat meluluhkan hati ayahnya, Ngembar Depari yang menginginkan Djaga Depari tetap melanjutkan sekolah. Namun, supaya tidak terlalu mengcewakan hati
Ngembar Depari, maka Djaga Depari mengikuti kursus bahasa Inggris, kursus mengetik dan kursus di bidang administrasi. Di sela-sela kesibukan kursus ini, Djaga Depari
bersama teman-temannya membentuk suatu grup musik yang diberi nama “Orkes Melati Putih”. Di grup ini Djaga Depari memegang jabatan sebagai pemain biola. Grup ini
langsung popular di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah di Medan saat itu. Grup ini sering diundang untuk mengisi acara pesta perkawinan, sunatan dan lain-lain.
3.1.3 Masa dewasa
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1942, dengan berbekal ijasah yang didapat Djaga Depari dari kursus bahasa Inggris dan bahasa Belanda, Kesultanan Deli Serdang mengajak Djaga Depari
untuk bekerja di kantor Wakil Kesultanan Deli Serdang di desa Bangun Purba
22
. Djaga Depari bekerja sebagai pegawai atau pada saat itu disebut valunteer dengan gaji bersih
sebesar 15 gulden setiap bulan. Gaji ini merupakan gaji yang di atas rata-rata bagi seorang yang minim pengalaman kerja pada saat itu.
Djaga Depari menikah pada tahun 1943 di usia 21 tahun. Beliau menikahi impalnya
23
yang bernama Djendam Br Pandia, anak kedua dari lima bersaudara dari keturunan pamannya yang bernama Dokan Pandia yang bekerja sebagai petani pada saat
itu. Dari pernikahan ini Djaga Depari dan istrinya dikaruniai tujuh orang anak empat laki-laki dan tiga perempuan. Berikut adalah nama-nama dari putra-putri Djaga
Depari
24
: 1.
Sadarman Depari, lahir pada tanggal 11 Desember 1944 di Seberaya
2. Sutrisno Depari, lahir pada tanggal 24 November 1946 di
Seberaya 3.
Maya Rita Br Depari, lahir pada tanggal 4 Mei 1953 di Seberaya
4. Agustina Br Depari, lahir pada tanggal 17 Agustus 1959 di
Seberaya
22
Impal : Salah satu desa di bawah pemerintahan Kecamatan Tiga Panah
23
Anak perempuan dari paman, saudara laki-laki dari ibu
24
Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 36-38
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
5. Junita Br Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1960 di
Kabanjahe 6.
Waktu Depari, lahir pada tanggal 10 Juni 1962 di Kabanjahe
7. Ngapuli Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1963 di
Kabanjahe
Ketujuh anak Djaga Depari tersebut telah berkeluarga. Dari hasil perkawinan anak-anaknya ini, Djaga Depari memiliki menantu dan 18 orang cucu. Berikut adalah
keterangan mengenai menantu dan cucu-cucu Djaga Depari tersebut
25
: 1.
Anak pertama, Sadarman Depari menikah dengan Kartini br. Lubis, seorang gadis yang berasal dari Kota Pinang, Labuhan Batu. Dari pasangan ini, Djaga
Depari memperoleh empat orang cucu yaitu : Prima Depari, Rospita br. Depari, Irma br. Depari dan Juli br. Depari.
2. Anak kedua, Sutirisno Depari menikah dengan Mulianna br. Kaban, seorang
gadis yang berasal dari Desa Pernantin Kecamatan Juhar. Dari pasangan ini, Djaga Depari memperoleh dua orang cucu yaitu : Juliaman Depari dan Fitrianai
br. Depari. 3.
Anak ketiga, Maya Rita br. Depari menikah dengan Sopan Sinuhaji, seorang pemuda yang berasal dari Desa Aji Jahe. Dari pasangan ini, Djaga Depari
25
Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 36-38
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
memperoleh empat orang cucu yaitu : Ir. Aswin Sinuhaji, Ir. Amri Sinuhaji, M.Si., AKP. Irsan Sinuhaji, S.H. dan Ir. Andri Yosi Sinuhaji, M.Si.
4. Anak keempat, Agustina br. Depari menikah dengan Ali Asri Tarigan. Dari
pasangan ini Djaga Depari memperoleh tiga orang cucu yaitu : Ir. Iwan Iqbal Tarigan, Faisal Tarigan, S.E. dan Al-Aini br. Tarigan, AMD. Bakat seni Djaga
Depari mengalir pada putrinya yang keempat ini. Agustina adalah generasi kedua yang meneruskan bakat seni Djaga Depari dengan mendirikan Sanggar Gerga
Piso Surit. Sanggar ini sudah sering juga mengisi acara kebudayaan di Ibu Kota Jakarta.
5. Anak kelima, Juanita br. Depari menikah dengan Zul Afnan Tarigan, seorang
pemuda yang berasal dari desa Sukadame. Dari pasangan ini Djaga Depari memperoleh satu orang cucu yaitu : Sri Rezeki Emia br. Tarigan.
6. Anak keenam, Waktu Depari menikah dengan Ratna br Kaban, seoarang gadis
yang berasal dari Desa Pernantin. Dari pasangan ini Djaga Depari memperoleh dua orang cucu yaitu : Sry Wahyuni br Depari dan Arih Salsalina br. Depari.
7. Anak Ketujuh, Ngapuli Depari yang lahir tepat satu bulan sebelum Djaga Depari
meninggal, menikah dengan Lusianna br. Ginting yang berasal dari Desa Bunga Baru. Dari pasangan ini Djaga Depari memperoleh dua orang cucu yaitu
Irfansyah Putra Depari dan Eidika Depari.
Dari informasi yang penulis dapat, Djaga Depari hidup di tiga jaman yaitu jaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang dan jaman Indonesia merdeka. Di tiga jaman ini
Djaga Depari terus menggeluti dunia musik, mencipta lagu dan bermain dalam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
panggung-panggung sandiwara sampai akhirnya Djaga Depari menghadap Sang Pencipta
26
. Pada tanggal 15 Juli 1963, sekitar pukul 3 dini hari, Djaga Depari meninggal
dunia. Djaga Depari Dimakamkan di tempat kelahirannya yaitu Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.
Untuk mengabdikan perjuang dan pengabdian Djaga Depari, beberapa tokoh masyarakat Karo di Medan membangun suatu tugu atau monumen Djaga Depari di pintu
masuk kota Medan dari arah Tanah Karo tepatnya di persimpangan jalan Iskandar Muda Medan. Gagasan ini awalnya dicetuskan oleh Drs. Nabari Ginting, Drs. Ngasil Ginting
dan Drs. Mulia Bangun pada awal Januari 1997, di perladangan milik Ngasil Ginting di daerah Pancur Batu Medan. Kemudian gagasan ini disampaikan ke beberapa tokoh
masyrakat Karo kota Medan dan Sumatera Utara. Selanjutnya dibentuklah suatu badan panitia pembangunan yang diketuai oleh Drs. Nabari Ginting, dibantu oleh Drs. Mulia
bangun, Drs. Benyamin Tarigan, Tuahta Perangin-angin dan Drs. Lesman Sembiring. Panitia pembangunan ini kemudian bekerjasama dengan Lembaga Permusyawaratan
Kebudayaan Karo LPKK Sumatera Utara yang waktu itu diketuai oleh Drs. Perdamen Perangin-angin serta sekretaris umum Ir. Kata Ersada Ketaren. Walikota Medan saat itu
H. Bahctiar Djafar menyambut baik rencana tersebut. Kemudian panitia pembangunan menunjuk seorang seniman, Arry Darma sebagai orang yang mendesain atau merancang
Monumen Djaga Depari.
26
Hasil wawancara dengan Bapak R. Ginting
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 1 Agustus 1997 oleh Walikota Medan saat itu H. Bahctiar Djafar, Ketua LPKK Sumatera Utara Drs. Perdamen
Perangin-angin dan Ketua Umum Pembangunan Drs. Nabari Ginting. Kemudian pada tanggal 18 Februari 1998 Monumen Djaga Depari diresmikan oleh Gubernur Sumatera
Utara saat itu yang diwakili oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara saat itu H. Abdul Wahab Dalimunthe, S.H.
Susunan Kepanitiaan pembangunan Monumen Djaga Depari adalah sebagai berikut :
PEMRAKARSA : Lembaga Permusyawaratan Kebudayaan Karo LPKK
Sumatera Utara Ketua Umum
: Drs. Perdamen Perangin-angin Sekretaris Umum
: Ir. Kata Ersada Ketaren PANITIA PELAKSANA
Penasehat : Kolonel Purn. Tampak Sebayang
Drs. Janggun B.D. Sitepu Ketua Umum
: Drs. Nabari Ginting Ketua Harian
: Drs. Mulya Bangun Sekretaris
: Drs. Benyamin Tarigan Koordinator Pelaksana
: Tuahta Perangin-angin Darwin Perangin-angin, S.H.
Drs. Lesman Sembiring
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sumber : Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 119-120
3.2 Proses kreatifitas Djaga Depari